Selasa, 31 Desember 2013

KATA BIJAK 2014

Karyanya, 2009

“muasal fitnah yakni kolaborasi kedengkian dengan rasa tersaingi dalam diri individu tertentu”

(raju kualasimpang 01 Januari 2014)

TAUSIAH JELANG 2014

Razuardi Ibrahim pada Tausiah Tahun Baru 2014 (31.12.13)

Malam ini, 31/12/13, Pemkab Tamiang mengadakan zikir dan tausiah di tribun belakang Kantor Bupati. banyak pegawai dan masyarakat yang hadir, di samping unsur Forkopimda Plus. Penceramah pada malam itu cukup baik, yakni Ustad Rafiq Khan asal Binjai, Sumatera Utara. Beliau mampu membangun suasana tertib hadirin, selain memukau. Tidak pula ketinggalan, beliau membandingkan nuansa Islam di masa Rasulullah dengan sekarang. Lebih menarik lagi, tatkala beliau menggambarkan kondisi umat Islam di Thailand dengan di Indonesia. "Di Thailand negeri yang hanya berpenduduk Islam 12%, kejujuran terdapat di sana," katanya sambil menjelaskan kenderaan yang di parkir beserta kunci yang melekat aman dari pencurian. "Tempat kita tidak, kendaraan roda dua dikunci, ditambah pengaman gembok, di mesjid lagi, tetap hilang," tambahnya.  

Senin, 30 Desember 2013

PUISI BANJIR

jalan banjir

terbilang dingin malam tadi
terpaan deras air langit
menutup pandang jalanan idi
semburan air melintas jalan
terlindas roda mobil kencang

anak-anak kumpul menampung bantuan
di tepi jalan abaikan kuyup
dengan topi dan bejana plastik
tiada hardik kejam

bulan lalu tempat itu putus
jembatan hubung sementara rapuh
kendaraan besar kecil antri panjang
tiada senyum sambut suasana

kesal tadi malam datang banding
mengingat satu dari sosok-sosok tunggu lewat
melintas nasibnya dalam nanti waktu lama
tak pastikan bilamana raih tujuan
betapa cerita itu disesali
takpun hasrat kabari


kualasimpang, 30.12.13

PELIMPAHAN PBB

SERAMBI INDONESIA, 28.12.13

Tatkala Pajak Bumi dan Bangunan dilimpahkan ke kabupaten-kota, tentu diperlukan kesiapan aparatur pengelola. Tingkat kesiapan ini meliputi beberapa keterampilan, antara lain keterampilan pengutipan, penyiapan perangkat kerja lunak dan keras, dan lain sebagainya yang dirasa perlu. Sebagaimana layaknya pemberlakuan suatu aturan, pelimpahan pajak ini juga akan menuntut ragam konsekwensi. Tidak tertutup kemungkinan, pemanfaatan pajak ini sebagai pendapatan akan mengurangi subsidi lain bagi daerah. Jika hal ini terjadi maka dapat disaksikan kompetisi pembangunan daerah semakin terbuka. Bagi daerah yang tidak mampu mendulang pajak ini secara maksimal tentu pertumbuhan yang terjadi kurang menguntungkan.   

Minggu, 29 Desember 2013

KABINET PERDANA BIREUEN

Kabinet Perdana Bireuen

Jum’at malam Sabtu, 27 Desember 2013,  tatkala dalam perjalanan dari Banda Aceh menuju Bireuen, aku dihubungi Pak Zul via hape. Katanya, mereka lagi duduk santai dan minum kopi bersama Busra Nursyah, Bang Wan, dan Pak Zulkifli Asisten 3 di toko pengkolan Pulo Kiton, Bireuen. Aku mampir di situ karena mereka kangen berkelakar bersamaku malam itu. Tak lama dari ketibaanku, Murdani Asisten 1 pun datang setelah di-SMS salah seorang dari mereka. Dapat ditebak topik cerita yang kami bahas, tidak bergeser dari kenangan masa lalu tatkala Bireuen baru pemekaran dan kondisi kerja masing-masing saat ini. Aku merasa tidak tuntas bahasan malam itu karena aku tak mampu mengungkap sosok-sosok kabinet perdana tatkala Bupati Bireuen dijabat Pak Hamdani Raden. Selepas ngobrol bareng, aku menerawang ke masa lalu seraya mengingat kembali sesama kerabat yang membantu Bupati di masa itu. Seingatku, pelantikan kabinet perdana Kabupaten Bireuen dibagi ke dalam tiga tahap, yakni tahap pertama Nopember 1999, khusus Sekdakab. Pelantikan pejabat Bupati dan Sekdakab Bireuen dilaksanakan di Jakarta, dan prosesi ini menandai kabupaten ini telah terbentuk. Tugas Pejabat Bupati dan Sekda yakni menyusun struktur organisasi lembaga, dinas, badan, dan kantor daerah serta personal yang akan diposisikan dalam struktur dimaksud.
Razuardi Ibrahim saat pelantikan
pemekaran Kabupaten Bireuen, 05.02.00


