Rabu, 31 Juli 2013

PEMBODOHAN PUBLIK

Pembodohan Publik


Di pertengahan tahun 2013 ini, banyak poster-poster para calon legislatif mulai terpasang di berbagai sudut kota. Sebagian masyarakat mulai mengomentari tentang kondisi ini. Aku sering mendengar ocehan masyarakat di beberapa tempat, khususnya di warung kopi. Mereka mengomentari beberapa poster sosok tertentu yang pernah menjanjikan sesuatu pada musim pilkada lima tahun silam. Namun menurut masyarakat tertentu, para calon datang kembali dengan berbagai alasan, bahkan menginformasikan kelemahan partai lain tanpa mengurangi upaya perbaikan imej terhadap partainya. Dapat disinyalir dari ungkapan awam bahwa kondisi yang terjadi merupakan peristiwa rebut pencitraan lewat kepentingan terbungkus. Pergulatan kepentingan yang terjadi kerap juga menggunakan isu pencitraan lain yang diharapkan dapat menghadirkan suatu pembenaran terhadap kondisi masa lima tahun lalu. Di samping itu, kepentingan terselubung diniscayakan menggunakan masyarakat sebagai objek dari perseteruan. Tidak jarang pula upaya pembenaran yang dilakukan, menggiring kesimpulan pemikiran ke arah pembodohan di tengah masyarakat. Modus operandi yang biasa dilakukan antara lain pemutar-balikkan fakta, pengembangan isu tidak benar, penghujatan terhadap sosok tertentu dan lain sebagainya. Dari ke-semua modus tersebut, isu dominan yang dikembangkan adalah topik penggapaian finansial, seperti kemampuan para caleg membawa pulang dana pembangunan yang besar bagi daerahnya. Artinya metode penggalangan konstituen masih belum berubah dari musim pemilu lima tahun silam.

SUNGAI IYU KOTA IKAN


Razuardi Ibrahim dan Rahmat, Sungai Iyu, Juli 2013

Kota Sungai Iyu dapat mengakses langsung muara sungai. Panjang sungai ini diperkirakan lebih dari 8 kilometer. Banyak boat tangkapan yang mendaratkan ikannya di tempat pendaratan di tengah kota. Artinya, ikan yang didaratkan dapat langsung diangkut dengan truk untuk dipasarkan ke luar daerah. Permasalahan yang terjadi yakni, tumbuhan eceng gondok memenuhi aliran sungai sehingga mengganggu lalulintas boat di tempat itu. Gangguan yang paling rentan adalah masuknya tumbuhan itu ke bolang baling boat sehingga memacetkan perputaran mesin.  Menurut orang kampung di lintasan sungai, tempat itu banyak didiami buaya muara yang lumayan ganas. Pada tanggal 25 Juli 2013, aku dan Rahmat pergi ke tempat untuk mendesain pelabuhan alternatif untuk nelayan 

KATA BIJAK 2012

Razuardi Ibrahim, 2011

“Jangan nikmati harapan dari sebuah pelayanan, namun puaskan diri terhadap keberhasilan pelayanan itu”
(Razuardi Ibrahim, 100512)


SISTEM TRANSPORTASI AIR

Razuardi Ibrahim dan Rahmatsyah Nusfi
Tamiang, 31 Juli 2013
Malam ini aku bersama Rahmat membuat suatu kajian ringan tentang sistem angkutan bahan hasil produksi di bagian pedalaman selatan Kabupaten Aceh Tamiang. Kajian ini lebih kepada memanfaatkan aliran Sungai Tamiang yang lebar dan memiliki air berjumlah besar. Di samping mampu meminimalisir gangguan lingkungan dalam hal kebisingan, kepadatan lalulintas dan polusi debu, diharapkan sungai yang diperankan sebagai prasarana ini dapat memberi nilai ekonomis terhadap sistem tranportasi. Khayalan ini cukup menantang bagi para teknokrat, khususnya dalam hal uji nyali di bidang keteknik-sipilan, juga dalam menyikapi opini berkembang terhadap pemikiran cet langet. Tetapi pemikiran juga menuntut kinerja meskipun pengimplementasiannya belum dapat segera diwujudkan. Bukankah lebih baik berfikir keliru dari pada tidak berfikir sama sekali. 

Selasa, 30 Juli 2013

PENYELAMATAN KERABAT

Ujian Sarjana Miswar, Fakultas Teknik
Sipil Unimus, Minggu 28 Juli 2013
Perpecahan atau permusuhan seorang kerabat terhadap seorang pejabat biasanya karena suatu hal yang diinginkan sosok kerabat itu tidak serta merta dapat terpenuhi. Ke-tidakserasian hubungan ini diawali dari sosok kerabat yang merasa tersinggung tatkala hajatnya ditunda atau tidak mungkin direalisir oleh pejabat dimaksud. Unjuk pahlawan dari sosok kerabat yang sebelumnya sama diakui memberi kontribusi terhadap keberhasilan seorang pejabat menduduki jabatan tertentu, semakin memaknai tujuan kerabat itu membantu tiada lain sebagai upaya mewujudkan investasi jangka menengah bahkan jangka panjang, yang direncanakan dapat dieksploitir sesuai kebutuhan saban waktu.  Oleh karena tradisi ini merupakan kelaziman maka sudah selayaknya segala tawaran pihak tertentu untuk memberikan kedudukan perlu diwaspadai, dengan tujuan agar tidak kehilangan kerabat.


MUASAL KONFLIK

Aku menyimpulkan suatu presentasi seorang pakar ilmu sosial di tingkat nasional yang belum pernah aku dengar selama ini. Akhirnya, mesti disadari bahwa konflik selalu ada karena eksistensi perbedaan. Berawal dari perbedaan genetik manusia yang disebut juga sebagai perbedaan alami. Selanjutnya, kesamaan genetik berkembang menjadi kelompok etnis yang rentan memunculkan  potensi persengketaan akibat dari klaim atas hak. Berlanjut kepada konsep ideologi, keyakinan tertentu atau agamis yang lebih berpotensi terhadap konflik akibat upaya penghilangan hak terhadap yang lain. Hingga pada akhirnya, konsep kepentingan berubah menjadi pertahanan atau penggalangan potensi ekonomis dan politis, yang lazim diperebutkan melalui perang.


