Rabu, 30 Oktober 2013

DALAM SUASANA KESERBASALAHAN

razuardi Ibrahim, Oktober 2013

Memimpin unit kerja aparatur dalam komunitas cerdas membangun sistem yang mampu membuat serba salah pengambil kebijakan daerah, perlu keterampilan khusus. Salah satunya kemampuan dialog dengan pemimpin-pemimpin kelompok masyarakat serta mendapatkan jawaban atau kesimpulan dengan cepat dari prosesi dialog itu. Keadaan dipersulit lagi jika mindset aparatur yang dipimpin,  secara umum  juga seperti yang diceritakan, ber-keniscayaan membangun kondisi keserbasalahan.  Mengatasi keadaan serupa ini harus disikapi dengan transparansi solusi. Artinya, pemimpin yang bersangkutan seyogianya mengusung solusi persoalan secara terbuka sehingga teruji dalam berbagai pertanyaan.


KONTRIBUSI PEREMPUAN PESISIR

Kontribusi Perempuan Dalam APBK

Kontribusi para istri dalam rumah tangga tradisional Aceh cukup signifikan. Tentu yang aku pahami dalam komunitas Aceh pesisir seputar keluargaku. Tidakpun aku berniat melakukan penelitian khusus tentang ini karena sebelumnya aku menganggap hal ini merupakan keharusan. Aku menyaksikan keadaan ini mulai bergeser sejak  pertengahan tahun 1980-an dampak kemudahan zaman yang ditandai maraknya listrik ke desa-desa.
 
aktivitas ibu rumah tangga di Aceh Pesisir
yang lazim disaksikan sebelum 1980-an
Beberapa akivitas istri dalam kebiasaan yang aku saksikan itu, antara lain memasak di dapur, menjaga anak, mencari kayu bakar, angkat air untuk masak, menyuci pakaian, menanam padi di sawah, menjaga ternak kecil, dan melakukan kegiatan sambilan seperti menanam sayur di pekarangan dan lain sebagainya. Di tahun 2007, saat aku tergabung dalam struktur organisasi perlindungan perempuan sebagai konsekwensi jabatan, aku membangun diskusi tentang hal ini. Tujuanku membahas bersama institusi pemberdayaan perempuan kala itu tidak lain untuk membuat formulasi matematis tentang besaran kontribusi istri dalam suatu anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Aku meyakini adanya perbedaan dari indeks atau persentase antara keluarga di Aceh dengan daerah lain, akibat perbedaan tradisi. Namun keinginanku untuk membuat formula sederhana tentang Kontribusi Istri Dalam Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Keluarga Aceh Pesisir ini, terhambat dengan jawaban, “janganlah nanti ada pihak yang tersinggung,” kata seorang pegawai perempuan di institusi terkait.


Senin, 28 Oktober 2013

SUMPAH PEMUDA DI TAMIANG

Razuardi Ibrahim, Tamiang, 28 Oktober 2013

sumpah pemuda

hari ini aku upacara lagi
setelah 2011 silam
tapi tempat beda dari itu
di kawasan timur aceh

banyak peserta hadir
dari kelompok muda sekarang
khidmat tamiang di pagi itu
dalam naungan bangsa 

kualasimpang, 28 oktober 2013

Minggu, 27 Oktober 2013

EVALUASI DIRI

Tabir Tak Suka

Aku biasa tidak memperdulikan ketidaksukaan orang kepadaku sejauh aku merasa tidak pernah merugikannya. Namun saat ini aku tertarik untuk mencermati keadaan tersebut, minimal sebagai evaluasi diri.  Beberapa hal yang kutemui secara umum dalam pergaulan persahabatan yang erat di antaranya, karena aku dianggap bersikap adil. Hal ini kerap aku rasakan ketika aku masih berstatus pemimpin proyek. Biasanya, ketika aku membuat aturan yang adil dalam hal-hal tertentu pihak yang dirugikan dari keadilan itu merasa terusik dan memperlihatkan ekspresi kurang menyenangkan  atau terjadi kesungkanan setiap bertemu. Terparah, manakala orang tertentu memohon bantuan sesuatu kepadaku dan aku sejak awal menolak atas alasan ketidakmampuanku hingga menuruti dampak kesedihannya, ternyata membangun suasana tak suka.
Razuardi Ibrahim, 24-10-13


Selanjutnya, karena tidak sepakat. Hal ini pernah juga aku rasakan ketika pihak tertentu tersinggung atas ketidak-sepakatan terhadap kehendak yang diusungnya. Ada lagi, karena tidak mendukung keinginannya (yang teraneh menolak mendampingi sosok tertentu dalam pilkada), karena tidak menurut perintahnya, karena dirasakan memiliki kelebihan darinya, karena tidak membatasi pergaulan sesuai seleranya (pengkastaan), karena kelugasan mengungkap sesuatu, karena aku sering mengganggu atau usil, karena terganggu peluang yang lain, karena membendung premordialisme dan mungkin masih banyak lagi alasan yang lain. Namun itu semua hanya penelusuran lewat pengamatan dan dialogis tanpa pendalaman. Minimal catatan ini relatif bermanfaat bagiku dengan harapan aku tidak berupaya menjadi orang yang lain.