Tahap kedua pada 5 Pebruari 2000, dilakukan pelantikan pejabat lembaga, dinas dan kantor. Sementara, pelantikan yang ketiga dilaksanakan beberapa bulan kemudian, di tahun itu juga. Pola rekrutmen pejabat yang dilakukan Pak Hamdani Raden waktu itu relatif sederhana, yakni dengan menerima nama-nama sosok yang akan menduduki jabatan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu dan kepangkatan sebagaimana ketentuan berlaku. Dari beberapa nama yang terekrut, Pak Hamdani Raden memanggil masing-masing untuk menanyakan beberapa hal termasuk kemampuan penyelesaian masalah pelayanan publik di dinas tersebut. Ketika itu, pejabat kepala dinas masih ber-eselonering III-b, sementara asisten dan Kepala Bappeda bereselonering III-a. Banyak hambatan dalam penyusunan kabinet di masa itu, di samping kondisi yang tidak kondusif. Terumit, kabupaten asal para calon pejabat tidak serta merta melepaskan dengan berbagai alasan. Namun  kegigihan Pak Hamdani Raden menghadap Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud, semua persoalan administrasi dapat terselesaikan dengan cepat.

Pj Bupati                                                         Drs Hamdani Raden
Sekdakab Bireuen                                       Drs Hasan Basri Djalil (tahap-1)

Asisten I                                                          Drs  Amiruddin (tahap-2)
Asisten II                                                         Drs Maimun Rasyid (tahap-2)
Asisten III                                                        Drs T Syarifuddin (tahap-2)

Ka Bappeda                                                 Drs Aiyub Ahmad, MSi (tahap-2)
Inspektorat                                                    Hamdani, SH (tahap-2)
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan       Drs Ibrahim Ali (tahap-2)
Kadis Kesehatan                                          Drg Hadi Kesuma, MM (tahap-2)
Kadis BM                                                         Ir Razuardi Ibrahim (tahap-2)
Kadis Pengrn                                                 Ir Syahbuddin, Msi (tahap-2)
Kadis CK                                                          Ir Razali Muhammmad (tahap-2)
Kadis Perhubungan                                     Drs Bachtiar Abdullah (tahap-2)
Kadis Pertanian                                            Ir Bustami Hamid (tahap-2)
Ka BPM                                                            Drs M Yahya (tahap-2)
Kadis Peternakan                                        Drh  Nurdin Hasballah (tahap-2)
Kadis Perkebunan                                       Ir Khatijah Hasan (tahap-2)
Kadis Kesbangpol                                        Drs Maksalmina (tahap-2)
Kakan Sosial                                                  Drs Aziz Mansur (tahap-2)
Mawil Hansip                                                 Najamuddin, SH (tahap-2)

Kadis Perikanan                                           Ir Helmi hamid (tahap-3)
Kadis Perindagkop                                      Sayed Zainuddin, SE (tahap-3)
Kadispenda                                                  Safwan, SE (tahap-3)

TAK PUNYA UANG PEMILU

Razuardi Ibrahim bersama Sekwan Tamiang
Hidayat, Desember 2013

Dialog Tak Punya Uang Pemilu

Suatu malam di bulan Desember 2013, aku makan malam bersama Bupati Aceh Tamiang dan beberapa kawan. Salah satu dari kawan tadi merupakan peserta pemilu legislatif tingkat kabupaten yang akan berkompetisi pada April 2014. Dia bercerita bahwa dia tidak memiliki dana yang cukup untuk persiapan pesta demokrasi tersebut.