IBU ZAHARA

Ketika aku mulai menulis buku Poligami Yang Solutif Itu, tahun 2008, Ibu Zahara datang ke ruang kerjaku di Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setdakab Bireuen. Tanpa banyak cerita, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga ini langsung saja menghujatku dengan keras. "Kalau Pak Raju menerbitkan buku ini, saya dulan yang mendemo Pak Raju," katanya. Aku diam saja sambil mengoreksi tulisan yang baru aku ketik sambil mempersilahkannya duduk. Aku cukup menyegani ibu ini, karena di samping sama sebagai pejabat eselon II di kabupaten penghasil keripik pisang itu, juga kami pernah sama sebagai dekan di masing-masing fakultas di Unimus. "Sebaiknya ibu baca dulu baru kritik dan menghujat," kataku setengah berkelakar. Dia duduk juga sambil mengomel menyesali terhadap niatku untuk mengungkap persoalan syariah yang sarat diberitakan. 
Sejenak aku mampu menenangkan ibu Zahara yang berpostur tinggi besar. Beberapa staf perempuan yang datang mendampinginya diam saja tanpa berani memperotes menyambung hujatan atasannya. Tidak lama kemudian, ibu Zahara beserta staf pulang ke kantor sambil membawa beberapa bab tulisan yang selesai aku koreksi. "Awas ya," katanya sambil berlalu dan menutup pintu. 

Berselang satu hari, ibu Zahara kembali lagi ke ruangku bersama beberapa staf yang lain. "Biar saya tulis kata pengantarnya," katanya sebelum aku mempersilahkan duduk. "Jangan kata pengantar kak, tapi komentar buku di kulit belakang," kataku. Dia terlihat mulai memahami tujuanku menulis buku tentang poligami. Aku menjelaskan, bahwa aku menulis buku ini tidak lebih sebagai pembelaan ajaran Islam yang aku anut. Dia juga sedikit terenyuh, tatkala aku menanyakan, kelompok mana yang bertanggungjawab terhadap wanita tak bersuami.

ANTON KAMAL

Anton Kamal, 2013
Anton Kamal merupakan aktivis di Fakultas Teknik Unsyiah di tahun 1984 hingga 1988. Ia masuk Fakultas Teknik pada tahun 1982, jurusan teknik sipil. Dia mampu menggerakkan organisasi kegiatan kampus tanpa memikirkan manfaat pribadi. Indikasinya, sepeda motor bermerek GL-Max miliknya berkali rusak akibat digunakan bergilir untuk berbagai kegiatan. Dia pekerja keras sejak dulu dan mampu mengeksploitir potensi kawan-kawan di segala bidang. Aku mencermati, banyak kontribusi Anton Kamal dalam membangun unit kegiatan kampus masa itu, di antaranya Bakti Sosial Pembangunan Desa, Mapala Leuser dan beberapa yang lain.

EBTADI

Ebtadi
 
Ebtadi, 2008

Namanya Anwar Ebtadi, berdomisili Peusangan Selatan, Bireuen. Dia merupakan sekretaris pada tim sukses Tgk Nurdin saat pemilukada Bireuen, tahun 2007. Aku mengenalnya secara dekat pada tahun 2008, tatkala dia mendampingi Bupati Nurdin dalam banyak kegiatan. Dia menghargaiku sebagai kompetitor meskipun aku dan H Subarni gagal memenangkan pilkada di musim itu. Aku melihat, Ebtadi sosok yang memiliki talenta politik relatif cerdas. Banyak kegiatan Bupati Nurdin yang didesainnya, khususnya dalam batas-batas pencitraan kembali akibat terpaan isu yang mewabah. Aku tidak perduli dengan aktivitas itu karena alasan pencitraan yang dilakukannya menyangkut tanggung-jawab mereka kepada pada pendukungnya. Tiga tahun terakhir, Ebtadi mulai ditinggalkan oleh sebagian besar kerabatnya sesama timses. Memang dia politikus muda yang masih mencari warna dan mesti dimaklumi. Walaupun dia mengaku pernah merobek posterku dan Bang Subar pada pemilukada 2007, aku tidak menganggapnya sebagai lawan.  Minimal tertanam pemikiran tentang perbedaan politikus dan negarawan untuk bekalnya selaku generasi Bireuen masa depan.

POLITIK BALAS DENDAM

Politik Dendam Tak Kunjung Usai

Aku teringat pada tahun 2007, usai Pilkada yang berhasil mengusung pasangan Tgk Nurdin Abdul Rahman dan Tgk Busmadar Ismail menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bireuen, begitu pedulinya para pendukung sehingga tidak mudah ditemui karena penjagaan yang ketat. Ketika itu aku mendapat julukan ‘lawan politik’ karena aku mendampingi H Subarni A Gani (aku memanggilnya Bang Subar) dalam pemilukada musim itu. Isu lawan politik yang tentunya akibat kami menjadi kompetitor dalam pemilukada, ternyata tidak pupus usai menangnya pasangan Nurdin-Busmadar. Beberapa pejabat Bireuen asyik menginventarisir sejumlah nama aparatur untuk dilantik menjadi pejabat struktural dalam kabinet baru. Bagi aparatur yang dianggap tidak mendukung harus diistirahatkan atau dipindahkan ke tempat yang dianggap tidak menyenangkan bagi aparatur yang bersangkutan. Strategi yang diusung kelompok aparatur kala itu yakni penyelamatan pembelanjaan daerah sehingga gerakan awal yang dilakukan adalah pelaksanaan mutasi salah seorang kepala bagian di Sekretariat Kabupaten Bireuen keesokan harinya setelah Pelantikan Bupati dan Wakil pada 25 Juli 2007.
Razuardi Ibrahim dan Nurdin Abdul Rahman
dalam kerja ektra di Bireuen, 2008
Penyusunan kabinet terus berlangsung menunggu waktu yang tepat setelah orang-orang yang dirasakan cocok disetujui para elite tim sukses. Sebagian pejabat yang sibuk waktu itu melihatku tanpa sapa layaknya hari-hari kemarin. Seakan aku merupakan musuh politik yang harus dimarjinalkan. Aku tetap menikmati suasana hiruk pikuk mereka untuk sebuah pembelajaran dan selalu mengingat pesan H Subarni agar aku tetap saja di Bireuen sesuai permintaan masyarakat pendukung kami saat pembubaran tim sukses.

