Rabu, 30 Januari 2013

IJAZAH FERIZAL


Suatu ketika perasaanku besar sekali, senang bukan kepalang. Aku bertemu Ferizal, mahasiswa teknik arsitektur Unimus yang lulus sarjana D3, saat aku menjadi dekan di Fakultas Teknik. Pasalnya, dia bercerita sudah bekerja di suatu insitusi swasta. Dia bercerita tentang gaji yang dia peroleh, meskipun masih terlalu minim untuk ukuran hidup sekarang. Aku berfikir Ferizal laris di pasaran karena kemampuannya, bukan karena aku. lantas aku pulang mencari ijazahnya yang aku tandatangani di tahun 2007. Kegiranganku kembali memuncak tatkala kutemukan copy-an ijazahnya, yang dia titipkan untuk mencari kerja dulu waktu baru tamat kuliah. Hari ini Fakultas Teknik Unimus sudah lebih baik, karena para dosen yang direkrut lebih banyak dari Politeknik Lhokseumawe yang lebih punya waktu untuk menyelenggarakan proses pembelajaran di fakultas itu. Semoga Allah SWT meridhai niat baik para dosen Fakultas Teknik yang tulus tersebut.

Razuardi Ibrahim, Pj Dekan FT Almuslim, 2007

PRAKTEK SEUMALOE


Praktek Seumaloe

Satu lagi cara pikir masyarakat pada umumnya, yakni mencari Seumaloe dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial. Seumaloe merupakan kata dalam bahasa Aceh yang dapat dipahami secara umum bagi masyarakat Aceh pesisir. Secara gamblang dapat diuraikan bahwa seumaloe merupakan pantangan bagi pihak tertentu. Orang-orang sering bilang seumaloe merupakan sosok yang memiliki kharisma terhadap sosok tertentu sehingga tidak boleh dilawan. Pembentukan kharisma ini bisa terjadi akibat termakan jasa yang tak terbalaskan, takluk dalam perselisihan, ketahuan berbuat salah, prestise keluarga yang lebih tinggi, dan lain sebagainya.  

Dalam prakteknya, tradisi seumaloe ini dirasakan lebih ampuh dan tuntas menyelesaiakan persoalan. Mudah dicontohkan, tatkala terjadi  persengketaan antar satu pihak dengan yang lainnya, sementara pihak yang satu merasa tertekan tanpa daya maka serta merta pihaknya mencari pihak lain yang dapat menetralisir bahkan menekan pihak lainnya. Pihak lain yang dicari tersebut yakni seumaloe yang merupakan pihak dianggap mampu melakukan segala kemungkinan yang terjadi akibat dari proses pembelaan atau pendamaian. Begitupula terhadap hal lain yang memerlukan sosok seumaloe.

Semula, orang menggunakan teknik seumaloe ini hanya untuk menyelesaikan persoalan sosial masyarakat kelas bawah. Karena diyakini ampuh menyelesaikan ragam persoalan maka teknik-teknik seumaloe ini mulai dimanfaatkan ke berbagai kepentingan. Untuk meminta proyek ke kepala dinas para rekanan sering menggunakan jasa seumaloe seperti Bupati, wakil Bupati, Sekda dan lain sebagainya, selaku pihak atasan kepala dinas yang bersangkutan. Jika seumaloe setingkat ini tidak mempan, rekanan mencari seumaloe lain yang lebih disegani bahkan ditakuti. Begitupula untuk keperluan lain seperti meluluskan anak ke sekolah tertentu, mendapatkan jabatan di pemerintahan, menjadi calon anggota DPR, dan banyak lagi kepentingan berbagai pihak yang menggunakan jasa seumaloe.

Di Bireuen, peranan seumaloe sudah berlaku sejak mekarnya kabupaten ini. Aku sendiri dipulangkan untuk  bekerja di kabupaten baru ini berkat kinerja seumaloe. Waktu itu Pak Hamdani Raden, bupati  perdana di Bireuen mengurus kepindahanku relatif sulit. Rekan-rekan bahkan pejabat di Aceh Utara cukup berat melepaskanku, tanpa alasan yang jelas. Namun kelihaian Pak Hamdani Raden dalam memanfaatkan Bang Mukhtar Raden sebagai seumaloe menghadapi Bupati Aceh Utara kala itu, surat pindahku pun ditandatangani. Secara tidak langsung aku mengenal tradisi seumaloe lewat Pak Hamdani Raden, yang memang bijak dalam menyikapi keadaan.

Sejauh dimanfaatkan untuk kepentingan umum, tradisi seumaloe ini relatif positif karena nilai yang terjadi kepada pemanfaatkan kharisma seseorang. Di tahun 1970-an ke masa sebelumnya, aku merasakan guru, guru mengaji, kepala desa, dan beberapa sosok di suatu tempat merupakan seumaloe bagi semua warga. Tak ada masyarakat yang berani menjawab tatkala sosok-sosok ini menegur pelanggaran yang dilakukan masyarakat.  

EKONOMI LHOKSEUMAWE


Lhokseumawe Yang Menjanjikan

Lhokseumawe, 221013
Sekira tahun 1990 hingga 1994, lima proyek vital, Mobil Oil, PT Arun, PT PIM, PT AAF, dan PT KKA, di Aceh menunjukkan kegemilangnnya. Tepatnya di Kabupaten Aceh Utara yang beribukota-kan Lhokseumawe. Di tahun-tahun itu produksi lima pabrik berskala nasional di sana menunjukkan angka produksi yang meningkat. Di mana-mana terlihat bus angkutan karyawan berseliweran di jalan dari  Bireuen  hingga Lhoksukon. Aktivitas kendaraan itu antara lain menjemput karyawan dan mengantar para ibu-ibu berbelanja.  Wajah-wajah ceria menghiasi pusat-pusat perbelanjaan, seakan mampu menurunkan temperatur kota yang tinggi, setiap jelang akhir bulan. Peredaran uang di kawasan pesisir utara Aceh kala itu cukup besar. Lhokseumawe dan sekitarnya yang menyandang gelar kota petrodollar, mampu menarik perhatian para pencari kerja di seluruh Aceh bahkan Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat dunia lebih mengenal Lhokseumawe ketimbang Banda Aceh yang hanya berperan sebagai ibukota propinsi. Tidak pula mengherankan, Kabupaten Aceh Utara memiliki jumlah penduduk sepertiga penduduk Aceh waktu itu.