SUMBANGAN PERTAMINA


Tatkala Fakultas Teknik Unsyiah dilahirkan pada 1963, tentu banyak kekurangan fasilitas khususnya ruang belajar. Enam tahun setelah itu, 1969, PT Pertamina menyerahkan bantuan berupa bangunan kantor fakultas dan ruang belajar. Sumbangan itu diserahkan PT (dulunya PN) Pertamina yang kala itu dipimpin oleh Mayor Jenderal DR Ibnu Sutowo, pada 19 Januari 1969.   

Sabtu, 26 Oktober 2013

PENGAKUAN ANGGOTA LEGISLATIF

Pengakuan Seorang Hendra

Hendra, 2013
Hendra Setiawan anggota DPRK Bireuen berkesimpulan bahwa untuk saat ini peserta inkamben (maaf mungkin cara menulisnya keliru) sulit meperoleh kursi legislatif. Alasan Hendra, karena sosok yang menduduki kursi legislatif saat ini telah tercatat dosa politiknya. “Para pemilih lebih menaruh harapan kepada calon baru,” katanya ketika kami bertemu di Kualanamu, Jum’at (25/10/13). Dosa politik yang dimaksudkan Hendra lebih kepada ketidakmampuannya memenuhi permintaan para konstituen, khususnya pekerjaan. “Begitulah mindset politik secara umum saat ini,” lanjutnya sambil menjelaskan alasan lain dirinya tidak mencalonkan lagi pada priode 2014-2019 kali ini.


KESIMPULAN WAKTU

sketsa potret diri, razuardi ibrahim, 2012
"kegagalan pembangunan hingga pada hari ini masih berkutat pada gagalnya para perangkat teknis aparatur menterjemahkan kebijakan ke dalam rencana aplikatif"

raju, 26 Oktober 2013

Jumat, 25 Oktober 2013

KASIHAN PRAMUGARI

Kasihan Pramugari
 
Razuardi Ibrahim, Kualanamu (25.10.13)

Ketika di dalam pesawat dari Jakarta menuju Medan kemarin sore (25/10/2013) duduk di sebelahku seorang yang necis dengan postur sedang. Dia belakangan masuk dan duduk di tepi lorong pesawat karena dari dua kursi itu, aku berposisi di dekat jendela. Mata orang yang terkesan bos ini tidak lepas dari beberapa pramugari yang hilir mudik di lorong itu. Sesekali dia senyum pada salah seorang pramugari yang agak gempal namun menarik, layaknya pramugari secara umum. Tidak lama setelah itu pesawat mulai bergerak perlahan menuju runway,  landasan pacu untuk terbang. Aku tertidur pulas hingga pesawat mengudara beberapa menit kemudian. Dalam nyenyak aku terbangun akibat suara-suara kecil yang sedikit mengganggu. Aku lihat pramugari tadi sedang menanyakan menu makanan kepada penumpang. Tiba giliranku pramugari bertanya, “bapak mie ayam atau mie plagna,” tanyanya tanpa aku pahami entah plagna atau apa yang disebutnya. “Mie Placenta,” jawabku sambil berfikir agar toke di sebelahku itu minta mie yang aku pinta. Tentu pramugari minta aku ulangi permintaan, “mie apa pak?,” katanya lagi. “Yang mbak sebutkan tadi apa?,” kataku sambil aku iyakan pilihan kedua dari tawarannya. Lantas aku disodori kotak berisi makanan yang aku juga tidak pernah lihat sebelumnya diikuti pandangan seliweran toke sebelah. Aku rasa dia tersinggung karena aku melelahkan dan merugikan pramugari itu. Giliran pertanyan kepada sosok sebelah, toke itu menjawab, “saya tidak apa, air putih saja,” jawabnya singkat. Tanpa membuang waktu, pramugari itu menyodorkan aqua ukuran kecil padanya. Tentu dengan senyum dia menerima  air putih seraya menyiratkan aku keterlaluan meminta makanan segala dan membuat rugi pramugari itu. Ketika makan aku mengekspresikan kelezatan sehingga toke memperhatikan serius dibarengi penyesalan, karena lapar. Aku menduga dia tidak memilih makanan khawatir membayar atau kasihan kepada pramugari kehabisan makanan miliknya. Setiba di Kualanamu, Medan, jelang magrib toke berlari kecil mencari cafe, menyelesaikan urusan perutnya.  