Suatu sore, sekira dua minggu setelah pelantikan bupati dan wakil, aku ditelepon Bang Subar untuk menemui Bupati Nurdin di Meuligoe nanti malam. Malam itu juga aku datang ke Meuligoe diantar sopir setiaku, Amran (Habib). Aku belum diperkenankan masuk, untuk sementara duduk di lokasi penantian bawah payung halaman dalam Meuligoe. Tim pengamanan Meuligoe,  asal timses Nurdin-Busmadar yang tidak mengenalku atau yang menganggap aku lawan politik hanya memandang dengan sudut mata tajam. “Saya disuruh datang Tgk Bupati,” kataku sebelum ditanya. “Tunggu sebentar,” kata pemuda bertopi di situ. Para pejabatpun banyak terlihat di sana, juga tanpa senyum. Ada yang mondar-mandir menenteng map, ada yang menunjuk-nunjuk pintu gerbang, isyarat penjagaan harus diperketat, dan aktivitas lain yang mencerminkan situasi tak boleh diganggu.
Sekira lima belas menit aku di bawah payung itu, muncul sosok muda berkacamata menghampiriku dengan ramah. Aku samar-samar pernah lihat pemuda ini, namun tidak tahu pasti namanya. “Mau jumpa teungku Bupati ?,” tanyanya bersahabat. “Iya, tadi ditelepon,” kataku singkat. Bergegas anak muda itu naik ke Meuligoe menemui Bupati. Sambil menunggu, aku tanyakan kepada beberapa orang yang duduk di situ tentang nama anak muda itu. “Anwar Ebtadi,” jawab seseorang dari mereka acuh tak acuh. Aku maklum juga seraya berfikir mereka tak boleh diganggu karena sedang mengadakan penjagaan ketat. Namun dalam benakku tertanam ekspresi penyambutan ramah Ebtadi yang kala itu aktif membenahi situasi Meuligoe.

Sejenak Ebtadi turun dari Meuligoe, “sudah boleh naik pak,” katanya seraya mempersilahkanku beranjak ke rumah panggung itu. Aku permisi kepada beberapa orang di bangku bawah payung (gazebo), sementara jawaban mereka tak terdengar olehku, kecuali desah dan bisik-bisik sesamanya. Saat di pintu masuk aku memberi salam diikuti Ebtadi dari belakang. Bupati Nurdin duduk di sofa panjang dikelilingi banyak orang. Beliau menyambut salamku dengan ramah dan mempersilahkanku duduk di sampingnya, di sofa panjang itu juga. Aku menuruti kehendaknya seraya disaksikan orang sekeliling Pak Nurdin yang baru jadi bupati itu. “Apa kabar Pak Subar,” kalimat awal yang ditanyakan kepadaku. “Baik pak,” kataku ringkas. Lantas beliau memperkenalkanku kepada orang-orang di tempat itu. Orang-orang termasuk pejabat yang ada di situ mencoba merubah mimik, berupaya bersikap ramah kepadaku.


Tidak lama aku di situ, kurang lebih tiga puluh menit. Aku permisi untuk pulang, Pak Nurdin mempersilahkan juga seraya berpesan, “mohon bantu pak Raju ya, apa-apa yang bisa dibantu”. Sambil beranjak aku menyahut pelan, “iya pak”. Pejabat yang ada di situ berdiri serentak menyalamiku, petanda mereka sudah ramah. Ekspresi dendam politik yang mereka lakonkan seketika berubah menjadi ekspresi mohon bantu. Upaya politik balas dendam gagal diusung para timses, karena sosok Bupati Nurdin tidak mewacanakan prilaku itu diberlakukan.

Senin, 29 Juli 2013

KLIPING MENGINGATKAN

Kliping Mengingatkan

Malam Minggu, 27 Juli 2013, aku kedatangan beberapa kawan dari Bireuen di rumahku Batuphat Lhokseumawe. Mereka itu Armia Geulanggang, Munzir Bukit Teukuh, Buyong SBY dan Adi, datang untuk bercerita tentang rencana pekerjaan yang akan mereka lakukan. Aku menyarankan agar mereka bergerak saja di sektor riil. Tapi mereka mengatakan kondisi ekonomi sekarang relatif sulit, khususnya dari aspek permodalan. Lantas mereka bercerita tentang masa-masa lucu pemilukada tahun lalu. Karena mereka menceritakan kondisi lucu dan tidak mendukungku kala itu, aku meresponnya dengan lucu pula. 

Kliping koran pemberian
Ketika itu pula, aku teringat ada seseorang memberikan kliping koran ketika aku kampanye, di Al Muslim beberapa bulan lalu ketika aku usai mengajar. Menurut orang itu, kliping itu sengaja disimpan untuk menagih janji di suatu masa. Aku meyakini, orang yang memberi kliping itu kerabat Husaini Prangko, karena aku tidak mengenalnya secara akrab. Tapi ia mengenalku jelas, lengkap dengan berbagai cerita. Aku memaknai pertemuanku dengan orang ini dan Armia merupakan suatu peringatan, bahwa aku pernah bercerita kepada mereka tentang konsep membangun masa depan. Tentu tidak mesti aku menghindar terhadap permintaan waktu temu dari mereka yang mungkin saja pernah tercerita dan terjanjikan.