Lantas aku bertanya,
“berapa suara bapak perlu? ”.

Dia menjawab,
seribu lima ratus suara”.

“Jadi berapa bapak perlu uang?,” tanyaku lagi.

Paling tidak dua atau tiga ratus juta lah untuk semuanya,” jawabnya berharap mendapat respon bantuan dariku.

“O, tidak banyaklah,” kataku singkat.

“jadi............ ?,” sambutnya setengah penasaran dengan mata berbinar.

“Bapak utang saja sama 1500 atau 2000 orang pemilih di daerah bapak, masing-masing seratus ribu dan janji bayar setelah pemilu,”  sambungku lagi.

“Wah apa maksudnya, payah lah itu,” katanya setengah kecewa.

“Kok payah, ini sambil menguji benar atau tidak mereka setia kepada bapak,” jelasku.

“Nanti bayarnya gimana ?,” tanyanya penasaran.

“Tidak usah digunakan uang itu, cuma untuk mengikat batin saja, jika ada yang tidak memberi artinya dia tidak setia kepada bapak dan tidak akan memilih bapak,” jelasku lagi.

Iya juga ya, cuma capek juga mencari orang sebanyak itu,” gumamnya.

“Ah, tidak lah kalau diatur. Setelah pemilu kembalikan uang itu,” kataku lagi.


Aku lihat dia merenung sejenak seraya mengunyah tumis kangkung dan disambut gelak tawa kawan-kawan lain serta Bupati. Aku menjelaskan juga, bahwa sebenarnya pemilu itu tidak perlu mengeluarkan uang atau membeli suara.  “Apa adanya saja Pak,” kataku ketika awal bahasan. “Tapi tidak mungkin tanpa uang, karena orang lain semua pakai uang,” sahutnya. “O, iyalah karena zaman sudah terbalik-balik, kita balik saja konsepnya,” sambungku lagi seraya menjelaskan jika kita tak mampu memberi uang maka kita harus mampu mengutang uang pada konstituen.

PUISI RENUNG JELANG ASHAR


renung jelang ashar

cemberut seraya jinakkan balita
jelang ashar ceria
tiada sambung rasa tadi
di jelang makan siang itu
membisu tanda kesal

ceria saling lirik
saksikan tiga kanak teriak merebut es krem
terhalau pangkuan kakek
baru pulang pesta tetangga

nenek tersapa kakak
melempar senyum
menuntun satu ruang bahas
cerita adik pungut jelita yang mulai nakal

rona memerah rada mencari
mengais dokumen di laptop hitam
tanda abdinya meski berpengawal
permisi pulang tanpa sahut keras
begitu

bergegas jalan kualasimpang-29.12.13


PUISI TERBIARKAN

Razuardi Ibrahim bersama beberapa dosen dalam seminar tugas akhir mahasiswa Fakultas Teknik Almuslim

terbiarkan

mengapa negeri ini terbiarkan
merengkuh kepapaan
andil perilaku sebagian kuasa
yang tak peduli bawah tercabik
terlunta dalam gempita kaya raya
saling membelenggu amarah


lhokseumawe, 29.12.13

PESAN POSTER

Pesan Poster

Jelang akhir 2013, poster, baliho, spanduk, dan lain sebagainya marak dipasang di tepi jalan, desa, dan tempat strategis tertentu. Pencitraan yang dibangun sosok tertentu tidak jarang disertai dengan jargon, motto, atau slogan tertentu pula. Banyak kalangan mengomentari tentang keberadaan  aneka poster tersebut, bahkan, “salah-salah berdampak pembodohan, kebohongan, provokatif dan macam-macam,” kata seorang pengunjung warung kopi di Langsa. Aku mendengar dan mencermati  ocehan beberapa anak muda facebooker tersebut hanya sebatas ingin menyimpulkan pola pikir generasi saat ini. Aku menyimpulkan mereka apatis terhadap keadaan karena, “ya, terserah saja. Bagi yang memilih dibodohkan silahkan, yang mau dibohongi silahkan, yang mau diprovokasi juga silahkan,” kata salah seorang dan diiyakan yang lain. Aku memahami dari penggalan dialog, tergambar komentar mereka terhadap sosok-sosok peserta pemilu yang terpampang di poster dan baliho sepanjang jalan.


