Kamis, 28 Februari 2013

SASTRA BALITA


usik potret lepas balita

tak mesti terusik potret itu
ceria tampil lumrah adanya
tuntutan usia temu silam
tatkala kau masih centil lepas balita
yang jika sua pasti beda cerita
yang takkan ada indah itu
yang mungkin canda tanpa rasa

tak mesti terusik potret itu 
takpun berbanding ragam posemu
yang juga undang gulana
yang juga paksa alih tatap

tak mesti terusik potret itu
biarkan dia bicara karena kehendak zaman
tak mesti terusik potret itu

tamiang 010313




PEMERINTAH DAN KEPERINTAHAN YANG BAIK

Razuardi Ibrahim dan Nurdin Abdul Rahman, 2008

Pemerintah dan Kepemerintahan 
Yang Baik

Setiap warga negara sudah selayaknya memahami, bahwa sebagaimana dicermati dari informasi media, kerap terjadi komplain masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Suasana yang terjadi dapatlah disimpulkan adanya suatu proses perubahan paradigma dalam tatanan sistem ke-pemerintahan. Perubahan paradigma dari konsep pemerintah (government) menjadi ke-pemerintahan yang baik (good governance) memang masih memerlukan waktu, mengingat kesiapan aparatur pemerintah sendiri atau kesiapan masyarakat perlu proses pentahapan yang baik. Pemahaman konsep dari pemerintah kepada ke-pemerintahan yang baik merupakan tuntutan alamiah, yang sudah semestinya direspon berbagai pihak dengan membantu pencerahan sesama. Beberapa perubahan paradigma dari pemerintah kepada ke-pemerintahan yang baik yang sedang terjadi, antara lain :
                                                
Pemahaman kekuasaan (power)dari konsep pemerintah menjadi kewenangan dalam konsep ke-pemerintahan yang baik. Selanjutnya, konsep sentralisasi berubah menjadi desentralisasi atau otonomi. Begitupula terhadap pemahaman pengerahan masyarakat berganti menjadi pemberdayaan masyarakat. Adalagi kebiasaan, dominasi ekonomi atau monopoli bertukar menjadi ekonomi yang ditentukan pasar. Pembinaan masyarakat menjadi ketahanan masyarakat dan perencanaan kebutuhan pembangunan dari atas (top down) menjadi  perencanaan dari bawah (bottom up).

MENJADI PRAMUKA

Menikmati Pramuka

Razuardi Ibrahim dan Amir Hasan Nazri, 1973

Malam tadi, 27/02/13, aku senang sekali. Pasalnya, Dahlawi rekanku saat di sekolah dasar (SD) datang membawa fotoku bersamanya. Waktu itu bulan Agustus tahun 1973, kami murid SD Negeri 16 Banda Aceh mengikuti perkemahan pramuka di Lueng Bata, Banda Aceh, dalam rangka HUT Pramuka. Aku tersengal melihat foto itu, karena membayangkan beratnya ekonomi nenekku untuk mendukung keinginanku ber-pramuka, kala itu. Kesedihanku bertambah, tatkala kubayangkan selama perkemahan itu, beberapa kawan dikunjungi orang tuanya, sementara aku hanya diajak mendekat untuk makan kue bawaan orang tua atau famili mereka yang lain. 
Nasullah dan Dahlawi
1973
Dalam foto itu terlihat Amir Hasan Nazri (Acang), Ahmad Dahlawi (Wiwi, abang Acang), Safruddin (Masfud) dan Nasrullah (Acon). Safruddin merupakan ketua regu kami, yang memang ukuran badannya lebih besar dari rata-rata kami.  Namun semua kesan di foto menyenangkan meskipun melelahkan karena memang aku bercita-cita bisa menikmati alam pramuka seperti kawan-kawan lain yang berekonomi lebih baik. Suatu hal yang menjadi pembelajaran berharga bagiku, yakni pada saat itu aku ditugaskan mencari sumbangan kepada masyarakat Cot Mesjid, di kawasan Lueng Bata, untuk pembangunan mesjid besar yang sedang dibangun di areal perkemahan. Umumnya masyarakat menyumbang asam sunti serta beberapa hasil kebun lainnya. Sumbangan itu aku masukkan ke dalam plastik dan dikumpulkan kepada panitia untuk dijual ke pasar. 
Safruddin, 1973

BUSANA ADAT TAMIANG

seragam kuning
bagi para datok
penghulu dan
mukim
seragam ungu bagi
sekretaris desa
Busana Adat Tamiang

Pada sa'at mengikuti upacara pelantikan 6 Kepala Desa (Datok Penghulu) di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, aku memperhatikan ada 4 jenis warna seragam teluk belanga yang dikenakan masyarakat di sana. Teluk belanga merupakan pakaian Melayu bagi pria yang bewarna sama antara baju dan celana. Pada pinggang disematkan kain songket hingga ke lutut yang pada tradisinya bermotif beda antara petinggi pemerintahan dengan kelompok lainnya. Di samping itu, seragam ini dilengkapi dengan penggunaan peci hitam di kepala. Peraturan ini sudah berlaku sejak lama dan masyarakat sudah memahami tentang tatacaraa menggunakan tradisi ini.  
seragam abu-abu
bagi para imam
  • Pertama, seragam warna kuning, yakni seragam yang digunakan para pemimpin seperti bupati, kepala mukim dan kepala desa; 
  • Kedua, seragam ungu, yakni seragam yang dikenakan oleh para sekretaris desa;
  • Ketiga, seragam abu-abu, yakni seragam yang dikenakan oleh para imam desa;
  • Keempat, seragam hijau, yakni seragam yang dikenakan oleh para pelantun salawat atau qasidah. 
seragam hijau
bagi pelantun
salawat

Rabu, 27 Februari 2013

KESIMPULAN NEGERI

soal banjir berkelanjutan

Bahwa negeri ini menyenangkan dan menarik untuk diatasi ragam persoalan yang selalu mengiringi perjalanannya. Namun hambatan mendasar yang menjadikan persoalan gagal terselesaikan adalah peluang sharing berbagai elemen terlalu terbuka sehingga memunculkan aneka alternatif keputusan yang menjebak pengambil kebijakan ke dalam situasi keragu-raguan. Solusinya, batasi sharing dari sosok yang tidak berkapasitas dan berkompetensi. 280213 