PUISI DUA MUSIM


beda kemas dua musim
by : lasede dubel and delbesembe tibel

mereka tak kan berkata-kata
diam dalam bentuk
kemasan barang buatan
tapi dia andil saksikan 
sejarah peraih tinggi
yang sukses gemilang 
di dua musim berselang bulan
bahkan tahun 
dalam episode bakar lilin 
dan kawan latih untuk latih 
sejumput saling menggemaskan
pulang tanpa marah

RENCANA MUSEUM TAMIANG

Museum Tamiang

Buka puasa bersama Teungku Irwan dan kawan-kawan memang sudah direncanakan sejak awal Ramadhan. Pasalnya, sudah sejak lama pula, Teungku Irwan dan kawan-kawan menemui pejabat Aceh Tamiang untuk menyampaikan cita-citanya membangun sebuah museum penampungan barang-barang warisan bersejarah yang berada di pihaknya. Ribuan item benda kuno akan diserahkan untuk Kabupaten Aceh Tamiang, asalkan tempat tersedia dan terjalin komitmen yang jelas antara pihak pemerintah daerah dengan ahli waris, agar barang ini tidak dipindah-tangankan serta terawat dengan baik. Beberapa pihak serta Bupati Hamdan sendiri telah mewacanakan agar Istana Karang yang terletak di lintasan jalan nasional Banda Aceh-Medan, merupakan bangunan yang cocok bagi peruntukan museum daerah. Sebagaimana disaksikan, selama ini di Kabupaten Aceh Tamiang belum tersedia bangunan museum tempat penyimpanan barang bersejarah.
Razuardi Ibrahim, Bang No, Abu, Arief dan Tgk Irwan
dalam buka puasa bersama, Jumat, 26 Juli 2013
di Kuala Simpang


Setelah berbuka puasa, aku, Teungku Irwan, Abu, Bang No, Arief, Bang Rusli dan Sayed, duduk melanjutkan cerita tentang misi museum, tatkala rencana ini terealisir kelak. Pertama, museum sebagai tempat perlindungan barang sejarah.  Kedua, sebagai wadah edukasi antar generasi dan yang ketiga tempat wisata sejarah.

DUA KONDISI GLEE KUPRAI

Dua Kondisi Glee Kuprai

Kondisi jalan turunan dari Glee Kuprai, 2006
Glee Kuprai terletak di dataran tinggi, bagian selatan Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, merupakan dataran yang relatif tandus masa sebelumnya. Sejak beroperasi pabrik kelapa sawit di tempat itu, geliat ekonomi masyarakat semakin terasa dan semakin banyak saja orang-orang berkunjung ke situ. Apalagi kawasan itu telah dicanangkan sebagai Kawasan Industri Peternakan Terpadu pada tahun 2011, dengan surat keputusan Bupati Nurdin yang memimpin kala itu. Aku cukup puas dengan keadaan ini, karena seorang kawanku yang juga bawahanku, Drh Afriza, Kepala Bidang Peternakan mampu menuntaskan salah satu mimpi yang pada masa sebelumnya sering dianekdotkan sebagai rencana cet langet. Pada puasa ini, hari Minggu, 28 Juli 2013, aku mampir ke sana melihat banyak orang memotong rumput ternak pada sore hari.

Kondisi turunan jalan Glee Kuprai, 2011

Minggu, 28 Juli 2013

AMBISIUS DALAM KESANTUNAN

Ambisius Dalam Kesantunan
 
Razuardi Ibrahim, Davao 2010

Aku pernah memiliki beberapa bawahan setingkat asisten pemimpin proyek tatkala aku menjabat sebagai pemimpin proyek peningkatan jalan kabupaten pada 1994 hingga 1998. Jumlah mereka enam orang yang membidangi tugas masing-masing dari asisten perencanaan hingga pelaksanaan. Dua dari mereka sering diperbincangkan beberapa rekan lain tentang karakter masing-masing yang kurang bertanggung-jawab kepada pergaulan tim dan rada tertutup. Dari dua orang bawahan ini, satu mencapai pimpinan puncak sementara yang satu hanya di lapisan ke dua, setingkat kepala bidang. Sejak pertama kali bertemu dengan mereka pernah tersirat bahwa dua sosok ini kurang memiliki kesetiaan kelompok. Alasan pada saat pertama ketemu, mereka suka bercerita tentang kehandalan mereka dan hubungan mereka dengan beberapa elite, sebagai upaya pencitraan diri. Ditambah lagi mereka suka membisikkan informasi baru yang diperolehnya dari pihak lain. Mereka juga gemar memakai pakaian yang mampu memposisikan dirinya jaim (jaga imej). Kepribadian serupa ini tidak luar biasa tetapi kurang berkenan dengan sistem pergaulan sekarang. Perjalanan sikap mereka aku cermati meskipun tanpa kritisi. Hingga suatu ketika aku dan kedua mereka tidak lagi bersama dalam satu tim atau satu kantor, aku mencoba membangun koordinasi sebagaimana biasa. Tetapi aku temukan karakter mereka yang sesungguhnya. Sosok pertama berusaha membatalkan proyek peningkatan jalan di Bireuen, kabupaten pemekaran dari kabupaten induk. Peluang pembatalan itu cukup besar karena alasan yang digaungkan, yakni “kabupaten baru belum memiliki registrasi dan oleh karenanya peruntukan biaya peningkatan jalan ditentukan kabupaten induk, Aceh Utara”. Sosok kedua juga terkait kisah pembuktian dirinya dalam ketidak-sengajaan.  Pada suatu ketika, aku duduk bersama kontraktor senior di Bireuen. Kontraktor ini meminta tolong aku menelpon sosok mantan bawahanku tadi untuk pendekatan mendapatkan pekerjaan. Padahal sejak awal aku tidak mau karena terkait dugaanku, sementara kontraktor tadi juga merupakan teman akrab dari sosok itu. “Biar tambah yakin dia pak,” kata kontraktor tersebut mengomentari sosok mantan bawahanku di lain kabupaten. Namun sudah dua kali teleponku berdering tidak disambut. Aku berkomentar kepada kontraktor itu, “tidak diangkat, takut saya minta bantuan dana,” kataku. Kontraktor tadi berusaha menetralisir, “mungkin sibuk pak,” katanya sambil menghubunginya. Tiada butuh waktu lama, telepon itu dijawab dengan dialog ringan. Akhirnya aku menyimpulkan karakter kedua orang ini ambisius yang terbungkus kesantunan. Bagi yang tidak jeli, sulit menebak karakter orang-orang seperti ini. Secara pribadi bawahan seperti ini tidak berpersoalan dalam kerja, namun kehati-hatian yang perlu dicermati yakni kebiasaannya menjalin hubungan melalui ragam info, yang bisa saja merugikan produk kerja tim.