Asyik juga aku menikmati prilaku beberapa anak muda itu, seakan terulang masa aku di kampus dulu di tahun 1980-an. Bedanya, dulu tidak ada poster atau foto peserta pemilu selain tanda gambar saja. Aku semakin mendalami tatkala bahasan mereka rada menghujat sosok tertentu yang sepertinya mereka kenal, “mana bisa apa-apa dia, tapi berani janji pula ,” kata pemuda berkulit hitam dengan nada keras seraya disambut gelak yang lain.  Waktu ini, aku mulai menyimpulkan bahwa mereka tidak ingin terjebak dengan janji atau slogan yang ditampilkan pada berbagai poster karena mereka memahami tentang latar belakang sosok tertentu yang tidak memiliki finansial dan kompetensi. Oleh karenanya aku mulai memahami alasan banyak kegiatan yang menampilkan slogan, ajargon, motto atau apapun namanya, yang tidak berkaitan dengan keberadaan sosok bersangkutan.

Sudah saatnya pencitraan sosok yang akan tampil sebagai public figure jika memerlukan slogan, seyogiyanya disertai kompetensi berbasis masalah publik. Tidak sulit melakukan itu, namun membutuhkan komitmen dan kesiapan tampil terbuka jika dipertanyakan. Contoh mudahnya, jika pada suatu daerah pemilihan terancam amukan kerbau liar maka kompetensi sosok diarahkan kepada keahlian mengatasi amukan. Dalam khayalku, aku coba menyusun slogan dalam poster  untuk sosok yang akan tampil di daerah ancaman kerbau liar, Saya Drs. Ir. Rubod, S Pend, Pakar Penjinak Kerbau Liar Menjamin Jika Terpilih Akan Menganggarkan Biaya Senam Sesar Bagi Makhluk Itu”.  Aku meyakini Rubod akan didatangi banyak orang untuk menanyakan solusi mengatasi ancaman amukan kerbau liar di daerah itu.    


CITA-CITA DOLOMIT


Cita-cita Dolomit

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah penghasil dolomit terbesar di Aceh. Material tambang ini banyak ditemui di kecamatan bahagian selatan Kabupaten Aceh Tamiang yang biasa juga dikenal sebagai pupuk alam bagi tanaman sawit, khusus untuk menetralkan keasaman tanah. “Perkebunan sawit di lahan gambut seperti di Riau dan Kalimantan banyak membutuhkan pupuk ini,” kata Bupati Hamdan Sati yang sebelumnya aktif mengelola perkebunan sawit. Material yang dapat digolongkan sebagai kekayaan alam Kabupaten Aceh Tamiang ini selayaknya dikelola, diolah, dan dikemas di daerah sebagai kekuatan sumber pendapatan baru. Namun batuan ini hanya digali untuk dibawa dan diolah di luar kabupaten bahkan provinsi.


Sejak mulai aktif bekerja di Aceh Tamiang, Januari 2013, aku berangan-angan agar batuan ini diolah dan dikarungkan di kabupaten ini dengan merek Dolomit Tamiang. Menurut Bupati Hamdan Sati pengolahan batu dolomit ini tidak sulit. “Hanya ditumbuk dijadikan tepung dan disaring dengan ukuran tertentu,” katanya. Banyak kalangan komplain tentang penggalian batuan ini untuk dibawa keluar daerah yang didasari berbagai alasan. Mencermati kondisi ini, tidak berlebihan jika kala itu aku bercita-cita agar tercipta lapangan kerja baru bagi masyarakat berbasis olahan dolomit.

Minggu, 22 Desember 2013

KARYA SENI HILANG


Karya Seni Yang Hilang


Banyak ditemui karya seni masa lalu yang tidak tersimpan atau terlindungi zaman, seperti ragam seni perca, kerajian batu bata, tanah, dan lain sebagainya. Seni kreatif pada masa itu yang hadir karena kemiskinan dan nomaden hilang begitu saja, padahal karya seni tersebut memiliki nilai tinggi dan pernah ada mengiringi perjalanan budaya. Oleh karena berbahan murah pihak elite di masanya seperti kerajaan atau kelompok mampu lainnya, tidak bersedia menyimpan sebagai warisan zaman. Oleh karenanya maha karya tersebut jarang ditemukan di museum sehingga para peneliti seni budaya masa sekarang sedikit terhambat dalam merangkai perjalanan itu.