Setiap malam tahun baru di era itu, hiburan rakyat yang dibiayai lima proyek vital tersebut menyeluruh di seantero Kota Lhokseumawe. Artis-artis ibukota pun seakan bergiliran untuk hadir di kawasan Zona Industri Lhokseumawe (ZILS). Seingat aku, pimpinan PT Asean Aceh Fertilizer, Rahman Subandi, PT Arun, Wicaksono, dan PT PIM, Djarot, cukup bersahaja dalam mengokomodir hak-hak karyawan dan masyrakat di seputar pabrik masing-masing. Nama-nama mereka cukup dikenal di kawasan Lhokseumawe ketika itu.

Gerakan awal dari booming uang di Lhokseumawe yakni pada 1975-an, di saat Bechtle dan Mobil Oil membangun kilang gas raksasa di sana. Berikut dengan kilang-kilang yang lain, dua pabrik pupuk dan kertas. Peredaran uang di kawasan ini dapat diperhitungkan, berdasarkan jumlah karyawan serta besaran gaji mereka.

Pada tahun 1990 aku baru diangkat sebagai pegawai negeri. Aku waktu itu hanya sebatas staf pada Dinas Pekerjaan Umum Aceh Utara yang selalu diikutsertakan dalam seminar Aceh Pasca Gas di Bappeda Aceh Utara. Dalam seminar bergengsi yang kerap dihadiri para pakar dari Jakarta dan Banda Aceh kala itu banyak hal yang membanggakan bagi kita selaku generasi muda. 

Jamaluddin Harun alias Jimmi, kelahiran 4 Agustus 1945, terakhir pensiunan PT AAF berujar bahwa enak hidup dulu dari pada sekarang. Masa sebelumnya, ekonomi pesisir utara digerakkan oleh aktivitas ekspor import dari pelabuhan umum Kota Lhokseumawe. Memudarnya aktivitas pelabuhan Lhokseumawe tahun 1970-an seiring bangkitnya proyek vital Lhokseumawe. 

Selasa, 29 Januari 2013

JARAK BIREUEN


Pengembangan Jarak (Jathropha Curcas) Bireuen

Bahwa untuk mengembangkan suatu potensi di daerah/kawasan dengan tepat sasaran perlu dilakukan langkah-langkah strategis berbasis alamiah sehingga potensi yang diharapkan pengembangannya ini bernilai promosi dan mampu menggerakkan nilai promosi ini dengan sendirinya dan berkesinambungan.

Tumbuhan Jarak (Jathropha Curcas) sebagai salah satu penghasil biodiesel yang mudah tumbuh dalam jumlah banyak di dataran Kabupaten Bireuen merupakan tanaman yang baru diperkenalkan manfaatnya kepada masyarakat. Di tengah sebagian masyarakat Kabupaten Bireuen promosi ini telah mendapat sambutan yang positif dengan salah satu indikasinya adalah tumbuhnya kelompok masyarakat yang melakukan pembibitan serta kelompok masyarakat pemilik lahan marginal melaporkan miliknya ke pemerintah kabupaten.  Sementara pabrik biodiesel yang telah terpasang dengan kapasitas poduksi 2.000 liter/hari telah siap menampung bahan baku sebanyak 6.000 kg/hari.

Oleh karenanya perlu disikapi kondisi ini dengan menerapkan rangkaian kegiatan strategis dengan memberi apresiasi kepada kelompok masyarakat yang telah menyambut baik kebijakan pemerintah sehingga tanaman ini dapat memberi insentif kepada masyarakat dari proses pembibitan, penanaman hingga masa panen, di samping tujuan pokok program yaitu menumbuhkan atmosfir ekonomi mikro pada tahap awalnya hingga berkembang menjadi nuansa ekonomi makro.

Strategi awal yang mudah dan mampu dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan komitmen pemberdayaan ekonomi masyarakat serta mendapatkan nilai promosi, adalah  :

  1. Memberi penghargaan kepada kelompok petani pembenihan dengan cara membeli produk bibit dari kelompok ini dengan harga tertentu sesuai  tahap promosi sehingga mewujudkan gairah penanaman  di kelompok masyarakat itu sendiri.

  1. Memberi penghargaan kepada kelompok pemilik lahan terlantar dengan cara memberikan bibit produk masyarakat pembibitan dan kelompok ini diberikan biaya penanaman dengan besaran harga tertentu sesuai  tahap promosi sehingga juga mewujudkan gairah penanaman  di kelompok masyarakat itu sendiri.

  1. Membeli hasil panen dari masyarakat untuk kebutuhan pabrik biodiesel dengan harga tertentu.
Pengalaman masyarakat pembibitan pohon  jarak dan pengamatan  lapangan di Kabupaten Bireuen, perhitungan modal penanaman adalah :

  • Jumlah polybag ukuran 18/25      per kg adalah  170 buah
  • Harga polybag per Kg (per Juni 2006) adalah Rp. 13.000,-
  • Volume pupuk kandang per truck adalah 5 m3
  • Harga pupuk kandang (per Juni 2006) per truck adalah Rp. 200.000,-
  • Jumlah polybag yang terisi per truck pupuk kandang adalah 5.000 buah
  • Kemampuan kerja orang untuk pembibitan perhari adalah 500 polybag perhari
  • Jumlah biji jarak adalah 900 butir perkilogram                          


BERITA ACARA ISLAMIC CENTRE 3

Pilihan terakhit Mesjid Lhokseumawe, 1995, TURKi Style
Pilihan terakhir Mesjid Lhokseumawe, 1995, Persfektis TuRkei
Style


BERITA ACARA ISLAMIC CENTER 2





BERITA ACARA ISLAMIC CENTRE 1




Senin, 28 Januari 2013

ARSIREKTUR ACEH


Pencirian Arsitektur Aceh Pada Bangunan

Trent bangunan bercirikan Aceh sudah dimulai sejaktahun 1970-an. Salah seorang pelopor konsep pengakomodiran nilai-nilai bangunan tradisional Aceh ke dalam bangunan perkantoran pemerintah adalah Wim Sutrisno.  Aku berinteraksi langsung maupun tidak dengan Pak Wim, panggilan akrab Wim Sutrisno, pada tahun 1980-an. Waktu itu kami sama-sama di kepanitiaan pembangunan Mesjid Baitul Makmur Lamprit. Aku masih terlalu junior dibanding panitia lain, namun karena aku kuliah di Fakultas Teknik Sipil, aku bersama rekanku Marnodastrinto dilibatkan untuk urusan bangunan ini.  Kebetulan pula kami sama berdomisili di Kelurahan Bandar Baru, Banda Aceh.

Kantor Bupati Aceh Utara, Konsep arsitektur Aceh
Kebijakan Bupati karimuddin Hasybullah, 1994
Aku lihat Pak Wim merupakan sosok seniman arsitektur yang idealis. Dialah yang pertama medesain bangunan pemerintah harus berlanggam ke-Acehan, yakni Gedung DPRA di Banda Aceh. Sejak itu mulai banyak bangunan kantor di Aceh yang didesain para arsitek junior bercirikan tradisi Aceh.  Banyak pula Pak Wim mendidik putra-putra Aceh dalam mengembangkan diri sebagai konsultan bangunan gedung.