TELAHAAN SASTRA ILUSTRASI


Night Illustration
Terjemahan 26022013

Tatkala Rozel Borguiba mendapat tugas baru di Toronto, pertemuannya dengan Sefney Dorrys semakin jarang akibat pengurusan paspor serta surat lainnya yang merepotkan. Sefney memahami hal itu bahkan sempat menghujat institusi yang menangani urusan, seperti sering ia laporkan kepada Rozel via telepon. Namun urusan pelik itu sudah tertangani dan Rozel sudah menjalani tugas-tugas barunya sebagai penasehat pembangunan Kota Toronto. Setiap hari Rozel saling kirim kabar kepada sosok jelita, kekasihnya di Barcelona. Namun, dia diam beberapa saat malam itu, memahami kabar gusar dari Sefney yang selalu membantah tentang sapa dan kabar yang disampaikan. Segera saja pria penemu cinta sejati itu menaiki tangga, mencari tempat tinggi di Toronto Hotel yang terbilang megah di kota itu. Ditatapnya lampu-lampu kota seraya mengungkap kepada angin lembut  yang menemaninya dalam hening, mengisi kekosongan setelah tiga kali Sefney tidak merespon pintanya lewat telepon. “Sungguh aku menyintaimu Sef, meskipun masa belum mendukung. Bukankah hari-hari kita mampu bersaksi tentang kesucian itu. Aku berkreasi karena kamu dan untukmu di suatu masa Sef. Tidak sedikitpun aku mampu menyakitimu dan tidak pula rela engkau tersakiti. Kabari lembut untukku Sef. Maafkan aku Sef, kita adalah bahagia itu,” desis Rozel perlahan sambil mengilas  ulang  sentuhan Sefney di beberapa musim.

Selasa, 26 Februari 2013

ACEH TAMIANG


Bupati Hamdan Sati
2013
Aceh Tamiang
Sungai Iyu, 270213

tanah Tamiang negri berjaya
mengawal gerbang di timur Aceh
yang mekar di dua ribu dua
kehendak rakyat yang diperoleh

kabupaten penjunjung budaya
digelar Bumi Muda Setia
tanahnya subur dan kaya raya
anugrah Allah, tuhan semesta

marilah warga bangkit bersama
satukan langkah membangun negri
harapan bangsa Indonesia
dalam pangkuan Ibu pertiwi


Tarian Silat, 2013
Sejak beberapa hari aku di-SK-kan ke Aceh Tamiang, pada tanggal 27 Pebruari 2013, aku diajak Bupati hamdan Sati ikut bersamanya ke Kecamatan Bendahara untuk menyaksikan pelantikan Datok Penghulu (Kepala Desa). Bupati disambut dengan upacara adat Melayu, yakni silat tradisional yang diiringi musik tradisional pula. Bupati ditepung-tawari oleh pengemuka adat di kecamatan itu. Ada 6 Datok Penghulu yang dilantik pada hari itu, yaitu untuk Kampung Seuneubok Dalam Upah, Kampung Matang Tepah, Kampung Perkebunan Upah, Kampung Lubuk Batil, Kampung tanjung Lipat satu dan Kampung Kuala Peunaga. Aku lihat kuatnya masyarakat di kecamatan yang beribu-kota Sungai Iyu tersebut mempertahankan budaya leluhur.   

Razuardi Ibrahim di Sungai Iyu, Aceh Tamiang, 27 Pebruari 2013
  

ESELONERING DUA


Eselonering Dua

Dalam sistem aparatur dikenal eselonering yang menyatakan kewenangan dan tanggungjawab suatu jabatan tertentu. Eselonering tertinggi, yakni I-A yang keberadaannya di sistem aparatur pusat, di lingkungan kementerian atau lembaga tinggi lain di Jakarta. Jabatan setingkat ini biasa dikenal dengan Sekretaris Jenderal atau disingkat dengan sebutan Sekjend. Sebelum otonomi daerah diberlakukan, eselonering kepala dinas atau lembaga di kabupaten-kota dan yang setingkatnya hanya ber-eselon III, baik III-A atau III-B. Sekarang di kabupaten-kota, eselon dinaikkan menjadi II-A bagi Sekretaris Daerah dan II-B bagi kepala dinas. Namun hambatan masih besar, terindikasi dari berbagai informasi media tentang kurang mampunya banyak kabupaten-kota meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) atau pembelanjaan pegawai yang relatif melampaui kepentingan publik. Tentu ada hal yang mesti dicermati dan ditindaklanjuti dari standar pemangku jabatan di kabupaten-kota aga kemandirian kabupaten-kota yang melandasi konsep otonomi daerah dapat tercapai dengan mudah. Dalam setiap pertemuan aparatur di lingkup sekretariat Kabupaten Bireuen, aku sering mengungkap, bahwa dengan ditabalkannya eselonering II b bagi kepala institusi di tingkat kabupaten berarti kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan oleh pemerintah pusat sudah relatif besar. “Jadi janganlah setiap masalah harus ditanya kepada Bupati, Wakil, atau Sekda,” ungkapku berkali. Banyak perubahan yang terjadi dari kreativitas aparatur SKPK. Namun tidak tertutup pula ada kepala SKPK yang terusik dengan ungkapanku itu, apalagi sosok-sosok tertentu yang kerap mengusung keputusan mengambang.

EVALUASI SOSOK APARATUR


Evaluasi Sosok

sketsa sampel, 2013
Aku punya rekan yang menarik untuk menjadi bahan evaluasi dalam hal karakter aparatur, pegawai negeri sipil. Memang evaluasi tak resmi ini dapat relatif bermanfaat bagi pengayaanku atau berbagai pihak yang berkenan. Tentu aku mencermati sosok berpostur kontra proporsional dalam tampilan, menurut beberapa penilaian rekan-rekan lain. Sejak tahun 1990, tatkala kami sama bertugas di Kabupaten Aceh Utara, aku melihat sosok sampel ini yang kerap bersikap ramah kepada setiap orang, dengan menyapa lembut. Seperti siapapun juga, aku biasa menilai sosok aparatur ini dari ekspresi eksternal karena bahagian internal terlalu sulit untuk kujangkau. Wajah sosok ini dingin, jauh dari kesan sosok gaul yang menjadi trend di akhir abad ke 20.

Perjalanan karirku seiring dengannya, walau tidak pernah dalam suatu institusi. Perhatianku selanjutnya, sosok ini membangun pencitraan lewat beberapa organisasi, baik organisasi massa maupun organisasi sosial. Sosok itu mampu mengesankan sebagai orang berkualitas baik budi, bercitra positif, meskipun tingkat penyelesaian permasalahan organisasi yang dikelolanya relatif mengambang.