SOSOK SIAL

Sosok Paling Sial



Sosok paling sial di dunia kelihatannya berbeda dalam setiap pemahaman orang-orang tertentu. Ada yang berpendapat orang bodoh dan miskin, orang yang tertangkap tangan ketika mencuri  di rumah aparat penegak hukum, dan banyak lagi orang-orang yang dikelompokkan sial atau apes oleh kalangan di zaman tertentu. Di jelang akhir tahun 2013 ini, aku mendapatkan lagi satu definisi orang sial, yakni penjilat petinggi namun tetap mengemis.

Kamis, 19 Desember 2013

TEMUAN UNGKAP

Tamiang, 03.12.13


“Dalam sistem komunitas ber-mindset politis, pengkhianatan merupakan keniscayaan,”

(raju, 20.12.13)

PEDE

Razuardi Ibrahim bersama pedagang junjung
di Banda Aceh, 2013 

Ada dua hal yang menjadikan seseorang itu percaya diri atau istilah kerennya, pede. Pertama, kompetensi yang dimiliki dan kedua masa edar yang lama. Alangkah sempurna, jika kedua aspek ini dimiliki sosok tertentu sehingga nilai yang melekat padanya tidak tergoyahkan dan meyakinkan banyak pihak berkepentingan. Setidak-tidaknya, kedua nilai ini sangat diperlukan untuk mendukung sosok tertentu menggerakkan organisasi. Dapat diduga dampak yang terjadi jika kedua nilai yang dibutuhkan itu digantikan dengan rupiah, meskipun sebatas penilaian pribadi masing-masing individu. Jika didapat kesimpulan dari dugaan itu namun tak mampu mengungkap, maklumi kondisi yang terjadi sebagai pertaruhan zaman.



UKUR ASET LAHAN TAMIANG

UKUR ASET LAHAN

Razuardi Ibrahim bersama tim pembuat dokumen aset Tamiang, Senin, 25.11.13


Banyak keluhan masyarakat, bahkan Datok Penghulu di Aceh Tamiang tentang aset daerah yang tidak jelas statusnya. Menyikapi hal ini, Bupati Aceh Tamiang, Hamdan Sati membentuk tim kerja cepat lintas sektoral. “Untuk gerakan awal saya dan sekda yang akan turun ke lapangan untuk membuat dokumen aset tersebut,” kata Bupati.  Aset daerah merupakan kekayaan daerah yang pada hakikatnya terdiri dari aset bergerak dan tidak begerak. “Sebagai contoh aset bergerak, yakni kendaraan dinas, dokumen-dokumen dan lain sebagainya,” lanjut Bupati lagi. Sedangkan aset tak bergerak atau tetap yakni lahan, bangunan, dan lain sebagainya. “Dalam aspek yang lain, aset pemerintah ini dapat berperan sebagai jaminan pembangunan di daerah,” jelasku kepada tim kerja aset di Kantor Camat Kualasimpang (25/11/13).

Dokumen yang dibuat berupa buku masing-masing aset yang memperlihatkan peta lokasi sketsa lahan serta foto. Masalah umum terjadi terhadap aset pemerintah, yakni belum lengkapnya dokumen,  bahkan tidak ada sama sekali. “Tidak jarang pula, aset daerah tersebut hilang akibat berbagai alasan tertentu,” kata salah seorang Datok Penghulu yang hadir pada pengukuran aset di Kecamatan Kota Kualasimpang. Artinya, posisi aset daerah relatif lemah dari aspek pengamanannya. Oleh karenanya, diperlukan upaya pengamanan aset daerah melalui pendataan dan penglegalisasiannya dalam bentuk dokumen dilengkapi dengan identitas fisik.
Bupati Hamdan Sati dan Razuardi Ibrahim
mengukur aset Tamiang, 25.11.13
Pembuatan dokumen aset bertujuan untuk melakukan pengamanan aset dari aspek administrasi daerah. Sementara, pengamanan aset bertujuan untuk menjaga aset daerah tidak berpindah tangan secara ilegal serta memudahkan pihak pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan lebih lanjut. Pengelolaan aset bertujuan agar aset daerah dapat memberi  manfaat, khususnya dari segi pendapatan daerah. Sebagai contoh, penyewaan toko dan pasar milik daerah. Pengamanan aset mutlak dilakukan dengan melengkapi aset dimaksud dengan dokumen legal. Di samping itu, aset daerah merupakan kekayaan yang dapat berperan sebagai jaminan pembangunan daerah.  