Ada benarnya suatu ulasan bahwa di dalam homogenitas budaya masyarakat Aceh, berkembang heterogenitas dalam mengungkap pencirian ke-Acehan itu sendiri. “Selain itu, homogenitas Aceh, seperti juga homogenitas suku lainnya di Indonesia, tak mungkin bisa dipertahankan terus. Sebab, mobilitas penduduk semakin tinggi di zaman modern. Ambillah contoh Wim Sutrisno, arsitek yang masuk ke Banda Aceh pada Desember 1968,” tulis Zakaria M Passe, jurnalis Tempo pada 18 April 1987.

Sewaktu gubernur Aceh dijabat Ibrahim Hasan, 1983, konsep ini diperkuat dan dimasukkan ke dalam aturan meskipun tidak setingkat peraturan daerah.  Trent ini menggejala hingga sekarang meskipun konsep mimimalis dan Arabis lebih diminati berbagai kalangan di Aceh. Tidak mengherankan, pada masa rekonstruksi Aceh bangunan kantor pemerintah mulai bergeser dari bentuk pencirian Aceh ke selera minimalis, seperi Kantor Walikota Banda Aceh. Ada juga yang han menyentuh sisi ke-Acehan pada bangunan pemerintah dari beberapa elemen saja seperti melengkapi bentuk kemiringan atap, melengkapi bangunan dengan tombak layar, atau menambah motif ukiran Aceh di pintu dan jendela.  

Minggu, 27 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-20

Buku Pak Bukhari dan Pak Yan

Buku Karya Pak Bukhari
dan  Sofyan M Saleh, 1986
Aku sudah mengambil mata kuliah teknik lalu lintas (TLL) pada tahun 1983. Mata pelajaran itu diasuh Ir Buchari RA M Eng. Masa itu buku ajar begitu sulit, diktat juga tidak ada. Pak Bukhari lantas membantu kami dengan menterjemahkan buku berbahasa Inggris, lumayan sekali tebalnya. Setiap kami diberikan kertas tulisan tangan hasil terjemahannya, masing-masing 1 lembar per orang. Tugas kami adalah mengetik dan membagikan kepada kawan-kawan yang lain, untuk saling tukar hasil ketikan. Ketikanku yang paling jelek, karena memang aku tidak punya mesin ketik pribadi, selain menumpang pada kawan-kawan berpindah-pindah. Dengan demikian, hasil ketikanku punya kekhususan tersendiri, yakni hurufnya bervariasi. T Iskandar, rekanku  angkatan 1977, yang sama mengambil mata kuliah itu sangat rapi mengetik dan senang bila dilihat. Dia marah sekali kepada lembar kertas yang aku ketik, tapi dia tidak mengetahui itu milikku. 

Pada tahun 1986, buku itu telah diedit oleh Pak Bukhari bersama Ir Sofyan M Saleh, asistennya. Banyak mahasiswa terbantu oleh buku itu. Tidak hanya sebatas mengikuti mata kuliah saja, tetapi buku itu dipakai oleh rekan-rekanku bidang transportasi untuk tugas akhir (TGA). Aku membeli buku itu tahun 1991, setelah tamat. Semoga karya Pak Bukhari dan Pak Yan menjadi amal shalih dari Allah, pemilik segala ilmu.   

SERI FAKULTAS TEKNIK-19

Ujian Sarjana Mahasiswa

Razuardi Ibrahim membahas dalam
ujian sarjana mahsiswa Fakultas Teknik Al Muslim
Bireuen, 27 Januari 2013
Aku sedah terlibat dalam ujian sarjana mahsiswa Fakultas Teknik Unimus, jurusan sipil dan arsitek sejak tahun 2006. Hari ini, Minggu, 27/01/13, aku diundang sebagai pembahas terhadap 3 mahasiswa, Nova, Mely dan Darwis. Nova memilih judul terkaitan permodelan tranportasi, Mely tebal perkerasan, dan Darwis tentang geometrik jalan di Sabang. Banyak aku arahkan mereka tentang mengungkap materi penulisan, karena aku ingat sekali bagaimana Pak Ali memperlakukan aku secara manusiawi, tatkala aku sulit memahami teknik penulisan karya ilmiah. Aku mendapatkan kepuasan lain hari ini, sama seperti hari-hari lalu saat mengujiankan beberapa seniornya terdahulu. Kami makan bersama seluruh dosen, mahasiswa yang ujian dan yang hadir, di kantin belakang. Dalam setiap kali ujian, aku tidak pernah menjebak mereka dengan pertanyaan yang membuat mereka gugup, takut, dan salah tingkah. Biasanya, setelah aku giring pertanyaan seperti apa yang ditulisnya dalam naskah TGA, dan tak mampu dijawab, aku mengarahkan ke konsep kausalitas dari tulisan itu. "kalau ada yang tidak berkaitan dengan judul ini, sebaiknya dihapus saja," pintaku kepada mereka. Aku juga berdoa, agar mereka bisa mengalirkan pesan-pesan Pak Ali Ismail yang pernah kuterima selama di Fakultas Teknik Unsyiah, 25 tahun silam.

SERI FAKULTAS TEKNIK-18


Lima Prestasi Jurusan Sipil, 2002

Gemilang jurusan Teknik Sipil boleh dikata pada tahun 2002, tatkala Fakultas Teknik dipimpin Ir Thantawi Djauhari, MSc priode ke dua (2000-2004). Kegemilangan ini diukur dari beberapa keberhasilan dari capaian beberapa target penting. Selain dukungan peralatan komunikasi yang relatif memudahkan juga tidak kalah pentingnya, yakni kebersamaan yang terbangun lintas jurusan dan kreativitas para dosen muda yang baru pulang pendidikan. Setidak-tidaknya demikian pernyataan salah seorang wisudawan sipil di tahun itu, “kerjasama seluruh komponen fakultas cukup baik,” kata Dian yang sekarang bekerja di Pantai Barat Aceh. Pembantu Dekan (PD) I, Ir Hasballah Abdullah M Sc, PD II Ir Jalaluddin MT, PD III Ir Yusri Yahya MM, PD IV, Ir Yoesbenz. Sementara, Ketua Jurusan Teknik Sipil Ir Sofyan M Saleh, M Sc dan Sekretaris Jurusan Dr Ir Alfiansyah YBC. Lima prestasi penting yang dicapai, yakni :