Aku tidak pernah merasa memiliki rivalitas dengan sosok sebaya ini karena memang berasal dari disiplin ilmu berbeda. Setelah sama bertugas di Kabupaten Bireuen, beberapa rekan sesama aparatur sering melaporkan upaya pemupusan citra dari sosok ini terhadapku. Tapi aku kurang respon terhadap hal serupa itu karena banyak menguras pemikiran yang tidak penting dariku. Sering aku katakan pada rekanku, bahwa jika orang itu perlu diskusi atau debat denganku, siapkan tempat yang representatif. Aku semakin bersemangat, karena sosok yang diceritakan ini merupakan target evaluasiku sejak lama, dan aku ingin menulis kesimpulan akhir dari penelitian tak resmi ini.  

Di awal 2013, aku mendapatkan kesimpulan dari sosok seperti itu. Lebih kurang 23 tahun aku mencermati gelagat dan mendengar informasi tentangnya. Untuk sementara, aku merasakan bahwa daya tarik sosok tadi dilakukan dengan upaya yang dibuat-buat atau berlebihan. Belum lagi ekspresinya yang jaim (jaga imej) dan kerap membuat pendekatan di luar tugas dengan tujuan membangun pencitraan. Selaku atasan, mungkin saja aku keliru bersikap untuk menaruh kepercayaan padanya. Untuk menyikapi keadaan, aku lebih percaya bisikan hati dalam menghadapi sosok ini. Suatu ketika hati berkata,”tampilan orang ini tidak menarik ditambah air mukanya yang dusta,” aku melakukan ekspresi sikap bersahabat dan memberi tugas sesuai bidangnya, berikut meminta solusi darinya. Jawabannya kerap mengambang dan aku simpulkan dia itu bukan yang sebenarnya dan benar. Kerabatku di Banda Aceh mengabarkan bahwa kesulitan pengurusan pindahku ke Aceh Tamiang merupakan kolaborasi kontribusi dari arogansinya. 

SOSOK SOLIDARITAS MUNIZAR YAHYA

Munizar Yahya, 1983
Aku kenal Munizar Yahya sejak tahun 1975, saat masih di SMP. Dia tinggal di Lampineueng, Banda Aceh. Kemudian aku bertemu lagi saat sama-sama kuliah di Fakultas Teknik, selaku abang kelas karena dia masuk tahun 1979. Aku dan Nizar, panggilan sosok ini, selalu ikut dengan Rachmat untuk kerja kasar di luar kampus, selaku tukang seperti di pembangunan stand pameran dan pembuatan taman di beberapa rumah. Aku pernah belajar dengan Nizar dalam pembuatan tugas rancangan jalan raya. Dia sosok solidaritas tulen yang selalu ikut dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler dan terjun bekerja. Dia juga tidak pernah membantah setiap keputusan Parte Buruh untuk mengerjakan sesuatu. Aku dengan Nizar pernah terlibat memasang kuda-kuda di pintu gerbang pantai rekreasi Ujong Batee bersama Dian Nadir. Nizar sempat menuliskan namanya di rangka atap tersebut, dengan harapan suatu waktu akan dia lihat kelak. Tapi bangunan itu tidak dapat dilihat lagi sekarang akibat terbakar. 

Senin, 25 Februari 2013

ISKANDAR TSANI DAN ISKANDAR ZULKARNAIN


Iskandar Tsani, Keturunan Iskandar Yang Agung (356 SM-323 SM)

Dalam sejarah teturunan raja-raja Melayu, nama Iskandar Zulkarnain kerap disingung. Informasi tentang sosok ini turut melengkapi catatan sejarah Aceh masa pemerintahan Iskandar Tsani (1636-1641 M). Diyakini bahwa Sulthan Aceh pasca Iskandar Muda (1607-1636 M) ini merupakan keturunan Iskandar yang Agung, kaisar Macedonia. Dalam legenda Islam, Iskandar yang Agung ini lebih dikenal dengan nama Iskandar Zulkarnain. Dalam cerita di negeri Barat, sosok ini lebih populer dengan sebutan Great Alexander.

Bustanus Salatin, karangan Syeh Nuruddin Ar-Raniri mengulas banyak seputar kehadiran Iskandar Thani, putra Melayu mejadi pemimpin  Aceh setelah Iskandar Muda. ”Maka diketahui Raja Iskandar Muda dengan ilmu firasatnya, bahwasanya ialah Raja Diraja yang turun temurun dan ialah yang termasyhur namanya pada segala alam dan ialah anak cucu Raja Iskandar Zulkarnain. Maka seharusnya kuambil ia akan anakku”.  Demikian kutipan Bustanus Salatin, dalam penjelasan tentang alasan penetapan Iskandar Thani menjadi putra mahkota Kerajaan Aceh. Sulthan Aceh ini adalah putra Sulthan Ahmad, penguasa Pahang yang ditaklukan Iskandar Muda pada 1618 M. Dalam usia belia, ia bersama ibunya, Putri Pahang (Putroe Phang) dibawa ke Aceh sebagai tawanan. Namun ketentuan Tuhan Semesta Alam tak mampu dibendung makhluknya. Iskandar Thani putra Melayu ditakdirkan menjadi raja di negeri yang menawannya.

Tidak berlebihan, jika sosok Iskandar Agung yang kerap diceritakan turut mewarnai peradaban dunia ini, diulas lebih dekat sehingga cukup beralasan bagi para generasi untuk mengaitkan keberadaan kerajaan sekarang dengan masa lalu. Fitur ini relatif penting, mengingat pesan-pesan penaklukkan yang diperankan Iskandar Agung membangkitkan semangat serupa, seperti yang dilakukan Iskandar Tsani. Pengepungan kota Portugis, Lafamusa di Malaka pada 1640 M, menyiratkan Thani terobsesi oleh ketangguhan leluhur dalam upaya penaklukan itu.

Keterkaitan kisah antar sosok, antara Iskandar Thani pada abad ke-17 dengan Iskandar Agung yang melegenda sejak tiga abad sebelum masehi ini, acap memunculkan rasa keingintahuan banyak kalangan. Tentu dibutuhkan informasi untuk semua tentang kiprah keduanya, karena rentang waktu yang relatif jauh tersebut tidak luput dari bias zaman yang sarat kepentingan. Lazimnya, penyelamatan informasi lebih mampu dilakukan dengan proteksi silsilah yang juga merupaka tradisi para ahli waris suatu sistem kerajaan.