Kamis, 24 Oktober 2013

MEMBACA TANDA ZAMAN

Pagi Jumat, 25 Oktober 2013, aku berbalasan SMS dengan adik kelasku dari jurusan Teknik Kimia angkatan 1984 tentang kehadiranku pada pelantikan pengurus KAFT Jababab. Lama kami saling diskusi tentang banyak hal tentu lewat hape. Oleh karena aku harus kembali segera ke kabupaten, adik kelasku ini sharing tentang layaknya pejabat saat ini. “Pejabat sekarang mestinya satu minggu di daerah, tiga minggu di luar daerah bang,” katanya bergurau. Aku membalas datar saja, namun, “pemimpin yang cerdas harus mampu membaca tanda-tanda zaman,” sambung SMS berikut darinya. Aku terkesiap untuk membalas,”tapi kan bukan berarti harus larut dengan zaman,” balasku sedikit serius. Sungguh ungkapan yang diucapkan adik kelasku ini pernah beredar di Aceh produk Gubernur Ibrahim Hasan. Seingat aku, membaca tanda-tanda zaman yang dimaksudkan kala itu bukan untuk menyiasati keadaan sehingga terkesan mengakali serta penghindaran tanggungjawab. Tanda-tanda zaman yang dimaksudkan gubernur lebih mengarah kepada mempersiapkan diri dalam kancah globalisasi. Tetapi ungkapan adik kelasku pagi tadi, setidak-tidaknya membangkitkan adrenalinku untuk mengevaluasi pebiasan makna ungkapan emas gubernur masa itu.

PUISI BANGSA-BANGSA


razuardi Ibrahim, 24 Oktober 2013

perserikatan cucu adam

teringat lagi apa yang diperdengarkan
waktu aku di sekolah lanjutan
yang ditanya dalam ujian
hari jadi perserikatan bangsa-bangsa

katanya agar dunia ini damai
dari upaya saling jegal
yang tiada hargai sesama
dalam saing unjuk kuat

jakarta 24 oktober 2013

PUISI SENGAU

Razuardi Ibrahim, Oktober 2013
sosok sakit

keletihan menghunjam
mendera badan
suaranya sengau
merdu terdengar
namun tiada melodi
selain sedikit marah

perjalanan 23 Oktober 2013

MEMBANGUN INVESTASI TAMIANG

Membangun Investasi Tamiang



Setelah lebih sepuluh tahun pemekaran Aceh Tamiang perlu berbenah. Tidak berbeda dengan kabupaten lainnya di Aceh, Tamiang juga berpersoalan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah. Belum terpenuhinya berbagai infrastruktur termasuk simbol pemerintahan seperti Pendopo Bupati,  cukup memerlukan perhatian khusus. Di samping untuk memaknai otonomi daerah, tempat kediaman pemimpin daerah ini berfungsi sebagai titik sentral akses publik. Potensi lahan dari sektor pertambangan hingga perkebunan sudah saatnya dikemas dalam suatu kekuatan ekonomi Aceh secara umum. Dengan luas wilayah sebesar 1.956,72 Km2 yang didominir perkebunan kurang lebih 150.000 hektar serta sumur-sumur minyak kurang lebih 700 unit, Tamiang memiliki modal besar untuk menggerakkan perekonomian daerah. Letak kabupaten di perbatasan timur Aceh sangat berpengaruh terhadap banyak hal seperti sosial, ekonomi dan lain sebagainya.
pertokoan tua Kualasimpang, 1930

Meskipun hambatan alamiah yang relatif banyak, Bupati Hamdan Sati berusaha membangun serta berupaya keras agar akses pelayanan publik dan investasi dapat dilakukan se-sederhana mungkin. Perubahan yang terjadi cukup positif, terindikasi dari banyaknya peminat investasi mengunjungi petinggi pemerintah daerah untuk membangun hubungan, meskipun tidak tersosialisasi dengan baik. Pembenahan sistem pelayanan yang menjadi tujuan utama Bupati Aceh Tamiang, memerlukan kearifan khusus sehingga peluang investasi yang terdorong oleh aspek geografis strategis di kabupaten batas timur Aceh ini dapat dengan mudah dijangkau para pihak yang berkepentingan. Sudah saatnya, berbagai elemen tidak lagi terjebak dengan konsep retorika untuk menghadapi tantangan ekonomi global di masa depan.