A.      Akreditasi jurusan sipil menjadi A, dikordinir pimpinan jurusan teknik sipil
B.      Pembukaan Prodi Magister Teknik Sipil-S2, Dr Ir Taufiq Saidi, M Eng
C.      Pembentukan ISATSI, yang digawangi Dr Ir Agussalim, M Sc
D.      Pengirim kandidat doktoral (S3), dikordinir pimpinan jurusan teknik sipil
E.       Terakreditasi Jurnal Teknik Sipil, dikordinir pimpinan jurusan teknik sipil

SERI FAKULTAS TEKNIK-17


Piston Cup

Sekira tahun 1984, kawan-kawan dari jurusan teknik mesin membuat surprise lewat event olah raga sepak bola antar mahasiswa. Mereka mengusung pertandingan antar fakultas dan dalam fakultas antar jurusan. Hadiah pokoknya benar-berar sebuah piston yang telah dibenahi oleh kawan-kawan yang juga aktivis kampus masa itu, selain hadiah lainnya yang bisa dimanfaatkan. Motor kegiatan itu dikenal dengan panggilan dedek, alias Dirhamsyah mahasiswa teknik jurusan mesin angkatan 1981. Adalagi pendukung dedek, seperti Luki, Jamal, dan beberapa nama lain yang aku lupa. Perhelatan tahunan itu lumayan hebat dan mampu memikat fakultas lain di lingkungan Unsyiah. Tidak jarang terjadi konflik pertandingan di lapangan, tapi dapat diselesaikan bersama oleh panitia dan para senior. Namun sekarang kereativitas itu tak pernah terdengar lagi, Piston Cup berakhir beberapa tahun setelah Dirhamsyah diwisuda tahun 1987. Aku sendiri pernah diajak membuat spanduk acara oleh dedek pada awal melaunching. Anak-anak teknik mesin setiap pertandingan berjaga-jaga di sekeliling lapangan sambil menabur drum dan bunyi-bunyian lainnya. Riuh rendah suasana waktu itu dan cukup dapat diandalkan sebagai trademark Fakultas Teknik. Dirhamsyah sekarang berstatus doktor dan sebagai tenaga pengajar di almamaternya, teknik mesin.

SERI FAKULTAS TEKNIK-16


Awal Gemilang Lulusan FT, 1983

Tahun 1983, merupakan tahun awal mahasiswa jurusan teknik mesin dan kimia mewisuda lulusan. Kedua jurusan yang melengkapi jurusan sipil ini mulai dibuka dan menerima mahasiswa pada tahun 1977.

Pada tahun 1983, jumlah wisudawan 28 orang dari jurusan sipil, mesin dan kimia.
Pada tahun 1984, wisudawan berjumlah 43 orang, jurusan sipil, mesin, kimia
Pada tahun 1985, lulusan yang diwisuda 30 orang, jurusan sipil, mesin, kimia
Pada tahun 1986, wisudawan berjumlah 52 orang, jurusan sipil, mesin, dan kimia
Pada tahun 1987, berjumlah 81 orang, dari jurusan sipil, mesin dan kimia
Pada tahun 1988, berjumlah 251 orang wisudawan, asal tiga jurusan seperti disebutkan di atas.

Gemilang dalam jumlah lulusan terealisir setelah Fakultas Teknik memberlakukan kebijakan cameback pada tahun 1986  bagi mahasiswa seluruh jurusan dan angkatan sejak tahun 1963, seperti Sulaiman Hasyim, kelahiran Bireuen, 17 Nopember 1944 dan Djalaluddin,  kelahiran Desa Aneuk Batee, 5 Desember 1938.    



SERI FAKULTAS TEKNIK-15


Fluktuasi Lulusan Fakultas Teknik Sebelum 1982

Pada tahun 1974, Fakultas Teknik hanya mampu melahirkan tiga wisudawan. Satu di antara dari mereka mengabdi sebagai dosen.  Para wisudawan tahun 1974 dimaksud yakni,

Ir. Elmy, pria kelahiran Singkil, 12 Maret 1945 masuk ke Fakultas Teknik 1963 dan diyudisium pada 1974.
Ir. Ishak Hasan, pria kelahiran Pagar Air, 15 April 1944 masuk Fakultas Teknik 1964 dan diyudisium  pada 1974.
Ir. Thantawi Jauhari M Sc, pria kelahiran Lubok, 13 Juni 1945, masuk Fakultas Teknik 1965 dan diyudisium pada 1974. Pak Thantawi pernah mengajar mata pelajaran Konstruksi Jalan Raya dan menempa mahasiswa dalam memahami rancang bangun jalan melalui rancangan struktur jalan raya.

Tahun berikutnya, 1975, jumlah wisudawan pun belum menunjukkan kenaikan yang signifikan, yakni bertambah 2  menjadi 5 orang. Dua di antaranya mengabdi sebagai dosen, yakni :

Ir. Dwi Priyanto, pria kelahiran Ponorogo, 1 Mei 1946, masuk Fakultas Teknik pada tahun 1967 dan tamat 1975.
Ir. Amir Rajab, pria kelahiran Banda Aceh, 2 Juli 1944, masuk Fakultas Teknik tahun 1968 dan tamat 1975.
Ir. Awizar, pria kelahiran Bukittinggi, 16 Oktober 1940, masuk Fakultas Teknik tahun 1968 dan tamat pada tahun 1975
Ir. Said Abdullah, pria kelahiran Pidie 17 Agustus 1944, masuk Fakultas Teknik tahun 1967 dan tamat pada 1975.
Ir. Syarifuddin Husin,  pria kelahiran Sigli 30 Desember 1947, tahun masuk 1965,  tamat  pada 1975.

Pada tahun 1976, wisudawan bertambah satu lagi dari tahun sebelumnya, yakni menjadi 6 orang.  Empat orang di antaranya mengabdi menjadi dosen pada almamaternya, Fakultas Teknik Unsyiah. Para wisudawan tersebut, yakni :
  1. Ir. Darusslam Idrus, masuk ke Fakultas Teknik 1964 dan tamat 19762.     
  2. Ir. Hasballah Abdullah, masuk Fakultas Teknik 1968 dan tamat 
  3. Ir. Hasbi Musa, masuk tahun  1968, tamat 197
  4. Ir. Rusman MS,  masuk tahun 1964, wisuda 1976
  5. Ir. Basri Abah, masuk tahun 1964, tamat 1976
  6.  Ir. M Ramli Johan, masuk tahun 1965, tamat 1976

Dengan demikian, pertambahan dosen Fakultas Teknik yang berasal dari alumni dalam tiga tahun, 1974 hingga 1976 hanyalah sebanyak 7 orang.  Dalam kurun lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1977 dengan 4 wisudawan,  1978 dengan 7 wisudawan, 1979 dengan 12 wisudawan, 1980 dengan 12 wisudawan dan pada tahun 1981 kelulusan mulai bertambah dengan 14 wisudawan, namun belum pernah mencapai jumlah 20 orang per tahun. Pada tahun 1982,  jumlah wisudawan sudah mencapai 21 orang dan di tahun ini pulalah Fakultas Teknik mulai memperlihatkan trend yang baik dalam jumlah lulusan hingga ke tahun berikutnya.