Iskandar Yang Agung, penakluk kesohor dari abad silam itu dilahirkan di Pello tahun 356 SM, ibukota Macedonia. Ayahnya, Raja Philip II dari Macedonia merupakan seorang yang visioner. Philip memperbesar dan mengorganisir Angkatan Bersenjata Macedonia serta mengubahnya menjadi kekuatan tempur handal di zamannya. Pertama kali penggunaan Angkatan Bersenjata pilihan ini, yakni tatkala ia menaklukkan daerah sekitar hingga sampai ke utara Yunani, kemudian berbalik ke selatan hingga menguasai hampir seluruh Yunani. Philip juga membentuk federasi kota-kota Yunani dan bertindak sendiri sebagai pemimpin. Begitupun, ragam sukses penaklukan mampu diraih, nahas tak dapat ditolak. Tatkala merancang penyerangan terhadap Kekaisaran Persia yang cukup luas, yang berada di sebelah timur Yunani, Philip terbunuh, dalam usianya yang baru mencapai empat puluh enam tahun.

Iskandar Agung berusia dua puluh tahun tatkala ayahnya wafat. Meskipun dalam belia, Iskandar tak menemui kesulitan untuk menggantikan tahta ayahnya. Memang jauh sebelumnya, Philip dengan cermat  melakukan persiapan untuk penggantinya, Iskandar. Sebagai sosok berbakat dalam memimpin dan berdisiplin tinggi, Iskandar sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman kemiliteran cukup lumayan.

Dalam hal pendidikan intelektual pun Philip tidak mengabaikannya. Guru buat Iskandar disediakan ayahnya seorang yang istimewa, yakni Aristoteles. Sosok guru paling disegani, cendikiawan dan filosof yang paling termasyhur di dunia masa itu.
Di Yunani maupun daerah-daerah belahan utara, penduduk yang ditaklukkan Philip memandang kematian Philip merupakan kesempatan bagus untuk menghalau dan menumbangkan kekuasaan Macedonia. Terindikasi wilayah taklukan mulai mempersiapkan aksi untuk melakukan perlawanan. Namun kenyataan bercerita lain, hanya dalam tempo sekira dua tahun bertahta, Iskandar mampu menumpas gejolak di kedua daerah itu.

Sesudah tuntas meredam gejolak dalam negeri, perhatian dialihkan untuk mewujudkan obsisi ayahnya, taklukkan Persia. Selama dua ribu tahun bangsa Persia menguasai wilayah yang amat luas, membentang mulai dari Laut Tengah hingga India. Kendati Persia tidak lagi berada dalam puncak kehebatannya, namun masih tetap merupakan lawan yang tangguh dan disegani. Di samping merupakan kekaisaran yang paling luas, Persia juga paling kuat dan paling kaya di muka bumi. Iskandar melancarkan serangan pertamanya ke Persia tahun 334 SM. Karena dia harus menyisihkan sebagian pasukannya di dalam negeri untuk memelihara dan mengawasi miliknya, Eropa. Iskandar cuma memiliki 35.000 balatentara yang selalu menyertainya tatkala dia melakukan petualangan berani matinya. Suatu jumlah kecil tak berarti jika dibandingkan dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Persia. Di samping sejumlah kemalangan yang menimpanya, Iskandar juga meraih serentetan kemenangan dalam gempurannya terhadap pasukan Persia. Ada tiga faktor yang menjadi sebab Iskandar leluasa meraih kemenangannya. Pertama, pasukan yang ditinggalkan ayahandanya, Philip, betul-betul terlatih dan terorganisir baik, lebih baik dari pasukan Persia. Kedua, Iskandar sendiri seorang panglima perang yang genius, mungkin paling genius di sepanjang zaman. Ketiga, keberanian Iskandar sendiri. Meskipun dia memimpin pada tahap awal pertempuran berada di belakang garis front, keputusan Iskandar memimpin sendiri pasukan berkudanya, cukup memberi pukulan yang sangat menentukan. Keputusan ini merupakan cara yang penuh resiko, dan tak jarang Iskandar terluka dalam berbagai pertempuran. Dengan demikian, pasukannya menyaksikan langsung bahwa Iskandar betul-betul tidak kepalang tanggung menghadapi bahaya dan tak serta-merta membebankan risiko pada pundak orang lain. Hal ini memberi dampak langsung terhadap peningkatan moral prajurit yang cukup meyakinkan.

Selanjutnya Iskandar memimpin pasukannya menerjang Asia Kecil, menghajar habis pasukan kecil Persia yang ditempatkan di situ. Sukses di daerah penaklukan itu, dia bergerak menuju utara Suriah, menggilas pasukan besar Persia di kota Issus. Rampung di sini dia balik menyerbu ke arah selatan. Setelah terlibat pertempuran berat dan sulit sepanjang tujuh bulan, dia berhasil menaklukkan kota pulau Phoenicia Tyre yang kini bernama Libanon. Tatkala Iskandar sedang bertempur di Tyre, dia menerima pesan dari Raja Persia yang menawarkan separo kerajaannya untuk Iskandar asal saja Iskandar bersedia menyetujui perjanjian perdamaian. Salah seorang jenderal pasukan Iskandar, Parmenio, mengganggap tawaran bagus dan layak diterima. "Jika aku Iskandar, tawaran itu kuterima." Iskandar menjawab enteng komentar jenderal itu, "Begitu pula aku, andaikata aku ini bernama Parmenio."

Sesudah Tyre terkuasai, Iskandar meneruskan gerakannya ke selatan. Menyerbu Gaza dan wilayah ini bertekuk lutut setelah terjadi pertempuran selama dua bulan. Beda dengan Mesir yang menyerah tanpa pertempuran apa pun. Di saat menguasai Mesir, Iskandar menetap sebentar sekedar memberi waktu istirahat bagi prajurit-prajuritnya. Di negeri itu, kendati umurnya baru dua puluh empat tahun, dia diberi anugerah gelar Firaun, gelar raja-raja Mesir.  Sesudah dirasa cukup istirahat, Iskandar dan pasukannya bergerak lagi kembali ke daratan Asia. Dikobarkannya lagi pertempuran hidup-mati yang  sungguh mempertaruhkan reputasi di wilayah Arbela pada tahun 331 SM. Sejarah mencatat, dia sepenuhnya sudah melumpuhkan sebagian besar balatentara Persia dalam tahun itu.

Dalam suasana gemilang itu, Iskandar memboyong tentaranya ke Babylon dan menerobos masuk ke kota-kota Persia, Suso dan Persepolis. Raja Persia Darius III (bukan pendahulunya Darius Yang Agung) dibunuh oleh opsir-opsirnya di tahun 330 SM dengan tujuan agar tidak memaklumkan menyerah kepada Iskandar. Begitupun, Iskandar menggempur tuntas seluruh pertahanan Babylon dan membunuh pengganti Darius. Dalam pertempuran selama tiga tahun terakhir, tercatat Iskandar sudah menaklukkan semua belahan timur negeri Iran dan terus mendesak ke Asia Tengah.