Minggu, 20 Oktober 2013

PUISI BUMI BARU

Razuardi Ibrahim, Aceh Tamiang 08 Oktober 2013

Yang Bumi Baru

Tatkala aneka unjuk menyambutku
Beberapa bulan silam
Jiwa terdalam memaknai
Tiada senyum dari bibir mereka
Pun sungkan bertegur sapa

Anak negeri ini ramah, kata banyak cerita
Tapi tidak kali ini untukku
Teliti langkah menapak arah
Yang dipantau pelosok suara
Dengan mata diam curiga
Dengan propaganda masa
Dengan membuat beda

Ketika aura datang ceria
Sumringah mengartikan siapa
Berlutut aku bertahan tanpa usik
Biarkan alun artikan kisahnya
Bumi ini milikku juga

Kualasimpang, 20 Oktober 2013


PUISI TABIAT

Kaum Terlaknat
 


Mereka yang berkata-kata dengan dirinya
Menggalang dusta sesama dalam cita rasa harapnya
Takpun peduli wajah porak-poranda andil lubang hidung menganga
Petanda kuasa hirup apa saja yang tersirat di hatinya
Bertahun menggelantung dalam hidup tanpa makna
Yang jauh dari belaian panorama wisma

Tiada beda sutu tubuh gempal bertungkai singkat
Yang selalu mengayuh hidup dalam hasrat
Sama bermimpi menggalang berani gugat
Sayup memanggil bersama samarkan giat
Takpun bergeming mengusung bangga moral sesat
Mereka tiada sungkan unjuk kolaborasi tabiat

Kualasimpang, 20 September 2013



Sabtu, 19 Oktober 2013

MINDSET FENOMENAL

Mindset Fenomenal
 
motif salah satu batik yang
dipakai kelompok kaya dan miskin
Jakarta, 12 Oktober 2013
Jika dicermati kita terjebak dalam kondisi yang fonomenal. Ketika para orang tua memperkenalkan kehidupan bersahaja maka ter-mindsetlah dalam diri kita bahwa kehidupan layak itu adalah kebersahajaan, yang berbatasan langsung dengan kemiskinan. Oleh karena itu sebagian orang memaklumi, secara tidak langsung kemiskinan merupakan keharusan dalam kehidupan. Di sisi lain, berbagai cita-cita bangsa, agama dan lain sebagainya mendoktrin sistem dengan konsep peraihan kesejahteraan seperti penekanan melalui pendidikan. Akhirnya, konsep kesejahteraan itu diterima pula sebagai keharusan sistem yang serta merta melupakan pengenalan pertama, kebersahajaan. Tidak mengherankan jika konsep umum yang ter-mindset dalam masyarakat relatif tidak jelas, pilih kaya atau miskin. Sebagian kalangan meyakini akibat pilihan bertolak belakang ini menjadi pemakluman publik maka penyerahan diri kepada nasib merupakan kewajaran dan diterima pula sebagai suatu keniscayaan.


KEPRIHATINAN PEKERJA SENI

Berkarya Dalam Prihatin

Razuardi Ibrahim, Jakarta 11 Oktober 2013

Adalah suatu kenyataan, di negeri yang belum berpihak kepada pekerja seni kehidupan komunitas ini sangat bergantung kepada sumber penghidupan lain yang kadang kala kontra produktif dengan harapan seni itu sendiri. Tidak terkecuali di Aceh. Kehidupan mengharuskan mereka menyusuri belantara nafkah yang tidak jarang menghimpit dan lazim pula mempersulit kesempatan berkarya. Alasan ini memperkuat perlunya pemikiran untuk membangun apresiasi bagi mereka lewat event tertentu yang dapat memberi ruang gerak di antara ragam himpitan hidup untuk berkarya. Hingga jelang akhir tahun 2011, saat menjabat sebagai sekretaris daerah aku masih mendapatkan uang jerih payah dari sebuah karya seni. Aku rasakan kenikmatan uang itu mengalahi sumber pendapatan yang lain.

IKLAN LAIN LARANGAN MEROKOK

Ilklan Larangan Merokok

Suatu kali aku melihat di suatu rumah sakit, iklan dari komunitas kesehatan tentang langkah memberhentikan merokok bagi individu perokok. Iklan ini bagus dan perlu bagi orang-oarng tertentu yang terbelenggu dengan kesulitan melepaskan diri dari kebiasan buruk merokok. Tapi, sebagian orang yang melihat iklan itu bergumam juga, “maunya mereka mebuat iklan langkah-langkah melayani pasien dengan baik,” kata orang itu. “Karena membuat langkah perbaikan pelayanan para medis mereka lebih paham, sementara mengurangi rokok para smoker-lah yang lebih mampu,” komentar para perokok di satu ruangan. Aku memahami maksud para perokok itu, terusik karena pelayanan rumah sakit itu masih jauh dari memuaskan. “Lebih susah mengurus rokok ketimbang pelayanan yang ada pada diri mereka,” kata perokok sambil mengusap-usap pamplet yang terpampang. 