PENCERAHAN HARIS

Ahli Teknik Sipil Yang Islami

Haris, 2013
Sejak hari pertama berpuasa aku senang sekali. Pasalnya,Haris mengirimkan pesan singkat (SMS) jelang sahur terkait pecerahan umat lewat hadist Rasulullah yang umumnya dirawi Bukhari. Aku menganalisa dampak upaya penyebaran hadist ini secara hitungan sederhana, yakni jumlah rekan-rekan yang dikirim Haris setiap pagi secara template melalui handphone-nya yang canggih. Tentu ribuan orang mendapat pecerahan dari Haris secara tidak langsung. Haris merupakan adik kelasku di Fakultas Teknik Unsyiah, aku angkatan 1980, sementara haris angkatan 1985. Namun kami akrab, apalagi Haris dan aku pernah sama menekuni olah raga pernafasan di tahun 1987. Haris sosok cerdas di bidang ke-tekniksipilan, sesuai dengan pengabdiannya di Kantor Dinas PU Bina Marga Aceh.  Aku meyakini Haris`akan terus membaca hadist dan memberikan pengayaan kepada seluruh teman termasuk aku, secara terus menerus tanpa buang waktu dan biaya yang banyak.  Pagi ini, Selasa, 29 Juli 2013, pukul 03.49.00 WIB, Haris mengirimkan lagi satu hadist yang isinya, “Semoga kita dapat mengambil Tauladan dari sahabat Rasulullah saat menjadi pemimpin : Dia berkata kepada para sahabat,’Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku, tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku.’ (Sayidina Abu Bakar)”. Hari-hari kemarin Haris menyertai pesan itu dengan bilangan hari puasa, tapi pagi ini tidak. Suatu waktu bolehlah aku ramalkan, Haris akan berperan sebagai sosok ahli teknik sipil yang mampu menyebarkan syiar Islamiah.

ALASAN PERENCANAAN

Dasar Perencanaan
Razuardi Ibrahim, 18 Ramadhan 1434 H-27 Juli 2013

Banyak teori tentang perencanaan disertai berbagai istilah yang kadangkala sulit dipahami dan terkesan ekslusif bagi pihak-pihak tertentu. Untuk pencerdasan seluruh lapisan bangsa, perlu kiranya dilakukan suatu upaya pemudahan esensi dasar dari maksud perencanaan itu sendiri. Biasa disaksikan, orang tertentu sering mengucapkan istilah perencanaan atau merencanakan tanpa menjabarkan tujuan dari perencanaan itu. Pendengar lainnya mengangguk mengerti istilah itu, meski tanpa banyak komentar. Sebagian awam memahami perencanaan merupakan upaya merubah kondisi dari kenyataan (existing) kepada kondisi yang lain. Tidak jarang pula pihak tertentu terjebak ke dalam suatu pemikiran bahwa produk perencanaan merupakan suatu upaya aplikatif untuk merubah kondisi, seperti adanya gambar teknis dan rencana anggaran biaya. Dampaknya, banyak infrastruktur yang gagal manfaat tanpa evaluasi lanjutan.
Produk perencanaan boleh saja menjadikan kondisi lebih baik, namun tidak tertutup kemungkinan menjadikan kondisi ke arah yang lebih buruk. Contoh perencanaan seperti ini, yakni terdapat dalam sejarah Islam tatkala kaum Quraisy merencanakan kondisi kelaparan terhadap kaum Muslimin pada suatu pertempuran. Atau tatkala Salman Al Farisi merencanakan galian parit pada salah satu peperangan melawan kafir Quraisy. Tentunya ada sebab-musabab yang dijadikan dasar suatu perencanaan, yakni  satuan orang dan lahan. Dari satuan pokok inilah lahir satuan-satuan lain yang dibutuhkan perencanaan itu.

A         Satuan Orang

Satuan orang atau istilah lainnya komunitas, penduduk, rakyat, masyarakat dan lain sebagainya, merupakan sasaran utama  dari suatu perencanaan. Dengan alasan satuan inilah perencanaan dihadirkan dengan beraneka ragam dan fenomenanya. Dalam perencanaan, satuan orang atau masyarakat diterjemahkan lagi ke dalam satuan kelompok yang membutuhkan perencanaan. Biasa diperdengarkan di abad ke-20, satuan kelompok masyarakat tertentu untuk menentukan pendekatan perencanaan, seperti masyarakat pengguna air, masyarakat perikanan dan lain sebagainya. Satuan ini dapat diukur sehingga besaran jumlah orang dijadikan dasar perencanaan, berkembang dalam satuan lainnya untuk kemudahan perencanaan itu sendiri, seperti jumlah orang per hektare (orang/ha), orang per bulan (orang/bulan) dan lain sebagainya.

B          Satuan Lahan


Satuan lahan atau istilah lainnya kawasan, daerah, wilayah dan lain sebagainya, merupakan tempat hidup, beraktivitas atau menetapnya satuan orang. Lahan ini memiliki ragam potensi yang menghidupkan atau yang melindungi keberadaan satuan orang. Dalam satuan lahan ini pula dikenal sumber daya alam (SDA) yang dapat diuraikan lagi ke dalam berbagai potensi penghidupan lainnya. Bersebabkan kebutuhan satuan orang inilah berbagai potensi lahan direncanakan sesuai kebutuhan berkelanjutan yang disebut perencanaan. Sebagai contoh, satuan lahan yang direncanakan biasa dilaporkan dalam satuan ton per hektar (t/ha), hektar per tahun (ha/tahun) dan lain sebagainya.