Dengan segenap Kekaisaran Persia berada di bawah kekuasaannya, Iskandar selayaknya ambil keputusan kembali pulang ke negerinya dan mengorganisir daerah kekuasaannya. Tetapi, haus penaklukannya tak tertahankan lagi, dan dengan alasan itu pula dia meneruskan penyerbuannya ke Afganistan. Di situ dia giring tentaranya melintasi pegunungan Hindu Kush menuju India. Serentetan kemenangan besar direnggutnya di bagian barat India hingga ianya bermaksud melanjutkan serangan ke bagian timur India. Tetapi, pasukannya sudah terlalu letih akibat bertempur bertahun-tahun, dan menolak meneruskan penyerbuan. Memahami kondisi, akhirnya Iskandar kembali ke Persia.

Sesudah kembali ke Persia, Iskandar menghabiskan waktu sekitar setahun mengorganisir tentara dan wilayah kekaisaran yang dikuasainya. Iskandar dibesarkan dalam keyakinan bahwa kebudayaan Yunani adalah satu-satunya kebudayaan yang unggul dan terbaik. Semua bangsa yang bukan Yunani adalah bangsa barbar. Keyakinan seperti itu tentunya tersebar luas di seluruh alam pikiran dan dunia Yunani, bahkan Aristoteles sendiri berpendapat begitu. Terlepas dari keberhasilannya menumpas habis tentara Persia, Iskandar menyadari bahwa bangsa Persia bukanlah bangsa barbar. Orang-orang Persia bisa saja sama mampu dan sama pandai dengan orang Yunani. Oleh karena itu Iskandar berniat untuk menggabungkan kedua kekaisaran itu jadi satu. Dijelmakannya pembentukan gabungan budaya dari kerajaan Graeco-Persia dengan dirinya sendiri sebagai penguasa. Tersirat pengakuan bahwa bangsa Persia merupakan partner sederajat dengan bangsa Yunani dan Macedonia. Implementasi kolaborasi dua kekaisaran berjalan sukses sehingga banyak orang Persia terekrut ke dalam angkatan perangnya. Iskandar mengadakan pesta besar, yang  disebutnya dengan peristiwa "Perkawinan Barat dan Timur". Ketika itu ribuan tentara Macedonia secara resmi mengawini puteri-puteri Asia. Dia sendiri, walaupun sudah mempersunting istri seorang gadis bangsawan Asia sebelumnya, kawin lagi dengan puteri Darius.

Menyadari angkatan perang semakin tangguh, Iskandar bermaksud melakukan tambahan penaklukan yang sudah diorganisir kembali. Dia bermaksud menaklukkan Arabia, serta wilayah-wilayah yang terletak di belahan utara Persia. Dia berencana menduduki India dan menyerbu Roma, Carthago serta negeri seputaran laut tengah. Betapapun rencana itu sudah tersusun, yang jelas tak ada penaklukan-penaklukan berikutnya. Di awal bulan Juni tahun 323 SM tatkala Iskandar berada di Babylon, tiba-tiba dia terserang demam tinggi dan meninggal dunia sepuluh hari kemudian. Saat itu umurnya belum lagi mencapai tiga puluh tiga tahun. Iskandar tidak menunjuk penggantinya, dan segera sesudah dia tiada mulailah terjadi perebutan kekuasaan. Dalam pergumulan ini, bundanya, istrinya, anak-anaknya semuanya terbunuh. Kerajaannya tercabik-cabik akibat perebutan di antara para jenderalnya. Karena Iskandar mati dalam usia amat muda dan tak pernah terkalahkan, banyak spekulasi apakah gerangan yang akan terjadi andaikata usianya panjang. Apabila dia membawa pasukannya menyerbu dan menaklukkan daerah-daerah sebelah barat laut tengah, besar kemungkinan dia akan berhasil, dan dalam hal ini seluruh sejarah Eropah Barat akan mengalami perubahan besar-besaran.

Wilayah Kekaisaran Iskandar Yang Agung

Iskandar seorang tokoh yang teramat dramatis dalam sejarah, sehingga karier dan pribadinya tetap jadi sumber kekaguman. Bukti-bukti kesuksesan kariernya cukup dramatis dan banyak kisah bermunculan menyangkut namanya. Dan jelas sekali sudah menjadi ambisinya menjadi penakluk terbesar sepanjang jaman. Selaku pejuang individual, pada dirinya tercakup kemampuan dan keberanian. Sebagai seorang jenderal, dia teramat ulung, karena selama sebelas tahun pertempuran, tak sekali pun terkalahkan. Bersamaan dengan itu, dia seorang intelektual yang belajar di bawah asuhan Aristoteles dan menguasai sajak-sajak Homer. Dalam hal merealisir gagasan bahwa bangsa yang bukan Yunani tidaklah mesti bangsa barbar, jelas menunjukkan bahwa pikirannya punya daya jangkau lebih jauh ketimbang sebagian besar pemikir-pemikir Yunani saat itu. Di lain pihak, Iskandar memiliki pandangan cupet. Meski berulang kali dia menghadapi risiko dalam pertempuran, dia tidak mempersiapkan penggantinya. Keteledoran inilah yang menjadi penyebab begitu cepat kerajaannya hancur berantakan setelah dia tutup usia.


Iskandar  berwajah rupawan, dan dia bermurah hati kepada musuh yang dikalahkannya. Di lain pihak, dia juga seorang "egomaniac" dan bertabiat kejam. Pada suatu peristiwa, ketika terjadi pertengkaran, sementara dirinya dalam keadaan kurang kontrol, dia membunuh teman akrabnya, Clertus, seorang yang pernah menyelamatkan jiwanya. Dalam jangka panjang, pengaruh terpenting dari penaklukan yang dilakukan Iskandar adalah mendekatkan kebudayaan Yunani dengan Timur Tengah, sehingga masing-masing mendapat faedah untuk menambah dan mempertinggi kebudayaan masing-masing. Selama dan  sesudah masa keberadaan Iskandar, kebudayaan Yunani dengan cepat tersebar ke Iran, Mesopotamia, Suriah, Yudea, dan Mesir. Meskipun masa sebelum Iskandar, kebudayaan Yunani memang sudah merasuk ke daerah-daerah ini tetapi berjalan lambat. Iskandar menyebarkan pengaruh kebudayaan Yunani ke India dan Asia Tengah, daerah yang belum terjamah sebelumnya. Dalam masa abad Hellenistik (abad-abad segera sesudah langkah-langkah Iskandar) gagasan timur, khususnya gagasan keagamaan tersebar ke dunia Yunani. Dengan kebudayaan Hellenistik ini, terlihat Yunani lebih dominan, namun tanpa disadari  pikiran timur cukup besar mempengaruhi Roma.