Selasa, 08 Oktober 2013

ARENA PKA


arena PKA, 2013

Dulu di tahun 2004, tatkala lahan tandus itu baru digerakkan sebagai pusat kegiatan seni-budaya masyarakat Aceh, temperatur udara di taman Sri Ratu Safiatuddin cukup panas. Aku dan beberapa teman tinggal di tempat itu membangun stand PKA Ke-4, Bireuen. Sekarang, pada akhir tahun 2013 tempat itu ramai dikunjungi dan lagi tandus. Artinya, dalam masa delapan tahun lokasi itu berubah dari ke-asri-an dan minat orang untuk hadir.
pondasi stand PKA Bireuen, 2004

POSTER DI MAKAN ZAMAN

Poster di Warung

Aku dapati lagi suatu foto lama tatkala berkunjung ke Kecamatan Pandrah, Bireuen, untuk meninjau jembatan rusak yang terbiarkan lama. Berpas-pasan dengan ujung jembatan, terlihat ada poster pilkada aku dengan Bang Subar yang sudah mulai usang terjemur yang dipakai oleh pemilik warung untuk menutupi tempias hujan. Poster produk tahun 2006, saat kampanye yang terlihat lagi pada tahun 2010 itu, tentu mengundang pemikiranku untuk mampir dan bertanya kepada pemilik warung tetang beberapa hal yang lebih mengarah gurauan. 
Razuardi Ibrahim meninjau jembatan bersama
Jamaluddin Kaoy Pandrah 2010
Sambil minum kopi di situ, aku bertanya tentang sosok-sosok yang tergambar di poster itu. Pemilik warung dan beberapa yang berdekatan memberi komentar tentang orang-orang yang ada di poster itu, aku dan Bang Subar. Aku maknai ungkapan salah seorang dari masyarakat itu ingin Bang Subar memimpin kabupaten waktu itu. Selanjutnya mereka juga mengomentari sosokku yang tidak mereka ketahui sedang di hadapan mereka. Karena banyak cerita positif tentangku dan tanpa mereka ketahui, wajar aku mendapatkan surprise. Aku merasakan sesuatu ketika itu, yakni kolaborasi ragam perasaan gembira karena tidak terhujat orang-orang di poster itu meskipun tak berharap diberikan apresiasi. 

TAUSIAH PELANGGARAN SYAHWAT

Tausiah Jelang Berbuka
 
Presentasi 18 Maret 2010
Jelang buka puasa di kediaman Bupati Tamiang, Rabu, 24 Juli 2013, ada tausiah yang disampaikan ustadz Dedi Suriansyah, cukup bagus dalam ukuran ke-khidmatan jamaah. Katanya, “Aceh merupakan daerah Syariat Islam, tapi kasus pelanggaran syahwat di mana-mana”. Selanjutnya, beliau juga mengungkap bahwa tidak satu ayat pun dalam Al Qur’an yang menjamin orang shalat itu masuk surga. Artinya bukan hanya shalat yang menjamin umat masuk surga. Pernyataan ustadz ini membuka terawang hadirin tentang kondisi ke-kinian tentang pelanggaran syariat  di Serambi Mekah, seperti yang lazim diberitakan berbagai media. Aku menanyai kepada beberapa hadirin tentang materi tausiah yang disampaikan Ustadz Dedi sore itu. Umumnya mereka menyatakan mudah memahami, “karena tegas dan lugas,” komentar sebagian hadirin tersebut.
 
Para peserta bedah buku
Tentu aku juga tertarik terhadap cara penyampaian ustadz muda ini, khususnya dalam ungkapan pelanggaran syahwat di mana-mana. Aku teringat kembali  presentasiku pada 2010 tentang solusi poligami yang lumayan spektakuler dari ukuran banyaknya komplain dan simpati para kaum hawa masa itu. Lantas aku mencari peraturan tentang hal itu, yakni undang-undang.

Pada bab xvii pasal 125 ayat (2) UU RI No 11 tentang Pemerintahan Aceh dijelaskan,  bahwa syari’at Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ibadah, ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan Islam.

Aku penasaran untuk mengukur efektivitas implementasi undang-undang itu dalam mencegah bahkan mengatasi pelanggaran yang terjadi. Namun aku merasakan banyak keterbatasan padaku meskipun banyak pula peluang untuk mengajak beberapa ustadz berdiskusi. Pernah juga aku melakukan diskusi tentang solusi pelanggaran syahwat dengan beberapa ustadz, kecenderungan solusi yang diberikan dengan hukuman fisik yang keras. Tidak pun aku melanjutkan diskusi itu karena tertutup peluang membahas solusi preventif seperti yang aku harapkan. Setidak-tidaknya, aku berniat melakukan pembelaan Islam sebagaimana tertulis dalam undang-undang tersebut.

