Kamis, 27 Februari 2014

VARIASI REKRUT PEJABAT

Pola Rekrut Pejabat
 
Razuardi Ibrahim, 23.02.14 
Pola rekrutmen pejabat di kabupaten-kota sejak tahun 2000-an cukup variatif. Pada masa orde baru, pola karir seseorang aparatur pemerintah daerah di atur sedemikian rupa sehingga sosok tertentu lebih mudah diramalkan sebagai sosok pemimipin masa depan dari institusi tertentu. Tanpa penelusuran lebih jauh, dari berbagai informasi dan pengamatan di masa sekarang, pengelolaan jenjang karir seseorang telah berkembang, setidak-tidaknya menjadi empat variasi yang mungkin saja berbeda di masing-masing tempat, yakni :

1. Mengikuti aturan pola karir. Cara ini telah mengantarkan sistem aparatur ke dalam ragam penertiban, khususnya administratif aparatur.
2. Penentuan dengan fit dan propper test. Cara ini lebih dapat diandalkan untuk mendapatkan sosok pemimpin yang profesional di bidangnya.
3.  Penentuan dengan pola interes pimpinan. Pola ini handal dalam menjaga komitmen sistem namun berpeluang terciptanya semangat premordialisme.
4.   Penentuan melalui masukan (sharing) para tokoh dan kerabat. Penentuan seperti ini lebih beresensi politis dengan tujuan menjaga keseimbangan sistem namun rentan terhadap tujuan profesionalisme.

Variasi ini selayaknya dikaji untuk mendefinisikan kembali keunggulan dan kelemahannya, agar masa depan aparatur pemerintah daerah terformat sesuai tujuan nasional dan kehendak zaman. Selain itu, perbedaan pola antar daerah belum tentu menjamin kemajuan bersama berkelanjutan. Oleh karenanya, perlu suatu komitmen aturan yang diterapkan secara nasional sehingga harapan bangsa terhadap kualitas aparatur Indonesia masa depan dapat lebih awal dipersiapkan.


MEMO JOLJAZZ

Memo Joljazz
Joljazz senang menanti aku membuat memo
Kualasimpang, 27.02.14
Pagi ini, Kamis (27/02/14) Joljazz singgah ke rumahku di Komplek BTN Karang Baru, Kualasimpang. Adik kelasku tatkala di kampus dulu itu datang dari Jakarta menuju Lhoksemawe dengan mengedarai mobil Kijang Inova bersama seorang supir. “Sampe juga aku ke tempat abang,” katanya berkomentar senang. Aku mengajaknya sarapan nasi goreng yang dimasak Mulyadi namun dia menolak, “aku udah sarapan di kota tadi pagi bang,” katanya lagi. Setelah minum teh yang dibuatnya sendiri Joljazz mengutarakan hendak bertemu Bupati Hamdan Sati, “udah lama aku gak jumpa bang ama bupati, nanti dibilang sok pula,” jelasnya meyakinkanku. “Eh cepat aja ke sana Jol, nanti payah itu, pengawalan ketat,” sergahku meyakinkannya. “Jadi gak bisa masuk ?,” tanyanya penasaran. “Bentar, biar aku buatkan memo-lah,” kataku sambil menunjukkan kekhawatiranku, jangan sampai ia akan ditahan Satpol PP penjaga Pendopo, jika salah masuk. Joljazz senang bukan kepalang mendapat memo dari aku. “Bentar bang, aku ke Pendopo dulu, nanti aku balek lagi kemari,” katanya seraya meninggalkanku.