INSINYUR LANGKA

Tatkala Insinyur Langka

 
Razuardi Ibrahim, Awee Geutah
2009
Di paruh akhir tahun 1980-an, aku berkunjung ke kantor PU Aceh menemui beberapa alumni senior di sana. Tujuanku, memohon agar dapat diizinkan menjalani kerja praktek (KP) di salah satu proyek yang berada di bawah kepemimpinan seniorku itu. Relatif sulit menemui mereka sehingga aku dan beberapa teman memilih duduk memperhatikan para senior lain hilir mudik di kantor itu. Tanpa teguran dari beliau-beliau itu meskipun aku bersama rekan berusaha melempar senyum setiap kali mereka lewat. KP merupakan mata kuliah yang diwajibkan di Fakultas Teknik setelah kami menyelesaikan beberapa SKS yang dipersyaratkan. Tentu aku kecewa dengan pemandangan itu berikut timbul niat kurang baik terhadap mereka. Minimal aku melakukan itu dengan doa agar mereka merasakan juga penderitaan seperti-ku yang datang dari jauh, menumpang sepeda motor kawan sesama mahasiswa KP. Terkesan mereka memperlihatkan kesombongan di hadapan kami tentang jabatan yang disandangnya selaku pengelola proyek nasional, pimpro, pimbagpro dan lain sebagainya. Kami diperintahkan oleh petugas di kantor itu untuk kembali besok hari dengan jadwal yang tidak ditentukan. Memang sarjana teknik waktu itu cukup langka dan menjadi kebanggaan para orang tua, terlebih lagi para mertua. Aku masih ingat orang-orang itu dan berjanji tanpa sumpah untuk mengevaluasi ketangguhan mereka di bidang teknik sipil, di suatu saat. Di tahun 1995, niat itu terkabulkan, aku juga menjabat pemimpin proyek di tingkat kabupaten. Beberapa dari mereka bertemu denganku dalam rapat-rapat khusus ke-PU-an di Banda Aceh. Aku berdialog untuk berkesimpulan kala itu, mereka lebih mengutamakan kecerdasan dalam memperbincangkan besaran biaya proyek dari pada memaknai konsep proyek yang sedang dikelolanya.

SALAH SATU MINDSET

Mindset Kawan
 
Razuardi Ibrahim dengan tim Kfw-Gitec, 2008
Selesai ujian sarjana sebelum wisuda, 1988, aku masih bertekad untuk menjadi pekerja seni tanpa mencermati kelayakan hidup para seniman kala itu. Aku berkhayal, seniman mereupakan pekerja yang memuaskan orang lain lewat hasil karyanya. Sebagian besar para lulusan, khususnya yang se-angkatan denganku berkonsentrasi untuk menjadi pegawai negeri sipil. Terlebih mengherankan bagiku tentang sebagian besar kawan-kawan yang antri menunggu dibukanya testing pegawai Departemen Pekerjaan Umum, yang nota bene pegawai negeri pusat. Artinya, mereka juga menetapkan departemen PU merupakan lahan kerja pilihan yang cukup bergengsi di seantero negeri. Mereka saling menyembunyikan berbagai informasi, termasuk sosok pejabat tinggi di departemen itu yang bakal menjadi backing-nya. Mengetahui hal itu, aku semakin tidak menyukai keadaan. Untuk menyeimbangkan suasana hati yang lagi penasaran tentang animo kawan-kawan untuk bekerja di institusi bergengsi di republik ini, aku melakukan riset tak formal. Dua pertanyaan pokok aku persiapkan untuk mengungkap pola pikir yang bersemayam di benak mereka, yakni “apa alasan kalian jadi pegawai negeri?” dan “mengapa mesti bekerja di PU?”. Dari sepuluh orang yang aku tanyai, delapan puluh persen jawaban mereka rada sama. Sementara yang dua puluh persen lagi bercorak klise, yakni “ingin mengabdi kepada bangsa dan negara”. Jawaban yang umum dari mereka, pertama, jika menjadi pegawai negeri jaminan hari tua mereka sudah jelas, dapat pensiun. Kedua, tujuan mereka bekerja di Departemen PU, yakni agar suatu saat mereka dapat dipercayakan menjadi pemimpin proyek atau jabatan fungsional proyek lainnya. Sebenarnya, aku ingin melanjutkan pertanyaan lagi tentang, “untuk apa jadi pemimpin proyek ?”. Namun aku lupa untuk itu, terlanjur berangkat ke Lhokseumawe pada 26 Pebruari 1989, untuk suatu rencana bekerja di perusahaan swasta. Aku menemui Om Ridwan Mahmud berbincang tentang kemungkinan aku bekerja di PT Arun karena beliau salah seorang dari sepuluh manajer di perusahaan besar nasional tersebut. Beliau tidak keberatan namun menekankan tingkat kedisiplinan tinggi di perusahaan itu.  Dalam satu renungan, aku memupuskan niat itu, khawatir terjajah sepanjang hidupku karena mendapat peluang berkat bantuannya. Keesokan harinya, aku menemui Kepala Dinas PU Daerah Aceh Utara untuk berbakti saja di kantor itu sambil mengajar jika memungkinkan. Tanpa proses yang panjang aku langsung diterima pada 27 Pebruari 1989 dengan alasan di kantor belum memiliki se-orangpun sarjana teknik sipil. Ketika testing yang aku yakini formalitas belaka dan di tahun itu juga aku lulus karena para sarjana teknik sipil lebih tidak berkenan menjadi pegawai PU daerah. Setelah aku menjabat pemimpin proyek, 1994, aku mendapatkan jawaban tanpa harus me-riset lagi. Tidak kurasakan kenikmatan cita-cita seperti yang ter-mindset di benak kawan-kawan seperti jawaban pada riset informal beberapa tahun silam.    