Sesuai dengan output yang akan dihasilkan, teknik pelaksanaan tidak-lah memerlukan waktu lama. “Kecepatan pelaksanaan sangat tergantung kepada keterampilan tim kerja lapangan dan tim legalisasi aset lapangan Datok Penghulu dan Camat tempatan,” kataku lagi kepada tim aset yang hadir.

PUISI SAYANG KODRATI


sayang itu ada
kodrati dari tuhan pencipta
ada beda juga di sana
antara lubuk dalam
dengan rengkuh instink

beda ini penggolongan
antar definisi baku
antar manusia dan makhluk
yang ke semua titipan

kualasimpang, 19.12.13 

PUISI USAI PUJI SANG KHALIQ

Karya Ultah Ke-52 

cuaca kotaku bersahabat
menjemput sore cerah seketika
terbangun dari lelap
senantiasa ada ingat
pada dia pemilik jiwaku
pun saat matahari terbenam
usai puja puji pada sang khaliq
pemberi anugerah jiwa
kendati nelangsa sisakan duka
oh, rindu
tak pun kulihat guliran waktu
mengusik hari-hariku

kiriman sastra kualasimpang 19.12.13


Rabu, 18 Desember 2013

STANDAR BENDERA

Standar Perbandingan Proporsional
Antara Tinggi Tiang Dengan Luasan Bendera
Razuardi Ibrahim, 19.12.13



A    Bendera

Bendera merupakan lambang suatu negara, organisasi, komunitas, dan lain sebagainya. Keberadaan bendera telah digunakan bangsa-bangsa sejak orang mengenal teknologi pembuatan kain atau bahan lembut yang dapat berkibar lainnya. Sebagai simbol, tentunya bendera diharapkan dapat memberi keindahan atau kekaguman bagi bangsa, komunitas, anggota organisasi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pertimbangan estetika cukup diperlukan agar simbol kebanggaan itu mampu memberi semangat berkelanjutan. Estetika penting dalam tampilan bendera terletak pada ukuran luasan yang proporsional dengan tinggi tiang.

B     Perbandingan

Bentuk luasan bendera adalah empat persegi panjang. Peraturan tidak menyebutkan ukuran baku dalam bentuk panjang dan lebar, namun perbandingan luasan bendera distandarkan 2 : 3 atau 2/3. Artinya 2 bahagian untuk lebar dan 3 bahagian untuk panjangnya. Sementara tidak pula distandarkan perbandingan tinggi tiang dengan luasan bendera yang harus ditempa. Perbandingan tiang dengan luasan bendera diperlukan dalam aspek estetis sehingga nyaman dipandang.

C    Contoh Kasus


Banyak para pendesain bendera melalaikan ukuran untuk ketinggian tiang tertentu. Tidak jarang pula tiang yang tinggi hanya dikibarkan oleh bendera berukuran kecil, tidak sebanding sehingga kenyamanan estetis pada tempat atau gedung tertentu terganggu. Jika saudara mendesain tiang bendera  setinggi 5 meter maka lebar bendera yang saudara relatif proporsional adalah 1/5 X 5 meter (500 cm) = 100 cm. Lebar ini dijadikan standar untuk mendapatkan panjang dari ukuran luasan bendera itu sendiri. Dengan demikian, diperoleh ukuran panjang bendera adalah 3/2 X 100 cm = 150 cm. Begitu pula untuk ukuran ketinggian lainnya, seperti tinggi tiang 10, 8, 6, dan lain sebagainya. 