Sabtu, 26 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-14


Evaluasi Mahasiswa Tahun 1963

Gerbang Kampus Unsyiah,
karya Mahdi Abullah, seniman Aceh  tahun 2000-an, 190113

Mahasiswa angkatan pertama Fakultas Teknik berjumlah 76 orang, termasuk mahasiswa cadangan sejumlah 18 orang.  Hingga tahun 1988, mahsiswa yang tamat hanya 15 orang, dengan perincian, yang menamatkan dalam 7 tahun sebanyak 4 orang, 9 tahun 1 orang, 10 tahun 1 orang, 16 tahun 1 orang, 17 tahun 3 orang, 18 tahun 1orang, 19 tahun 1 orang, dan yang 25 tahun 2 orang. Dari sejumlah itu, para lulusan angkatan 1963 yang bersedia menjadi dosen hanya 7 orang, yaitu bapak atau ibu,  M Ali Ismail, Bustam Husin, Sukmayati, Masri Sutan Bandaro, Tjut Ranian, Saharuddin, dan M Yusuf H Benseh (Yusben). Dari ke-tujuh sarjana teknik sipil ini, 2 di antaranya wanita. Kalau tidak berlebihan, merekalah pilar-pilar agung yang mengantarkan Fakultas Teknik Unsyiah  berkembang hingga seperti yang kita saksikan hari ini, selain sosok-sosok pengabdi  yang berasal dari lain universitas atau lain instansi saat berdirinya fakultas. Semoga pengabdian dan pengorbanan yang bapak-ibu berikan menjadi amal shalih disisi Allah, pemilik manusia.


SERI FAKULTAS TEKNIK-13

Buku Pak Bustam Yang Mencerdaskan

Mekanika Teknik I karya Ir Bustam Husin
Sejak mula-mula  kuliah di smester 1, aku dan kawan-kawan angkatan 1980 telah mengenal buku ajar Mekanika Teknik I, Statis Tertentu, karya Ir Bustam Husin dosen mata kuliah tersebut. Waktu itu kami tidak mampu membeli buku-buku kuliah, yang memang langka di Aceh. Hanya rekan-rekan yang mampu secara ekonomi saja yang mampu membeli buku pelajaran teknik dari luar daerah. Buku karya Pak Bustam itu dalam bentuk stensilan seukuran folio, atau sering disebut juga ukuran legal. Buku tersebut diperbanyak oleh bagian pengajaran fakultas. Setiap kali terbit, buku itu habis terjual. Selain mudah dipelajari, materi dalam buku itu boleh dikonsultasikan kepada dosen bersangkutan, di mana saja. Harganya di tahun 1980 sebesar Rp 3.500,- saja. Harga sejumlah ini juga cukup berat bagi mahasiswa tertentu, seperti aku. Namun atas kebaikan kawan-kawan, aku bisa meminjam untuk belajar. Banyak rekan-rekanku memahami cara menghitung mekanika dengan mempelajari buku karya Pak Bustam. Setidak-tidaknya, maksud Pak Bustam untuk memudahkan mahasiswa tercapai lewat karyanya. "Tiada yang sulit jika kita mau memahami," kira-kira demikian kata Pak Bustam dalam setiap mengajar. Semoga karya Pak Bustam berupa buku Mekanika Teknik I ini menjadi amal berkelanjutan di sisi Allah, penguasa segala ilmu. Amin.

SERI FAKULTAS TEKNIK-12

Penciptaan Mars dan Hymne Isatsi

Razuardi Ibrahim, 2005
Waktu itu tahun 2002, beberapa alumni Fakultas Teknik yang juga dosen meneleponku di Lhokseumawe. Mereka yang terdiri dari Dr Ir Agussalim MSc, Dr Ir Alfiansyah YBC, Dr Ir Taufiq Saidi M Eng, dan Ir Sofyan M Saleh, M Sc, memberitakan bahwa mereka akan membentuk Ikatan Sarjana Teknik Sipil (ISATSI). "Kira-kira ada dukungan dari kawan-kawan Lhokseumawe ?," tanya Alfiansyah. "O, jelas," sahutku seraya bergegas menghubungi Wesli dan Maimun Bewok. Beberapa hari kemudian aku mengajak rapat kecil, Wesli dan Maimun di kantor konsultan PT Pilar Teguh Perkasa, Kutablang, Lhokseumawe. Banyak juga kawan-kawan yang hadir waktu itu. Menurut Maimun, ianya sudah mendengar juga tentang rencana ini dari Rachmatsyah Nusfi, salah seorang pendesain organisasi dan deklarator.
Wesli, 2005

Menurut Pak Agussalim, organisasi yang dideklarasikan pada 28 September 2002 di Kopelma Darussalam ini tidak terbatas untuk alumni Fakultas Teknik Unsyiah saja. "Tapi untuk semua sarjana teknik sipil yang ada di Aceh," kata Pak Agussalim seraya menjelaskan fungsi organisasi lebih menekankan kepada pembinaan ke-insinyuran. Aku dan kawan-kawan lain di Bireuen, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe menyambut baik rencana ini tidak lebih karena kekaguman terhadap sosok-sosok deklarator yang mampu berkolaborasi dalam pengabdian lintas angkatan. 

Mereka meminta kami dari tiga kabupaten-kota untuk menyiapkan rencana musyawarah. Aku bersama Wesli dan Maimun, menggiring acara diadakan dalam satu tempat dan waktu bersamaan. Kami memilih gedung serba guna PT Arun atas bantuan Bang Bustami AB, Bang Sufrin Bustami dan Faizin, karyawan di perusahaan itu. Pada tanggal 5 April 2003, perhelatan musyawarah Isatsi terselenggara dengan sukses.  Pada hari itu pula kami me-launching mars dan hymne Isatsi untuk melengkapi akte pendirian, AD-ART, dan perizinan lainnya. Kedua nyanyian yang kutulis bersama Wesli, dinyanyikan bersama-sama oleh sekitar 150 sarjana teknik sipil yang ada di Bireuen, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe. Acara semakin semarak tatkala pembukaan di lakukan oleh Bupati Aceh Utara, Ir Tarmizi Karim, MSc. 