Dalam perjalanan kariernya, Iskandar mendirikan lebih dari dua puluh satu kota baru. Termasyhur dari semua itu adalah Alexandria (Iskandariah) di Mesir yang relatif cepat menjadi kota terkemuka di dunia, serta merangkap sebagai pusat budaya dan pendidikan yang termasyhur. Kota lainnya seperti Herat dan Kandahar di Afganistan juga berkembang jadi kota-kota penting. Begitulah keterkaitan kisah tiga Iskandar yang menghiasi cerita tanah Serambi Mekah. Iskandar Muda dan Iskandar Tsani terobsesi akan kebesaran nama Iskandar Yang Agung, Sang Penakluk, di dataran Eropa.

TELAAHAN SASTRA YESTERDAY


terjemahan sastra
Yesterday
Kemarin
  
Cuaca Kota Barcelona cerah hari itu. Hari Sabtu itu aku libur, tidak bekerja lembur seperti biasa memberi kuliah di Special College Barcelona. Pekerjaan tambahan itu aku jalani dengan senang hati, setidak-tidaknya untuk mengulang kaji keahlianku di bidang landscape. Namun sejak kemarin aku sudah rencanakan ke kota itu untuk bercengkerama dengan cintaku, Sefney.

Pagi-pagi sekali kutelepon Sefney tanya tentang kesehatannya, ”sehat Zel”, katanya. Aku senang bukan kepalang. Mana lagi ia mencoba bercanda lewat telepon dengan ku. ”Ah Sef, mestinya kau tidur bersamaku tadi malam”, kataku dalam hati.

Kuhidupkan mesin mobil sendiri, santai. Lalu lintas hari itu tidak seramai hari biasanya. Memang banyak anak muda yang bersepeda motor ugal-ugalan, mengganggu. Tapi tak mampu memancing aku marah, tertutupi bayang-bayang Sefney tersenyum cerah. Kunikmati perjalanan itu sambil bernyanyi-nyanyi kecil, lagu kesukaanku yang pernah kunyanyikan untuk Sefney via telepon. Kata-kata Diana Rosse dalam nyanyian itu sulit kulupakan, begitu juga Sefney. ”Karena kita tak mampu untuk selalu pergi menjauh,” begitu terjemahan kalimat romantis dalam alunan nada itu.

Perjalanan yang biasa menghabiskan waktu sampai satu jam tak lagi terasa menjemukan. Penggalan kata dalam lagu Diana Rosse cukup menghibur hati dan menjanjikan masa depan, setidak-setidaknya dalam anganku. Kusempatkan berhenti sebentar di kota kecil yang berada di lintasan perjalanan ke Barcelona. Di situ aku menikmati hidangan Starbuck, kopi kegemaranku. Sekira dua jam aku tawa riang bersama beberapa kenalanku di tempat itu.

Aku bergegas untuk melanjutkan perjalananku ke Barcelona.  Kutelpon Sefney untuk ketahui posisinya. ”Aku di rumah saja Zel, buat laporan”, jelasnya tentang posisi rumah yang dia maksud. Kutancap gas lebih dari sebelumya, berharap dapat waktu banyak bersenda gurau bersama wanita tercinta itu. ”Ah, biar kubeli beberapa buah-buahan kesenangannya”, bisik hatiku. Kuhentikan mobil di depan sederetan super market di pinggir jalan. Tak lama aku di situ, mobil kulajukan lagi. Bayangan wajah Sefney semakin jelas di pelupuk mataku seiring  semakin pendek jarak tempuh ke kediaman Sefney.

Tak berbilang jam, aku tiba di gerbang kediaman wanita rupawan itu. Kuparkir mobilku agak jauh, agar tidak mengganggu lalulintas yang lewat. Kupercepat langkahku agar aku lebih awal melihat keceriaannya pagi menjelang siang itu. Dia cantik sekali dengan senyum manja sembari mengadu kenikmatan suasana hati semalaman. Lama aku di tempat itu tertawa riang bersamanya. Sesekali dia mencubitku, dan sesekali pula dia mencuri menciumku dari belakang. ”Uhh”, aku terkejut, dia tertawa lebar, ”Aku kangen sekali”, ungkapnya.

Siang itu kami makan siang bersama berdampingan, ”Ini masakan beli semua”, katanya mengomentari hidangan nikmat di meja. Aku melahapnya dengan tenang, nikmat ditambah jarinya yang sesekali mencubit pahaku. Libidoku mulai terusik sesekali. Apalagi dia memandangku dengan tatapan manja dan tajam. 

TELAAH SASTRA TIMUR TENGAH LANJUTAN

Sastra Timur Tengah
Prolog Sefney Dorrys, dari

That Afternoon

Maaf aku lebih banyak curhat di sini, aku enggan mengurai kembali kata dan sosok wajah sendumu pada minggu terberat kita kemarin. Untuk itu, aku lebih suka menebar apa yang menyesakkan hatiku untuk kau tahu, terserah setelah itu kau biaskan tanpa arah. Bagiku, kepuasan untuk berkata-kata jauh lebih bermakna. Zel, banyak pelajaran dan pengalaman yang kupetik selama kita mengenal dekat, akrab hingga bergumul erat. Satu-persatu kupelajari, kuteliti hingga aku yakini kebenarannya. Dengan desain kau tata gerak langkahmu yang kini mulai kugarisi dalam kehidupanku. Ternyata, banyak hal yang belum kusibak dengan penuh pengertian. Kehadiranmu sungguh menguapkan selaksa beban di dadaku, selalu aku ingin mendengar kau ucap kata cinta, sayang juga rindu yang bertubi-tubi padaku, di mana saat itu dengan leluasa aku bisa mencurahkan kasih sayang sarat letupan. Kondisiku berubah drastis di sampingmu, ingin rasanya tak sedetikpun kulewati tanpa kehadiranmu, yang kuyakini akan selalu, terus dan selamanya bermakna untuk kita jalani. Tak pernah kita kehabisan kata-kata dalam semua hal dan semua cerita yang kita lahirkan dalam setiap sua. Kondisi kantor mendukung kita untuk salurkan itu semua, kendati sesekali kerisauan dan ketakutanmu menyergap. ”Kalau was-was begini jadinya, lihat ni engga mau geming,” tunjukmu pada mainan tersangkut yang sangat kusayangi itu.