KONSEP KE-PEDE-AN

Razuardi Ibrahim
2009
Aku mengajar di Fakultas Teknik Al Muslim, Bireuen. Sebelumnya, aku juga mengajar di Fakultas Teknik Unimal, Lhokseumawe, ketika universitas itu masih swasta. Dalam setiap perkuliahan di dua universitas tersebut, aku lazim memulai dengan ungkapan apresiasi tentang ke-bersediaan para mahasiswa belajar di jurusan teknik sipil. Dalam setiap tatap muka, aku merasa kasihan kepada mereka, khususnya tentang masa depan mereka yang tidak berani aku berikan argumentasi, jika ada yang bertanya. Untuk mengalihkan perhatian terhadap jaminan masa depan lapangan kerja mereka, sering aku kaitkan kondisi persaingan keahlian berkolaborasi dengan moral yang lebih diutamakan. "Kalian semua adalah harapan saya dan ahli teknik lain dalam meneruskan keberlangsungan teknik sipil di Aceh, di Indonesia bahkan dunia," kataku penuh harap, "artinya, kalian masa depan saya". Anak didikku juga lumayan jumlahnya, sesuai dengan masa mengajarku, 2003. Konsekwensi dari pernyataanku tersebut, aku harus mampu membangun konsep dalam setiap mata kuliah yang aku berikan. "Rumus adalah alat penyelesaian konsep itu," kataku berulang. Di samping itu, aku juga harus juga membangun rasa percaya diri anak didik (ke-pede-an). Suatu kali, seingatku di tahun 2006, aku ditelepon seorang mantan mahasiswa Fakultas Teknik Unimal yang pernah aku bimbing tugas akhirnya, untuk mengajak makan siang setelah ianya mendapatkan gaji pertamanya. Memang aku tidak bisa ikut bersama dengan mahasiswa yang nyaris terlunta akibat tidak ada dosen bersedia membimbingnya kala itu. Meskipun demikian, aku merasa senang dan puas sekali. Sejak itu aku berkesimpulan, tiada kebodohan dalam IQ normal melainkan pemahaman konsep yang belum tertanam. 

PENGGALAN KISAH PANGLIMA


Kembali Ke Timur
dirilis 28 juli 2013

Dituliskan pada sebuah prasasti, setelah setengah bulan melawan di pertempuran suasana hati, Ray Ebram, salah seorang panglima perang Konstantin, menemui sosok impiannya, Debby Stevaney di gerah siang hari itu. Penatapan yang terkemas cukup menjadi bekal untuk perjalanannya kembali ke timur, kawasan penaklukannya yang baru. Dalam jiwa tertakluk dampak celoteh putri rupawan, gemasan tertuju, hatinya berkata kecil, "aku siap mengulang ketangguhanmu".

Kamis, 25 Juli 2013

PANTUN TEATERIKAL DUA

Pantun Teaterikal Dua

menanak lele
Dalam Hikayat Asia Tenggara, Raje Nge Desaye,1907 M. Pentas tersusun rapi dengan adegan putri sibuk berbenah, menyapu merapikan bilek penyambutan. Begitupula jambangan, kitab-kitab bacaan yang berserakan di atas meja. Sesekali matanya melihat ke luar jendela, bilamana lah ketiba-an tuan. Tiada lupa ke dapur menanak lauk lele kesukaan untuk hidangan.

Dialog III

Saban pagi lah hamba nak kerja
Susah tempat yang serasa aman
Kalau lah bisa dekat gembira
Tentu lah dapat senangkan badan

Jangan risau tuan kaseh hamba
Pintu rumah terbuka selalu
Tiada penghambat cinta kita
Asal ibni budakku taklah tau

Terima kaseh putri jelita
Hamba tak kuasa pinta dekat
Lihat delik dua mata bola
Menuntut hati kuasa ikat

Janganlah cakap sebelom dekat
Tak tahan hati menahan rindu
Hasrat ingin segera berjabat
Lelah jantung berdebar menunggu

Hamba juga laksana jelita
Meronta dada mendengar cakap
Yang setia nanti sua cinta
Apa mungkin putri hamba dekap

Jangan ucap jika tak mendekat
Cuaca elok di pagi ini
Bila perlu tak usah berjabat
Senangkan hati berdua kini

Benarkah putri suka menanti
Hamba tak tahan nak bersegera
Pinta putri kuatkan berlari

Menuju raga yang bersiaga 

PUISI TAK BERTARRA

Razuardi Ibrahim, Sungai Iyu, 25 Juli 2013

enggan bertarra

rona ranum terkilas
iringi sepoi-sepoi bisikan
menanti sepotong balas
dari unjuk gusar hari-hari 
yang hadir di mula puasa
bergelayut di belah pikir

biduanita penyair 
yang tampik dalam pikir
bantah indah musim silam
dalam gumulan prahara dada teraih
ujar sama tak bertarra
pun rekah tertampil merah
hingga ufuk kembali cerah

karang baru, 26 juli 2013


POLIGAMI DAMAI

Salah satu makhluk damai berpoligami
Sungai Iyu, 25 Juli 2013

Setelah kemarin malam aku merilis tentang suatu kebenaran ajaran Islam seputar terawang seminar masa lalu-ku dalam "Poligami Yang Solutif Itu (PYSI)," aku diperlihatkan lagi tentang suatu kondisi kedamaian berpoligami dari suatu makhluk tuhan. Ketika itu aku kembali dari meninjau lokasi sungai yang dipenuhi tanaman eceng gondok di muara Sungai Iyu. Dalam perjalanan itu, aku tertarik terhadap se-gerombolan kambing jalan beriring dalam jumlah lebih dari lima ekor. Pemandangan itu tak mungkin kusia-siakan seraya terlintas berbagai pertanyaan tentang alasan gerombolan makhluk itu tersaksikan. Dulu tatkala aku menulis buku PYSI, 2009, keindahan serupa pernah pula hewan itu memperkuat inspirasiku di Bireuen. Aku meyakini, bahwa poligami yang dijalani kelompok kambing merupakan upaya damai dalam hidupnya. Betapa tidak, satu pejantan mampu mendamaikan beberapa betina lain dalam satu waktu tertentu. Bukankah siratan itu merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya dan contoh bagi makhluk lain ciptaan-Nya.  