Mars Isatsi
cipt Razuardi Ibrahim dan Wesli-2003
4/4

Ikatan Sarjana Teknik Sipil
Nangroe Aceh Darussalam
Komunitas Profesional
Menyambut Era Globalisasi

Ikatan sarjana Teknik Sipil
Akan selalu mengabdi
Menjunjung tinggi kode etik profesi
Memayungi para teknisi

Reff :

Isatsi, Isatsi
Capailah kenyataan dengan visi
Isatsi, Isatsi
Satukan kami dalam berbakti

Hymne Isatsi
cipt. Razuardi Ibrahim dan Wesli-2003
4/4

Wadah kami berhimpun
Tuk wujudkan karya nyata
Tuk membina profesi
Ikatan sarjana Teknik Sipil

Kami ingin membangun
Negri tanah ibu pertiwi
Dengan payung Isatsi
Ikatan sarjana Teknik Sipil

Reff ;

Di Nangroe Aceh Darussalam
Tanah persada kita bermula
Kembangkanlah sayapmu
Ke s’luruh negri Indonesia

SERI FAKULTAS TEKNIK-11

Musyawarah Kaft Priode 1999-2002

Pada priode kali ini, 20 Maret 1999, Keluarga Alumni Fakultas Teknik (KAFT) bersidang lagi, untuk menentukan pemimpin alumni priode 1999-2002. Pemandangan menarik dalam setiap kegiatan alumni, Pak Ali Ismail selalu hadir mengawal arah kebijakan organisasi. Untuk keterwakilan angkatan 1980, diutus Ir Yuhanis Yunus, yang waktu itu sudah menyelesaikan program magisternya. Dalam susunan formatur, tersebut nama-nama yang cukup representatif, yakni Ir M Ali Ismail M Eng, selaku ketua merangkap anggota, Ir Usman Budiman selaku sekretaris merangkap anggota, sementara Ir M Ali Gadeng, MM, Ir Abdoeh Hamid, Dr Ir Agussalim, Msc, Ir Yuhanis Yunus MSc, dan Ir Surya Darma JS, MT, sebagai anggota. Suasana kekeluargaan yang muncul ketika itu luar biasa. 

Tak ada kepentingan lain saat itu, selain membangun kebersamaan alumni dengan sharing dalam segala hal. Semua sepakat tatkala Bang Usman Budiman dibebani tugas ini, karena memang sosok ini mampu bersikap akomodatif terhadap kerjasama dengan fakultas. Banyak alumni yang dibesarkan Bang Usman Budiman tanpa sikap tendensius, namun dengan pola pembinaan karier baik secara formal birokrasi maupun dalam kapasitas swasta.  Meskipun tidak terbantahkan, masih ada selentingan ketidakpuasan tentang sosok ini waktu itu. Aku juga hadir di sana dan diberitakan oleh Bang Edt (Ir Nazaruddin) turut membantu di seksi Pemberdayaan Alumni. Keesokan harinya, aku diberikan fotocopy susunan pengurus alumni lengkap. Kucermati satu per satu nama-nama yang tertera di tiga lembar kertas copy-an. Nama personal aktivis kampus masa lalu relatif minim, bahkan hampir tidak ada sama sekali. Sepulang aku dari musyawarah itu, aku sampaikan daftar susunan pengurus KAFT priode 1999-2002. Setelah dibacanya, ia berkomentar ringan, "kita sudah terjebak dalam pola pikir 'kalau sudah pejabat harus ada posisi dalam organisasi sosial sekalipun'."     

Jumat, 25 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-10


Bergerombol Ke Geoteknik

Identitasku di Lab Mektan, 1987
Jelang  akhir  memenuhi materi kuliah di jurusan teknik sipil,  banyak mahasiswa rada bingung mengusulkan judul tugas akhir (TGA), skripsi pada fakultas lain. Karena persyaratan objek penulisan dari proyek bidang-bidang tertentu relatif sulit, seperti perencanaan gedung harus dengan jumlah lantai tertentu, untuk jembatan harus dengan bentang tertentu, jalan juga begitu dan irigasi apalagi. Waktu itu proyek-proyek berskala besar relatif jarang di Aceh, kalaupun ada relatif jauh ke pedalaman sehingga butuh banyak dana untuk itu. Namun berbagai kesulitan mahasiswa dipahami oleh para dosen senior yang memang mengharapkan adanya peningkatan jumlah lulusan.
Identitas Maimun Bewok yang disandra Bang Saleh
akibat ke-usilan kami, 1987
 Pada smester genab 1984, Pak Ali Ismail membuka bidang studi baru, yakni Geoteknik untuk melengkapi empat bidang terdahulu, Bidang Struktur, Hidroteknik, Transportasi dan Pengelolaan. Kehadiran Bidang Geoteknik yang meliputi perencanaan terkait tanah seperti pondasi, tanggul, bendung dan penelitian, tentu membutuhkan tambahan materi bagi mahasiswa yang berminat. Materi tambahan yang diasuh Pak Ali Ismail dan Pak Buchari yaitu Mekanika Tanah-3 dengan 3 SKS. Dengan kesabaran yang luar biasa kedua dosen senior ini bersedia mengasuh mahasiswa sembari membimbing tugas akhir.  Banyak juga peserta yang beralih ke bidang baru ini, mengingat objek penulisan TGA yang semakin terbatas.