Berita Koran yang marak, Maret 2010 



MAKODIM BIREUEN

Brigjend Inf Pandu, Usman, Mayjend Inf Hambali, Muzakir, Nurdin Abdul Rahman, Mayjend Inf Adi Mulyono,
Ridwan Muhammad dan Razuardi Ibrahim

Aku baru menemukan kembali foto saat melanjutkan pembangunan Makodim Bireuen, setelah terhenti sejak 2006. Tentu aku senang sekali karena pose ini tak mungkin terulang kembali. Waktu itu aku menjabat selaku Kepala Bappeda Kabupaten Bireuen. Setelah Mayjend Inf Hambali, Pangdam Iskandar Muda mempersilahkan kami dari Bireuen bertemu dengan beliau melalui Muzakir, aku, Pak Nurdin, Pak Ridwan Muhammad dan Pak Reza, Dandim Bireuen, bergegas menuju Banda Aceh. Pada pertemuan di tahun 2010 itu Pak Hambali akan digantikan dengan Mayjend Inf Adi Mulyono. Pak Hambali menyambut kami ramah di kantornya dan menerima kehadiran aku dan Pak Nurdin di kediamannya. Aku memaknai Pak Hambali sebagai pembuka jalan untuk melanjutkan penyelesaian pembangunan Makodim Bireuen.

Sabtu, 05 Oktober 2013

SETELAH FIKAR BERAKSI

Razuardi Ibrahim dan Fikar W Eda setelah pembacaan puisi Secangkir Kopi
21 September 2013 di Bnda Aceh
 

Razuardi Ibrahim, Emer Yazril, Raflii, Fikar W Eda, Victor (penyair Rusia) dan Rachmatsyah Nusfi
Banda Aceh, 21 September 2013


USAHA DAERAH TAMIANG

Tamiang, 4 Oktober 2013
PEMBENTUKAN UNIT USAHA MILIK DAERAH, Didasari atas Kanun tentang usaha Tamiang Petrolium dan Kanun tentang usaha sektor ril. Bidang usaha yang berpeluang mendatangkan PAD dan lapangan kerja baru di Kabupaten Aceh Tamiang, antara lain,
  
1.      Usaha Perkebunan dan Pertanian
2.      Usaha Jasa Angkutan dan Keagenan

3.      Usaha Pengembang (Properti)

LAHAN DI KECAMATAN BENDAHARA

Lahan Produktif Kecamatan Bendahara

Sebagaimana dibicarakan dalam ragam diskusi dan seminar, bahwa di kabupaten Aceh Tamiang marak terjadi pembukaan areal perkebunan baru. Sejarah banyak menceritakan, bahwa aktivitas ekonomi berbasis perkebunan di kawasan ini sudah berjalan sejak masa Kolonial Belanda dulu.  Kondisi kekinian memperlihatkan, bahwa ekonomi berbasis perkebunan ini tetap saja meyakinkan masyarakat sehingga perluasan perkebunan masih menjadi cita-cita yang menjamin ekonomi masa depan. Dampaknya, intervensi usaha perkebunan terhadap sektor tanaman pangan cukup kentara dan kerap menimbulkan masalah baru. Tanaman perkebunan yang paling diminati saat ini adalah kelapa sawit dan karet dalam jumlah luasan yang relatif kecil.
Sungai Iyu, Kecamatan Bendahara
Aceh Tamiang, 2013

Di Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, terdapat lahan negara berupa semak belukar yang mulai digarap masyarakat dengan menanam kelapa sawit. Dalam pencermatan tertentu, lahan terlantar milik negara itu terancam dari aspek pengalihan fungsi, khususnya dalam hal status ke-penguasaannya. Meskipun status kepemilikan lahan yang digarap tersebut tidak serta merta dapat dialih-fungsikan, namun investasi yang dikucurkan dapat menghambat proses pengembaliannya.

Dari pengamatan peta, lahan terlantar tersebut diperkirakan seluas kurang lebih 700 hektar yang berlokasi di tepi muara Sungai Iyu dengan lokasi terpisah. Secara visual, lahan dimaksud dipengaruhi pasang surut air sungai dengan kontur tidak rata. Tanaman belukar yang hidup di tempat itupun beragam, yakni tumbuhan yang tidak berpersoalan terhadap kondisi pasang surut.


Sebagai penyelenggara negara, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang berkehendak menyelamatkan aset negara tersebut  melalui  bangkitan produksi komuditas tertentu dari pemanfaatan lahan. Konsep yang diusung adalah penanaman padi untuk peningkatan ketahanan pangan kabupaten yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah. Upaya ini diyakini dapat menjangkau beberapa sasaran yang pada hakekatnya menjaga aset negara serta menggerakkan usaha milik daerah. Dengan kegiatan ini penggarapan lahan liar akan terbendung sehingga kepemilikan lahan negara tetap terjaga. Di samping itu, kegiatan usaha ini akan meningkatkan PAD dan berpeluang membuka lapangan kerja baru bagi Kabupaten Aceh Tamiang.