CERITA HARI INI

kualasimpang 18.12.13

aku bercerita hari ini
di hadapan beberapa dalam beda pikir
tentang emosi orang-orang protes
yang tak puas akan dirinya
meminta sesuatu dan diberi
namun menolak 
untuk tinggikan diri

tidak cukup di sini
marah memaki
saling gengsi
mengambang berhari 

ya, hari ini
aku bercerita lagi
dalam gerai tawa
dan dimengerti
damai

HELAT BERGANTI JAMU

Jamuan Dadak, karyaku di ULTAH Ke-52, 09.12.13. Disempurnakan 18.12.13 
helat berganti jamu

perhelatan kemarin kuganti
dengan jamuan dadak
hati komplain atas karya ultah ke lima puluh dua itu
karena jamuan dadak goresan hari itu juga
kusempurnakan pada sembilan hari kemudian

memaknai akan karya
dalam hari bahagia
tak ternilai selaksa aksara
jamuan dadak yang kemarin juga

kualasimpang, 18.12.13

SEBAB TAK HUJAN

Sebab Tidak Hujan

razuardi, Tamiang, 15.12.13

Ketika pembekalan kader Partai Demokrat Tamiang di Hotel Grand Arya, aku diundang atas nama Pemkab dan memberi kata sambutan. Pembuka acara itu kerabatku juga, Mirwan Amir, selaku pimpinan pusat partai tersebut. Aula hotel itu lumayan sesak oleh para kader muda. Cuaca pun cukup cerah dan dominan mendukung suksesnya acara pada pagi jelang siang hari Minggu (15/12/13) itu. Memang ketika pagi,  sekira pukul 7.00 WIB, cuaca rada mendung. Banyak juga peserta yang harus ditunggu kedatangannya karena alasan cuaca tersebut. Jelang pukul setengah sebelas perhelatan itu dimulai dengan respon antusias luar biasa dari para kader. Kawanku yang juga kawan Mirwan Amir, Rachmatsyah Nusfi, seniman Aceh, sibuk mondar mandir memotret setiap momen bagus untuk diabadikan dalam Ipad, sebangsa komputer mini canggih  yang mampu digunakan untuk banyak hal bidang informatika. Rachmatsyah dikenal sebagai sosok nyentrik baik dari penampilan, pemikiran, berdialog, dan kesigapan bergerak. Tentu segala atribut yang dimiliki Rachmatsyah, khususnya penampilan, menyita perhatian seluruh peserta dalam ruangan itu. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan rehat untuk minum kopi dan makan kue sejenak. Para peserta memenuhi gang antar ruang di lantai tiga hotel itu sambil senda gurau, mengusik sesama, bercerita, dan lain sebagainya layaknya orang-orang menikmati suasana santai. Aku dan Mirwan juga berlaku sama seraya mohon ijin melintas di antara kesesakan, untuk turun ke lantai dasar karena meyakini Rachmatsyah berada di sana. Dalam henti di tengah gang berdesakan itu, suatu topik dialog dua perempuan kader sempat mencuri perhatianku.

“O alah Na, hampir aku gak bisa datang kesini,” kata seorang perempuan muda kepada lawan bicaranya.

“Iya, aku juga begitu, tempatku mendung, takut hujan,” sahut yang lain.  

“Syukur Pak Mirwan tanggap ya,” sambung perempuan pertama.

“Tanggap kenapa ?,” tanya yang satu lagi.

“ Tadi kan pawang hujan yang ada di  ruangan, di bawa dari Jakarta,”

“O iya, pantesan, dia mondar-mandir dalam ruangan tadi,”

Rachmat, Yudha, dan Mirwan, Tamiang 15.12.13
Seakan tak percaya dengan yang aku dengar, jalan kuperlambat sambil berpura-pura menuang kopi dari iglo. Pembicaraan mereka terhenti, entah apa sebabnya, yang jelas bukan karena aku berhenti di dekat mereka. Aku memperhatikan kedua perempuan muda berkerudung itu berharap ada yang kukenal. Tentu untuk mengulas tentang “sosok pawang hujan dari Jakarta” yang didatangkan Mirwan Amir. Namun keduanya tidak kukenal selain menyaksikan mereka terdiam kagum akan kehebatan ketua mereka yang mafhum akan situasi kadernya di daerah. Lantas, “iya ya, nggak habis pikir juga kita, sampai hal pawang hujan pun sanggup dipikir Pak Mirwan,” kata salah satu dari mereka dan diamini yang lain.