Razuardi Ibrahim saat
menemui Maimun untuk
berkisah tentang
Lab Mektan 22101012 
Angkatan pertama yang melamar ke bidang studi ini antara lain, Ir Yuhanis, Ir Banta Chairullah, M Eng, Ir Ruslan Abdul Gani, M Sc, Ir Bustami AB dan Ir Husaini Muin. Berikutnya, muncul peminat baru untuk bidang ini dalam jumlah yang lebih banyak. Di smester genap tahun 1996, datang gerombolan aku dan kawan-kawan memenuhi ruang Pak Ali di Laboratorium Mektan. Gerombolan kami, angkatan ke-4 bidang Geoteknik,  terdiri dari aku sendiri (Razuardi), Rachmatsyah Nusfi, Maimun Js, Ruzuardi (Ibenk), Alif Adil, Syamsir Alam, Maimun Umar, Marwan, dan Rizal.
Maimun Bewok saat bercerita
ulang tentang Bang Saleh,
di Lhokseumawe 22102012
Gerombolan kami cukup mewarnai suasana penelitian, yang dipimpin oleh Maimun Js. Aku harus tunduk atas aturannya karena selain senior dia juga bertampang sangar dengan berewok memenuhi wajah. Meskipun demikian, dia tidak serta merta dapat mengacaukan suasana laboratorium tanpa aku. Petugas sering marah kepada aku dan Maimun, namun kesalahan itu mampu dilimpahkannya ke kawan lain. Bang Saleh, petugas kebersihan laboratorium Mektan setiap saat siap “menghajar” dengan sapu tatkala kami memasukkan sepatu berlumpur ke tempat itu. Namun, aku dan Maimun selalu merayunya dengan janji-janji masa depan menyenangkan. “Kalau kami sudah insinyur, pokoknya Bang Saleh tenang aja,”  ungkap kami disambut senyum pria pengisap rokok daun nipah ini. Kami sering minta tolong Bang Saleh untuk amankan benda uji milik kami, “kalau ada yang ganggu sampel kami, Bang Saleh gebuk aja pake sapu,”  kata Maimun Bewok. “Pokoknya Bang Saleh kami anggap preman kami,” kataku. “Tapi jangan kalian lapor Pak Ali,” pinta Bang Saleh. “O, jelas mana boleh ada yang tau,” sambutku. “Jangan-jangan Bang Saleh yang lapor Pak Ali bahwa Bang Saleh sudah jadi premean,” cetus Bewok. “O, jangan gitu kau Mun, “  kata Bang Saleh sambil mengangkat gagang sapu ijuk ke atas punggung Bewok. “Eps, ha kan baru ada jabatan udah beraksi,“ kata Maimun. “Kita angkat preman lain aja Mun, Bang Nu kan ada, payah kali sikit-sikit marah preman kita ini, “ kataku sambil melerai. “Bukan gitu, kalian jangan pancing-pancing emosi aku,” ungkap Bang saleh membela diri. Beberapa menit dari insiden itu, kami bertiga rehat di bawah batang asam depan laboratorium sambil melanjutkan cerita indah kami. “Mun, kalau kita udah insinyur, waktu Bang Saleh sakit kita rawat dimana ya?,” tanyaku disambut senyum Bang Saleh. “O, kalau aku sek, kita bawa ke rumah sakit Pertamina aja,” jawab Maimun. Pria yang jadi objek berita kami sesekali nyeletuk dengan suara parau dan sengau, namun kami tidak merespon apa yang dia sampaikan. Jelang pukul sebelas siang tatkala kami mulai kepingin kopi, Maimun nyeletuk, “ngapain tunggu Bang Saleh sakit Sek, kita ketok aja kepalanya, udah itu kita antar ke rumah sakit Pertamina.” “Iya juga Mun, cepat kita lepas utang kan,” sambungku. Orang bertubuh pendek rada tambun ini terdiam sebentar sambil mencermati dialog terakhir dari kami. “Kurang ajar, sekarang aja ketok, biar kugebuk kalian pakai sapu ini,” responnya cepat sambil berdiri. “Tenang bang, itu kan misalnya,” kata kami berdua sambil bangkit menuju kantin fakultas. Bang Saleh menatap kami lama, hingga tidak kelihatan lagi.  Keesokan harinya, Bang Saleh melapor bahwa dia sudah menyandera identitas kami untuk dilaporkan ke Pak Ali. Waktu itu kami diam aja dengan wajah memelas, agar dia melunak sambil menyatakan, “abang tetap preman kami ya.”

SERI FAKULTAS TEKNIK-9


Evaluasi Angkatan 1980

Saat mahasiswa angkatan 1980 masuk ke Fakultas Teknik, dekan fakultas masih dijabat oleh Ir M Ali Ismail, M Eng. Sebelum mulai perkuliahan, dilakukan masa perkenalan dengan para dosen yang akan memberi mata kuliah. Pertemuan itu dilaksanakan di Aula lama yang terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Pada saat itu, Pak Ali juga menjelaskan tentang tata tertib perkuliahan serta jumlah sistem kredit smester (SKS) yang harus dipenuhi. “Untuk mencapai sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan 144 SKS,” jelas Pak Ali ketika itu.
Razuardi Ibrahim, 1983, tatakala
sebagai mahasiswa teknik sipil
angkatan 1980
Dosen wali untuk mahasiswa angkatan 1980 jurusan teknik sipil sejumlah 2 orang, yakni Ir Joesbenz dan Ir Muntasir AM. Aku sendiri dibimbing oleh Ir Joesbenz dengan jumlah SKS yang diberikan untuk  smester I, 24 SKS yang meliputi semua mata kuliah. Kendala utama yang dirasakan seluruh mahasiswa pada masa itu ialah kelangkaan tenaga pengajar.  Kami sungguh memaklumi kondisi ini, karena setelah mengajar pada kelas dan angkatan lain, para dosen harus memenuhi jam pada kelas kami. Namun demikian, kondisi mengajarkan kami untuk mencari tau tentang mata kuliah mana saja yang dosennya tidak masuk atau berhalangan. Lazim juga, dosen-dosen tertentu menempel pengumuman jadwal mulai perkuliahan.