SASTRA BROMOCORAH



ungkap bromocorah

ungkap kasar bukan bromocorah
yang terusik hujatan seberang kota
tanpa alasan jelas
seakan tinggikan nilai
takpun sadari buncahan kasih tersanjung
dalam simpanan agung dalam

ungkap kasar bukan bromocorah
yang juga manusia biasa
yang juga mengusung manusiawi
yang tak sudi tepis hakiki
yang tidak dimengerti sosok termiliki

ungkap kasar bukan bromocorah
semua telah saling beri
yang dilambungkan janji
dalam tahunan hari-hari
dalam pinta terlindungi

sungguh
ungkap kasar bukan bromocorah
tak maksud menyakiti
selain selamatkan belenggu janji
bromocorah bukan bromocorah

kuala simpang 250213, malam


SASTRA AIR


air pupusi
 melembut gundukan itu
sadari rampas dalam ronta
berkali adanya
yang terbungkus tenun hias motif hitam putih
yang berlapis selaput
sesekali alihkan kisah
yang bantah ekspresi jelang siang
rasa membumbung ke loteng
haruskan desak jemari
tahankan titik tuju
yang mengalirkan
pulang dalam diam
sesekali nikmati hirup
yang temani deru mesin jalanan
takpun abaikan hingga waktu gema menara mesjid
terdiam ingin simpan
walau tulus dipupus air

Pebruari 2013

PEMANGKU KEPENTINGAN


Pemangku Kepentingan

salah satu stakeholders
Disperindagkop 
Selama aku menjabat beberapa Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) di Bireuen, kelompok pemangku kepentingan paling banyak yang aku layani, yakni pada saat aku menjabat selaku Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), pada pertengahan 2002 hingga Desember 2005. Betapa tidak, dinas itu menjalankan tiga misi ekonomi, yakni melayani sistem kerja di sektor industri, perdagangan dan koperasi. Sektor industri saja memiliki beberapa pihak berkepentingan, antara lain kelompok pekerja industri otomotif, industri makanan, dan lain sebagainya. Belum lagi para konsumen yang merasa berkepentingan terhadap kualitas produk hasil industri Bireuen tersebut. Ada lagi pihak tertentu yang membutuhkan izin pendirian pabrik, yang mesti dicek lokasi serta dampaknya terhadap kawasan. Begitupula di sektor perdagangan dan koperasi yang juga memiliki kelompok pemangku kepentingan tersendiri. Meskipun dalam pelayanannya tidak terkemas dalam alokasi anggaran yang memadai, namun tujuan pelayanan mesti tercapai, setidak-tidaknya dalam memfasilitasi rekomendasi perizinan. 

TRADISI MELAYU MESJID KUTA BLANG


Mesjid Kuta Blang Samalanga Warisan Tradisi Melayu
Razuardi Ibrahim

Mesjid Kuta Blang, Samalanga, dibangun 1901, foto 2009
Kuta Blang merupakan desa kecil yang terletak di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh. Desa tersebut cukup bersahaja dengan persawahan membentang luas. Di sana terdapat sebuah mesjid tua yang kerap melayani para jamaah melakukan shalat setiap waktu. Meskipun kondisi mesjid itu cukup menanti upaya perawatan berkelanjutan, namun terlihat cukup bersih terjaga. Tak ada yang mampu mengungkap pasti cara mesjid itu dibangun. Begitupun, nilai arsitektur yang tersisa pada bangunan tua itu dapat membantu pendekatan sedikit informasi tentang sosoknya.

Mesjid merupakan simbol keberadaan Islam di suatu tempat. Biasanya pada daerah atau kawasan tertentu yang terdapat mesjid indah, asumsi sebagian orang mengarah kepada suatu kesimpulan tentang besarnya perhatian pengambilan kebijakan daerah atau kawasan itu terhadap perkembangan Islam. Pengambil kebijakan daerah lebih dapat diartikan sebagai pimpinan daerah, seperti Camat, Bupati, dan Gubernur, pada masa sekarang. Pada masa kerajaan, pengambil kebijakan daerah berada di tangan Hulubalang dan Raja atau Sulthan.

Keasrian suatu mesjid ditentukan oleh nilai arsitektural sosok bangunan tempat ibadah itu ditampilkan. Sementara, sosok bangunan dalam tinjauan arsitektural dapat dicirikan dari aspek langgam atau style, sebagai ungkapan selera mode pada masa tertentu. Selera itu sendiri tidak terlepas dari suasana sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat tertentu. Kesemua suasana tersebut dapat terikat oleh jalinan emosi kerjasama, bahkan terkuat emosi premordialisme. Oleh karenanya, pada kawasan atau daerah yang berjauhan sekalipun komunitas tertentu dapat memiliki selera sama.  
Mesjid Syekh Abu Bakar, Johor, Malaysia, 2010
Kesulthanan Melayu banyak meninggalkan situs, khususnya mesjid. Tidak jarang nama mesjid-mesjid peninggalan tersebut ditabalkan sesuai dengan nama Sulthan atau penguasa pada masa pembangunannya. Hal ini cukup membantu informasi sejarah sehingga pengeliminasian gemilang seni budaya masa lalu dapat bertahan sepanjang zaman.

Mesjid warisan kejayaan Melayu memiliki ciri khas yang jarang disamai mesjid peninggalan lainnya. Konon lagi di Aceh, kawasan yang pernah berjaya dengan mesjid beratap piramid bersusun tiga, seperti yang tersisa di mesjid Indrapuri, Ulee Kareng, dan pedalaman Aceh lainnya. Masa langgam mesjid seperti itu cukup gemilang sebelum de-Bruin memperkenalkan langgam Taj Mahal di pertengahan abad ke-20 melalui desain Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Sesuai dengan manfaatnya sebagai tempat shalat berjamaah dan bermusyawarah, tata ruang mesjid tradisional Aceh relatif sederhana yang terdiri dari ruang shalat berjamaah atau biasa disebut liwan, dan tempat imam yang dikenal dengan sebutan mihrab. Mesjid tradisional Aceh biasanya setengah terbuka pada bahagian dinding sebelah utara, selatan, dan timur. Kondisi ini bertujuan agar terjaminnya sirkulasi udara di dalam mesjid. Namun  seiring perkembangan zaman dan peningkatan fungsi, mesjid yang direncanakan sering dikaitkan dengan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat sehingga kebutuhan ruang bertambah, seperti tempat penyimpanan barang sejenis infaq, zakat, dan sadaqah.