Jumat, 04 Oktober 2013

PERAHU LOGOg

Goresan tanganku 2009
tentang perjalanan

HUBUNGAN DENGAN BELAWAN

Isu Pemutusan Hubungan Dengan Belawan
 
salah satu pelabuhan rakyat di pesisir Aceh
Sejak tahun 2000, aku sering mendengar ocehan orang-orang tertentu untuk memperkuat ekonomi Aceh dengan kemandirian, tidak bergantung kepada provinsi lain. Banyak seminar membicarakan hal itu bahkan dari pakar ekonomi yang meyakinkan. Pertimbangan membangkitkan ekonomi mandiri Aceh tersebut didasari atas suatu kenyataan bahwa banyaknya komuditas asal Aceh yang diangkut ke luar negeri melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Oleh karenanya menurut sebagian pakar dalam ragam  seminar, salah satu upaya aplikatif untuk mendukung konsep ekonomi mandiri tersebut yakni dengan melakukan ekspor langsung dari pelabuhan-pelabuhan di Aceh ke luar negeri, khususnya ke Penang, Malaysia.

Di tahun 2001, kalau tidak salah, Pemkab Aceh Utara membeli kapal barang yang bertujuan mengekspor barang langsung dari Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, ke Penang. Upacara ekspor perdana-pun dilakukan dengan menghadirkan kerabat pengusaha dan pemerintah daerah dari kabupaten sekitar. Aktivitas perdagangan yang disambut hangat oleh berbagai kalangan waktu itu berakhir pada pelayaran kedua sehingga kapal Marissa, pengangkut barang ekspor,  menemui kenyataannya untuk menganggur. Tidak cukup dengan kenyataan itu, pada tahun selanjutnya muncul lagi ide untuk mengimpor mobil bekas melalui Pelabuhan Krueng Geukueh dan Sabang. Aktivitas inipun berjalan dalam beberapa kali pelayaran saja, setelah itu kandas. 

Pasca musibah tsunami, 2004, BRR Aceh–Nias melakukan kegiatan multi sektoral di Aceh. Rancang bangun infrastruktur ekonomi, termasuk pelabuhan semakin kuat  dijadikan alasan untuk perkuatan pertumbuhan ekonomi Aceh. Berbagai seminar ekonomi dalam era tahun 2005 hingga berakhirnya BRR, 2008, memperkuat pemikiran ekonomi Aceh yang mandiri. Tidak mengherankan, di sepanjang garis pantai Aceh dibangun pelabuhan besar dan kecil.

Sekira tahun 2010, tatkala aku menjabat sebagai Kepala Bappeda Bireuen, aku sering diajak diskusi oleh Bupati Bireuen, Nurdin Abdul Rahman, tentang materi rapat antar kepala daerah, khususnya bupati dan walikota di pesisir utara Aceh untuk menghidupkan kembali Pelabuhan Krueng Geukueh. Isu hangat yang turut menyibukkan beberapa aparatur daerah di sekitar kawasan itu juga kandas tanpa aplikasi. Konsep pemutusan hubungan dengan Belawan yang semakin terusung tidak terwujud seperti pembahasan antar seminar.


Di tahun 2011, aku mendengar kabar dari beberapa kawan bahwa Manajemen Pelabuhan Belawan akan melakukan peluasan areal peti kemas. Perluasan itu dilakukan dengan menimbun areal rawa-rawa dengan investasi relatif besar. Artinya, Pelabuhan Belawan tetap saja mampu menarik perhatian para eksportir tanpa mempedulikan isu pemutusan hubungan dengannya. Aku memahami hal ini sebagai suatu pembelajaran mahal. Belenggu diskusi dalam beberapa tahun untuk membahas isu melelahkan tersebut tanpa menghasilkan tujuan yang jelas. Sementara aspek ekonomi tetap menjalankan perannya sesuai kehendak alam berikut ragam asumsi yang menyertainya. Belum bisa dibantah, Pelabuhan Belawan masih dibutuhkan para eksportir Aceh.