Akhir ujian smester pertama, Desember 1980 dengan pengumuman ditempel bagian pengajaran pada bulan Januari 1981, banyak kawan-kawan mulai resah. Tidak jarang tersaksikan kawan-kawan yang hanya lulus 1 atau 2 mata kuliah saja. Sebagian mahasiswa senior mulai memberi doktrin keliru saat itu dengan semboyan, “kuliah santai, ujian hobby, lulus  nasib, dan sarjana impian.”   Hambatan besar yang aku dan rekan seangkatanku rasakan pada smester 3, Juli-Desember 1981, saat mengisi kartu rencana studi (KRS). Di tahun itu, beberapa matakuliah digabung dengan SKS yang dijumlahkan. Sebagai contoh, pada smester I, mata kuliah matematika terdiri dari matematika 1 dan 2, masing-masing 2 sks. Adalagi matakuliah dengan kondisi serupa, seperti fisika, mekanika teknik, dan lainnya. Kebijakan penggabungan yang dilakukan fakultas cukup baik, namun bagi mahasiswa yang hanya lulus 1 bagian dari pelajaran yang akan digabung, tentu harus mengulang pada smester yang sama tahun berikutnya. Aku mengalami hal seperti itu untuk pelajaran mekanika teknik asuhan Pak Bustam. Mekanika teknik 3, 2 sks, dengan materi analisa momen inersia, aku memperoleh nilai C. Sementara mekanika teknik 4, 2 sks, dengan materi pusat berat yang banyak menggunakan kalkulator, aku mendapat nilai D. Kutulis dikertas jawaban ujian waktu itu hanya rumus ditambah kata-kata, “saya belum punya kalkulator.” Terkait dengan kebijakan kurikulum penggabungan mata kuliah, mungkin, Pak Bustam memanggil aku bersama beberapa rekan untuk diujian-kan di rumah beliau di Punge Blangcut, Banda Aceh. Ujian yang diberikan Pak Bustam singkat dan cepat, yakni dengan cara menyuruh aku menulis sebuah rumus momen inersia, kemudian ditanyakan makna dan prinsip dari simbol-simbol yang ada. Waktu itu juga Pak Bustam memberiku nilai B. Tatkala penggabungan menjadi mekanika teknik 2, 4 sks, nilaiku menjadi B. Aku senang sekali waktu itu, seraya berdoa agar banyak dosenku yang bijak serupa itu. Ternyata memang banyak dosenku yang bijak di tahun-tahun berikutnya.  
Tugas Akhir, Razuardi Ibrahim, NIM 80410570/TS
Banyak kawan-kawanku yang sama-sama plonco tidak kujumpai lagi pada smester-smester berikutnya. Ada yang tidak mau melanjutkan kuliah lagi, ada yang pindah, dan ada juga yang kerja di perusahaan atau lulus pegawai negeri. Pada satu malam (19/01/13), aku duduk bersama Yuhanis, rekan se-angkatan, di Banda Aceh untuk suatu tugas evaluasi pembangunan jalan Bireuen-Takengon. Kami bercerita tentang jumlah rekan seangkatan yang jadi sarjana. Sejak saat itu, aku tak sabar ingin mengungkap apa yang ditanyakan Yuhanis. Seraya pulang ke Lhokseumawe, aku mengingat-ingat tentang buku nama-nama alumni yang dibuat Pak Ali Ismail. Daftar urut nama-nama lulusan diadopsi dari Buku Alumni, yang disusun Ir M Ali Ismail M Eng, berdasarkan tanggal kelulusan ujian sarjana dan tahun wisuda. Hingga tahun 1988, jumlah mahasiswa angkatan 1980 yang meraih sarjana teknik sipil sebanyak 27 orang. Sementara, jumlah mahasiswa teknik jurusan sipil yang mengikuti kuliah waktu itu diperkirakan sebanyak 70 orang, terdiri dari 2 kelas, masing-masing kelas sebanyak 35 orang. Artinya, mahasiswa angkatan 1980 yang melanjutkan perkuliahan hingga ke jenjang sarjana berkisar 20 persen dengan masa perkulian tercepat sebanyak 2 orang, selama 6 tahun. Mahasiswa yang menyelesaikan kuliah selama 7 tahun sebanyak 7 orang dan selebihnya sejumlah 18 orang menduduki bangku kuliah selama 8 tahun. Aku tidak mengetahui, apakah ada mahasiswa seangkatanku yang diwisuda setelah 1988.

Mencermati data yang ada, kecenderungan bidang keahlian yang dipilih oleh mahasiswa teknik angkatan 1980 bervariasi, yakni bidang keahlian struktur  8   orang, pengelolaan 1 orang, hidroteknik  6  orang,  transportasi  4  orang, dan geoteknik 8  orang. Artinya, dua bidang favorit yang diminati mahasiswa angkatan 1980, yakni struktur dan geoteknik.

1.     Ir Yuhanis Yunus, kelahiran Banda Aceh, 6 Desember 1961, wisuda 1986, keahlian bidang Geoteknik
2.     Ir Zulkifli Abu Bakar, kelahiran Aceh Utara, 21 Desember 1961, wisuda 1986, Hidroteknik

3.     Ir Isfan Riadi, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 2 Nopember 1960, wisuda tahun 1987, Geoteknik
4.     Ir Cut Lisa, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 1 Januari 1961, wisuda tahun 1987, Geoteknik
5.     Ir Zahedi, kelahiran Meukek, kelahiran 11 Juli 1961, wisuda 1987, Geoteknik
6.     Ir Fauzi, kelahiran Alue Bilie, kelahiran 21 Juni 1960, wisuda 1987, Geoteknik
7.     Ir Zulkifli, kelahiran Samalanga, kelahiran 15 Pebruari 1961, wisuda 1987, Struktur
8.     Ir Susalit Alius, kelahiran Banda Aceh, kelahiran 8 Juli 1960, wisuda 1987, Struktur
9.     Ir Mesti Karo-karo, kelahiran Keriahen, kelahiran 29 Agustus 1960, wisuda 1987, Struktur

10.  Ir Muhammad Zarnil, kelahiran Lhokseumawe, 14 Mei 1958, wisuda 1988, Geoteknik
11.  Ir Henry, kelahiran Banda Aceh 21 Mei 1961, wisuda 1988, Struktur
12.  Ir Syamsul Bahri, kelahiran Manggeng, 22 Pebruari 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
13.  Ir Razuardi, kelahiran Banda Aceh, 9 Desember 1961, wisuda 1988, Geoteknik
14.  Ir Herman Yous, kelahiran Meulaboh,  9 September 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
15.  Ir Maimun, kelahiran Pidie, 8 Pebruari 1960, wisuda 1988, Geoteknik
16.  Ir Syukri, kelahiran Seunong 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
17.  Ir Sulaiman, kelahiran Jeunieb, 1960, wisuda 1988, Transportasi
18.  Ir Musri, kelahiran Meureudu, 10 Oktober 1959, wisuda 1988, Hidroteknik
19.  Ir Bachruddin, kelahiran Kutacane, 18 januari 1959, wisuda 1988, Transportasi
20.  Ir Azwir Mansyah, kelahiran Padang panjang, 22 Juni 1954, Struktur
21.  Ir Laksamarda, kelahiran Semarang, 19 Januari 1961, wisuda 1988, Hidroteknik
22.  Ir Guntur Saragih, kelahiran Pematang Siantar, 3 Desember 1960, wisuda 1988, Struktur
23.  Ir Patris Ade Remaja, kelahiran Medan, 26 Desember 1961, wisuda 1988, Struktur
24.  Ir Gusrizal, kelahiran Banda Aceh, 28 Maret 1960, wisuda 1988, Tranportasi
25.  Ir Yon Indra, kelahiran Balai Tengah, 26 Agustus 1960, wisuda 1988, Transpotasi
26.  Ir H Sofyan S, kelahiran Banda Aceh, 8 April 1960, wisuda Struktur
27.  Ir Fachruddin, kelahiran Pangwa, 2 Juni 1960, wisuda 1988,  Pengelolaan

TGA, karya Isfan Riadi 
Jika tidak diperhitungkan adanya wisudawan angkatan 1980 di tahun berikutnya maka dapat disimpulkan bahwa, 7 dari 27 lulusan angkatan 1980 bekerja mandiri sebagai konsultan. 2 orang bekerja di perusahan negara, 3 orang berprofesi sebagai dosen, selebihnya 15 lulusan berstatus birokrat.