Selasa, 17 Desember 2013

PUISI TANGKAP BULAN

tangkap bulan, 17.12.13
tangkap bulan

 ajakan lirik bulan
selasa malam tujuh belas
bualan akhir tahun

 terangi lingkar
di langit tinggi
awan membayang
saling sapa dalam jarak
tuju ulang cerita lama
usung canda meninggi
tebak sumringah dalam bantah

tutur menawarkan
menangkap bulan untuknya
untuk tebus sulit tatap puteri langit
rupa bundar yang pernah bersaksi
dialog perjalanan ke tanah gayo
kemas bunga kasmaran

terang bulan di sudut pendopo tamiang
diam menyiram joli
sarat ikon jelang enam tahun
yang baru saja kembang dada dalam suapan sesendok moka
beralun pulang bingkisan aroma menggoda
sama ternikmati yang lama teringini

bulan, tinggimu kuatkan hasrat bidik
pancar satu tatap saling ungkap
dari segala penjuru
terimakasih bulan
  

kualasimpang, 17.12.13





Sabtu, 14 Desember 2013

MASYARAKAT MENGAMBANG

Aku dikunjungi beberapa bawahan yang hendak menandatangani surat jalan ke suatu tempat. Mereka sedikit menyinggung pengalaman masa perjalanan karirku sebagai pegawai negeri sipil. Banyak sharing yang kami lakukan untuk saling mengayakan, setidak-tidaknya begitu yang terjadi. Kebetulan bahasan berkisar komunikasi dan mencermati kondisi sistem. Akhirnya, tersimpullah strategi pelayanan informasi dalam suatu kondisi masyarakat mengambang, yakni masyarakat yang tidak mampu memberi keputusan situasi. Strategi sementara yang diusung dalam pembahasan itu adalah menerobos ke-pengambangan dengan berani membangun informasi benar sebagai keputusan itu. 

BENCANA SOSIAL DALAM KOMUNITAS


Hingga Desember 2013, masih banyak kalangan tertentu membangun komunitas dengan lebel tertentu pula. Lebel itu biasanya lebih berorientasi kepada forum silaturahmi atau sebangsa komunitas sosial lainnya. Pimpinan kelompok yang men-declare terbentuknya komunitas pada awalnya menyikapi kerabat yang bergabung dengan santun dan bersahaja. Layaknya pemuka yang masih membutuhkan perhatian peminat, di samping membangun pencitraan diri. Kompetensinyapun hanya sebatas ekspresi keterampilan pelayanan sosial yang tinggi. Banyak kunjungan sosial dan gaung pengumpul massa yang dilakukan, seperti kenduri, halal bi halal, kunjungan anggota yang sakit, dan lain sebagainya. Namun pergeseran misi mulai terasa tatkala jumlah komunitas telah memenuhi harapan dan diyakini mampu menggalang show of force. Alat komunikasi yang dipakai pada masa sekarang sangat mudah, yakni fasilitas handphone mutakhir yang mampu melayani dengan ragam fitur. Hingga waktunya tiba, pemimpin komunitas mulai menyatakan hasratnya untuk mengusung diri ke dalam kancah yang lain, biasanya kancah yang bersifat politis seperti mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, bupati, atau posisi lainnya. Banyak kalangan menyimpulkan bahwa petaka sosial serupa ini merupakan jebakan yang mengeksploitir ketulusan dengan menggunakan instrumen pembodohan.  

PUISI IBU


ibu..............
sungguh aku ingin membahagiakanmu
di antara ribuan suasana hati
tiada berbalas sayangmu untukku
dalam gumalan nestapa masa lalu
yang layak tergantikan sepenggal senyummu

ibu..............
aku bahagia sekali manakala engkau tersenyum lepas
saksikan aku mempermainkan adikku
yang lugu menghadapiku

ibu.............
raut wajahmu menyisakan kecantikan masa
walau banyak rintangan menghadang 
engkau tabah membesarkan tubuh-tubuh kecil
yang kian besar dipelukmu

ibu.............
bahgiamu bahagiaku juga
doakan aku ibu