Kecenderungan khalayak mencirikan langgam mesjid dengan pedekatan model kubah. Hal ini lebih dikarenakan kubah telah menjadi simbol tempat ibadah yang telah mendunia. Meskipun demikian, tidak semua orang paham tentang perbedaan lengkung dari model kubah yang mencirikan asal dari kubah itu sendiri. Oleh karenanya, perbedaan langgam mesjid tradisional Aceh yang tidak berkubah sungguh dapat dibedakan dengan mesjid berkubah.

Lengkung kubah yang berkembang dalam tradisi Islam dapat dicirikan dalam beberapa bentuk atau model, seperti lengkung Turki, Persia, Arab, Gujarat, Eropa,  dan lain sebagainya. Lengkung Melayu memiliki kekhususan tersendiri. Meskipun dari pandangan samping lengkung kubah Melayu boleh saja menyerupai lengkung Turki, Persia, Arab, Gujarat, dan Eropa, namun dari pandangan atas atau denah kubah, langgam Melayu bersegi-segi. Kondisi ini menjadikan kubah Melayu mudah dikenal karena berbeda dengan kubah lainnya.

Mesjid Kuta Blang Samalanga memiliki ciri kubah bersegi menyerupai mesjid-mesjid peninggalan kesulthanan Melayu, baik yang terdapat di Indonesia maupun di Malaysia. Meskipun jumlah segi tidak sama, tetapi dari bentuknya dapat disimpulkan bahwa kubah tersebut berlanggam Melayu. Begitupula terhadap ornamen yang melengkapi kubah tersebut. Referensi lain terhadap keberadaan mesjid Melayu di Indonesia yang memiliki kubah bersegi yakni mesjid Azizi di Tanjung Pura dan mesjid Stabat di Sumatera Utara yang dulunya merupakan wilayah Kesulthanan Deli. Persamaan jenis kubah dapat diasumsikan tentang kesamaan selera dari pemimpin atau masyarakat yang berinisiatif membangun mesjid. Sementara, kesamaan selera itu sendiri terbangun dari kebiasaan atau tradisi yang dianggap telah mewakili model pada masa tertentu yang dipelopori budaya tertentu melalui peranan komunikasi. Oleh karenanya, kehadiran kubah Melayu di tengah masyarakat Aceh di Samalanga bukanlah tanpa alasan. Selain petinggi masyarakat waktu itu telah terkolaborasi dengan arsitektur Melayu, juga model kubah baru pada masa itu mampu menciptakan kekaguman di kalangan masyarakat. Kontribusi pewaris Tun Sri Lanang dalam memperkenalkan kubah Melayu tentu tak dapat dikesampingkan begitu saja, sebab melakukan perubahan di tengah kebiasaan masyarakat bukanlah perkara mudah, konon lagi perubahan yang diharapkan merupakan simbol ke-Islaman.  

Pada puncak kubah dipajang simbol bulan sabit dan bintang, simbol yang menyatakan nuansa ke-Islaman.  Simbol ke-Islaman yang tersosialisasi menyeluruh di negara Asia Tenggara tersebut merupakan warisan Kerajaan Islam Utsmaniah, Turki. Bahkan dunia mengakui simbol bulan sabit dan bintang tersebut merupakan milik komunitas Muslim secara general. Tak ada bantahan untuk klaim tersebut, meskipun negeri Arab yang berbasis Islam tidak menggunakan simbol seperti itu. Tersirat, budaya Islam kontribusi Utsmaniah mampu bertahan lama di dunia, menyusup ke berbagai adat istiadat, khususnya di negeri Melayu.

Lengkung kosen pintu dan jendela mesjid Kuta Blang menyerupai beberapa mesjid Melayu di Johor Bahru, Malaysia. Lengkung setengah lingkaran dengan jerjak pengaman yang khas pada mesjid itu jarang dijumpai pada mesjid lain di Aceh. Indikasi ini lebih menguatkan  informasi tentang arsitektur mesjid Kuta Blang merupakan produk desain mesjid Melayu.

Begitupula dengan relief pada sudut-sudut tertentu di mesjid itu, di samping dinding bangunan mesjid yang tebal.  Terkesan ada upaya dari perancang mesjid Kuta Blang tersebut membangun keasrian dengan mengekspose kekokohannya melalui pemenuhan relief pada elemen-elemen bangunan. Sekilas tersirat ada kemiripan antara mesjid Sulthan Abu Bakar, Johor Bahru, dengan mesjid Kuta Blang, meskipun dalam ukuran berbeda. Mesjid Sulthan Abu Bakar jauh lebih luas dan memiliki menara.  Kesamaannya yakni nkedua mesjid tersebut merupakan mesjid tertutup yang dimasuki melalui beberapa pintu.  

Informasi masyarakat setempat, mesjid Kuta Blang diselesaikan pada tahun 1901 M. Halamannya cukup luas, terkesan cukup proporsional dengan luasan pertapakan mesjid. Lokasinyapun hanya berjarak sekitar 200 meter dari istana Tun Sri Lanang yang terletak di bahagian barat mesjid. Kebiasaan sulthan atau raja Melayu membangun mesjid berdekatan dengan istana kediamannya. Tradisi seperti ini masih dapat disaksikan pada situs mesjid raya Medan yang  letaknya berdekatan dengan istana Maimun, Sulthan Deli yang kesohor itu. Alasan ini memperkuat informasi pewaris Tun Sri Lanang, Pocut Haslinda, bahwa sebelum mesjid Kuta Blang dibangun, lokasi tersebut telah difungsikan sebagai tempat Tun Sri Lanang mengajarkan agama Islam bagi masyarakat sekitar.

Jika dilakukan rekonstruksi terhadap tata letak bangunan istana dan mesjid, dapat dipahami desain kawasan yang diharapkan mengarah kepada pencitraan kawasan melalui sosok mesjid Kuta Blang. Gambaran citra merupakan penghayatan atau daya tangkap arti bagi seseorang terhadap suatu kesan yang mempunyai objek terlihat. Citra atau image mesjid pada umumnya lebih dominan menggambarkan kesan spiritual anggun, tenang, dan megah, serta suci sekaligus memasyarakat atau akrab.      

Nilai arsitektur yang membangun citra terhadap mesjid Kuta Blang Samalanga ini  pada hakikatnya mampu berintegrasi dengan kondisi sosial budaya setempat sehingga nilai estetikanya yang menyajikan langgam (style) Melayu mampu bertahan ratusan tahun tanpa  intervensi budaya lain.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Kabupaten Bireuen, khususnya masyarakat Samalanga  memberi andil besar dalam merangkai penerusan kebudayaan dunia dari budaya masa kerajaan Aceh terdahulu hingga sekarang.