Selasa, 01 Oktober 2013

PUISI SEJIWA

Ibis, 30.09.12

sejiwa busana tanpa duga
sosok tiba dari timur dinanti
sejak enam puluh hari
medaki puncak malam
aura menggapai aura
tiada galau dalam tatap

pagi sesunggukan
 mengenyam sarapan tadi malam
lepasan yang tenteram
ekspresi murni 

Jakarta 30.09.13

TATKALA TUPAI MENGGUNCANG KELAPA

Tatkala Tupai Mengguncang Pohon Kelapa
                       
Suatu ketika seekor tupai terkesan sesumbar, bahwa dia sukses menguncang pohon kelapa. Keadaan cuaca saat itu sangat tidak menguntungkan bagi sebagian pepohonan. Angin kencang menumbangkan banyak pohon kelapa atau mematahkan ranting pohon-pohon tertentu. Dedaun  pohon pisang tercabik dan berkibar, jika tidak ditumbangkan angin. Namun, dengan bangganya hewan pengerat yang juga pemakan kelapa itu mengumumkan bahwa dia telah mengguncang pohon kelapa. Sebagian makhluk yang memahami ketidak-mungkinan kemampuan tupai memilih diam. Di sisi lain, kisah sesumbar tupai dimanfaatkan makhluk pendukung untuk meperluas berita. Tidak terlalu lama, sebagian makhluk di ekosistem itu mengakui tupai sebagai makhluk kecil yang kuat sebagai penggoncang pohon kelapa. Sepakat makhluk serta intervensi pengkultusan di dalam ekosistem itu, menetapkan tupai sebagai pemimpin.
 
Razuardi Ibrahim di PKA-6
28 September 2013

Suatu ketika kemarau datang, kawasan mengalami kekurangan air. Ragam makhluk dalam ekosistem memohon kepada pemimpin, tupai, agar memberi air kepada mereka yang hanya tinggal satu solusi saja, yakni menjatuhkan buah kelapa untuk diperoleh airnya. Tupai yang ditetapkan sebagai pemimpin gagal membuktikan kemampuannya menggoncang pohon kelapa. Sementara buah kelapa tetap saja melekat di tangkainnya. Ketidak-hebatannya mulai terbukti dan tuntutan pendukung mulai terabaikan dalam lompatan kegirangan dari pelepah ke pelepah. Sesekali tetesan air kelapa yang diminumnya di atas pohon tercicipi juga oleh yang lain di bawah sana. Begitulah kinerja pengkultusan tanpa bahtah yang lebih berpeluang kepada penciptaan iklim kepapa-an tanpa arah tuntutan.

TATKALA MULUT CECAK BERDARAH

Tatkala Mulut Cecak Berdarah


Suatu ketika, seekor cecak memangsa nyamuk yang kenyang darah. Tubuh nyamuk tambun darah itu pecah di mulut cecak pemangsa sehingga mulut hewan inipun berselemak darah. Adalah kebiasaan reptil ini memangsa nyamuk atau serangga kecil lainnya sebagai bahan makanan, namun cecak bukanlah jenis hewan pemakan darah. Tatkala seseorang melihat mulut cecak itu penuh darah, tersimpullah dalam pikirannya bahwa cecak merupakan makhluk pemakan darah. Orang itu bercerita kepada khalayak, bahwa cecak binatang menakutkan serupa monster. Cerita dari mulut ke mulut itu meluas ke komunitas yang hidup di pemukiman moderen yang bersih nyaris tanpa nyamuk  dan serangga, andil tingginya disiplin petugas fogging. Kesimpulan tentang cecak berikut peng-waspada-an terhadap makhluk ini semakin merasuk ke dalam pola pikir. Begitulah kinerja berita tanpa selisik yang lazim berkembang pada masyarakat transisi dari iklim tradisional ke atmosfir moderen. 

SUREYOR INDONESIA

Rapat Di Surveyor Indonesia

Surveyor Indonesia, 1 Oktober 2013
Di hari Republik Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2013, kami menyelesaikan rapat di Surveyor Indonesia, Jakarta, tentang langkah-langkah penyelesaian pengelolaan sumur minyak tua di Aceh Tamiang. Rapat yang dihadiri Bupati Aceh Tamiang, Hamdan Sati dan Razuardi Ibarihim membahas rencana tidak lanjut bersama tim Surveyor Indonesia yang diwakili Yusep, Firza, Safrafuddin dan Imam. Kesepakatan kerja yang akan dilakukan meliputi penjadwalan tentative, yakni :

Razuardi Ibrahim memberi penjelasan
potensi Aceh Tamiang, Jakarta, 30 September 2013
§  Pengambilan data dimulai tanggal 21 sampai dengan 31 Oktober 2013;
§  Template kontrak Kabupaten Blora mulai tanggal 1 Nopember 2013;
§  Pengolahan data mulai tanggal 2 Nopember sampai dengan 1 Desamber 2013, yakni data sekunder, administrasi dan data teknis;
§  Penyusunan dokumen yang akan diajukan ke Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas, tanggal 2 Desember 2013.

Jakarta, 30 September 2013
Sehari sebelumnya, 30 September 2013, rapat mendengar masukan dari Pemkab Aceh Tamiang dilaksanakan juga di kantor ini. Penjelasan yang aku berikan menjadi bahan diskusi dari rekan-rekan dari Surveyor Indonesia.