Rabu, 24 Juli 2013

MENGATMOSFIRKAN SYARIAT ISLAM

Meng-atmosfirkan Syariat Islam


Sebagai Muslim aku tak rela agamaku, Islam dijadikan bahan perbincangan negatif, meskipun aku dalam diam. Aku menyadari, Islam yang terbangun belum mencapai strata atmosfir, menyeluruh atau kaffah. Setidak-tidaknya begitu tersirat dalam informasi yang diutarakan Kepala Dinas Syariat Islam Aceh. Artinya, nuansa kehidupan secara keseluruhan belum Islami. Hal ini tanggung jawab kita semua selaku umat Islam, meskipun tingkatan tanggung-jawab itu berbeda-beda sesuai status masing-masing.
 
Serambi Indonesia, 27 April 2013
Di bulan Ramadhan 1434 H, hari ke-14, terlintas direnungku tentang suatu kesimpulan, bahwa jika kita ingin terlindungi dalam Islam yang kaffah, tentu konstruksi atmosfir dari nilai-nilai luhur haruslah dikokohkan. Aku teringat salah satu media yang meberitakan tentang kondisi pelanggaran syariat di Banda Aceh. Setelah beberapa saat mebolak-balik tumpukan koran, kudapati berita yang kumaksud seraya aku mencoba mengomentari kondisi pemberitaan Islam di Banda Aceh untuk sekadar melakukan pembelaan awam meski kurang berarti karena terlalu jauh dari atmosfir yang kaffah itu.

Sejak belajar di sekolah lanjutan atas, aku sudah meyakini Islam merupakan agama yang mengajak manusia untuk berfikir. Kabarnya, berbeda dengan agama-agama yang lain yang memisahkan antara agama dan logika. Semakin kita berfikir,  semakin bergetarlah hati kita untuk mengakui tanda-tanda kebesaran Allah. Oleh karenanya, Islam meninggikan derajat orang-orang berilmu atau ilmuawan. Dalam satu definisi, ilmuwan adalah orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Mereka bekerja berdasarkan fakta, bukan sekedar menebak-nebak atau menggunakan perasaan dan dari hasil penelitian itulah mereka dapat menyimpulkan sesuatu.
Kembali ke media yang aku baca, menurut ekspose berita Modus Aceh edisi 13-19 Mei 2013, total kasus pelanggaran mesum atau khalwat di seluruh kabupaten-kota di Aceh, sesuai Qanun no. 14 tahun 2003, mencapai 1981 kasus. Data ini didasarkan rekapitulasi jumlah penyelesaian kasus Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kabupaten-Kota, Provinsi Aceh. Angka ini merupakan terbesar kedua setelah pelanggaran Qanun 11/2002, Qanun 13/2003 dan Qanun 12/2003.   
Modus, edisi 13-19 Mei 2013
Dalam berita itu disebutkan, “pernyataan mengejutkan disampaikan Wakil Walikota Banda Aceh, Hj Illiza Sa,aduddin Djamal,SE saat menerima Ormas Islam, Rabu, 23 Maret 2013. Dia mengaku telah menemukan kasus free sex  (seks bebas) yang melibatkan anak-anak usia sekolah yang berasal dari luar Banda Aceh, tapi masih anak Aceh juga”.  

Selanjutnya, menurut Sekjend HUDA Aceh, Tgk Faisal Aly, “ ‘kalau jenis kemaksiatan akhir-akhir ini diangkat, dalam penilaian kami sebenarnya bukan muncul sekarang, tapi sudah duluan ada’ “. “Yang membedakan sekarang,’cuma nilai dan cara mereka yang sudah terang-terangan. Dulu, mereka malu-malu. Tapi sekarang tidak lagi, usaha mereka terpampang secara bebas dan tidak ada lagi skat-skat. Jadi itu yang membedakan antara sekarang dengan yang dulu’ “.

Di samping itu, Direktur P3KI IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Yusni Saby MA, mengungkap bahwa, “yang jadi problemnya, secara formal kita deklarasikan qanun syariat Islam, tapi dalam praktiknya, syariat Islam kita laksanakan tidak tuntas”.  “Artinya, ‘keteladanan pemimpin yang sangat perlu. Sering kita dengar pemimpin yang berbuat maksiat,......’ ”.
 
Modus edisi 13-19 Mei 2013

Aku mengilas balik tentang buku karanganku yang diseminarkan, bertajuk “Poligami Yang Solutif Itu,” tahun 2010, di Lhokseumawe, beberapa komentar peserta menyangsikan kasus mesum akan berkurang setelah qanun pelanggaran mesum diberlakukan. Komentar itu dominan diutarakan peserta pria, namun peserta wanita lebih memilih diam, rada malu mengutarakan. Di bulan Ramadhan kali ini, aku bersyukur kepada pemilik segala atmosfir, Allah SWT, tentang pemberian inspirasi untuk mengevaluasi buku yang kutulis pada 2009 silam. Ada kesimpulan dan harapan khusus dalam pemikiranku, bahwa kondisi penyelesaian yang tersaksikan masih dalam tingkat penyelesaian membangun komentar dari para pihak. Semoga dalam tahun mendatang terjadi perubahan terhadap solusi aplikatif di daerah Syariat Islam ini.

Serambi Indonesia, 2010

Senin, 22 Juli 2013

PUISI ZAMAN

belajar dari zaman

yakinlah,
kita dititip Tuhan di zaman ini
persoalannya,
kita selalu merasa kekurangan dalam banyak hal.
tetapi disinilah kemampuan kita
dalam mengarungi perjalanan antar generasi
banyak hambatan di sekeliling
ulah tangan-tangan manusia
yang lahir dari naluri
yang juga titipan Tuhan
ada pesan lain dari Penguasa Alam,
belajarlah dari zaman



kuala simpang, 23 Juli 2013