Sebenarnya, aku kasihan sekali melihat ekspresi wajahnya yang gelisah tentang kesulitan menemui Bupati Hamdan Sati. Pun aku khawatir Joljazz ditahan Satpol PP tatkala dia menerobos barikade pengamanan rumah resmi kediaman Bupati itu. Apalagi kadang kala Satpol PP dilengkapi borgol, sebagai kelengkapan atribut dalam tugas penjagaan. Setelah Joljazz bergerak, hatiku berdoa agar dia tidak menemui hambatan dalam upaya menjumpai Bupati. Dugaanku tepat, sekira 1 jam Joljazz kembali ke rumahku dengan wajah ceria. “Untung ada memo bang Esek, kalo gak entah kapan aku bisa jumpa Bupati,” katanya dengan mata berbinar. “Itu memang tugas abang Jol, jangan berterima kasih berlebihan lah,” kataku membalas. Diapun menceritakan kepadaku bahwa ketika dia sedang berdiri antri menunggu Satpol penjaga melapor ke dalam, Miren, supir Bupati melihatnya dan langsung memanggilnya untuk masuk. “Terimakasih bang Esek, nanti kalo aku kemari lain waktu tolong memonya  lagi ya,” pintanya seraya mohon pamit melanjutkan perjalanan. “Karena pake memo bang Esek, belum dibacapun supir keluar memanggil aku,” gumamnya sambil melangkah menuju mobil.

Rabu, 26 Februari 2014

PUISI SAFROLA

safrola

safrola yang melintas
dalam kisah pagi
rona timur tengah yang selalu datang
penuhi langit-langit ruang
dia menghardik pelan
lewat angkasa cakrawala

safrola yang curiga
layak cerita joli muda
raja maklum suasana rasa
yang sama pedih tanpa kata

kualasimpang-27.02.14


PUISI TERAPI

terapi stempel kapal

terlintas sosok sekelebat
pengisi rongga pikiran
takpun kulewatkan waktu
untuk tanya penyenang pagi itu
stempel kapal goresan kesayangan
coret sempurna lambang penyatuan
belenggu alami terbangun sama

terjawab cepat
namun tak mungkin kumaknai sumringah 
juga kusut masai di wajahnya
tiada kupeduli suasana seberang
andil himpitan tugas membumbung
terakui, jawaban singkat terapi pagi itu
menguatkan sungguh

betapa adanya
pembakar dada hadapi gerombolan letih
yang menunggu hadirku
betapa adanya

kualasimpang-27.02.14



PERSOALAN DOLOMITE

Tadi pagi, Rabu (26/02/14), aku juga memimpin rapat tindak lanjut penanganan dolomite di Tamiang. Rapat terdahulu menginstruksikan bahwa dolomite, batuan yang dapat digunakan sebagai pupuk dan lain sebagainya, asal Tamiang bagian selatan itu tidak boleh diangkut keluar daerah akibat demo masyarakat. Moratorium itu berlaku selama tiga bulan dan boleh ditindak lanjuti setelah adanya solusi dari Pemkab Aceh Tamiang. 
Razuardi Ibrahim, rapat dolomit 26.02.14

Dalam rapat tadi pagi, yang dihadiri Kadis Pertambangan, Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Perhubungan, unsur Kehutanan, unsur Dinas Pendapatan, serta beberapa staf, disimpulkan bahwa ada dua strategi yang harus ditempuh untuk penyelesaiannya, yakni strategi jangka pendek dan jangka panjang. Strategi jangka pendek yang dimaksudkan adalah status operasional dolomite ketika waktu penghentian berakhir. Sementara, strategi jangka panjang yang dimaksudkan adalah penyelesaian operasional bahan galian dan sistem pengangkutan yang kompromis, serta mampu memberi manfaat bagi para pihak terkait. Pertemuan pagi tadi cukup sukses andil sharing semua yang hadir. 

DEMO K DUA TAMIANG

DEMO K2 TAMIANG

Tadi pagi, Rabu (26/02/14), aku menunggu guru-guru non-PNS yang akan datang ke kantor Bupati Aceh Tamiang. Kabar datangnya mereka sudah aku ketahui sejak kemarin dulu melalui Samsul Bahri, Kadis Dikjar Aceh Tamiang, tatkala aku dan Bupati mengunjunginya opname di rumah sakit Langsa. Para guru tersebut merupakan pengajar yang ber-kategori-2 (K2), yang ikut testing baru-baru ini. Istilah K2 merupakan daftar tunggu dari pegawai non PNS yang mendapat prioritas mengikuti ujian saringan untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Razuardi Ibrahim dengan guru K2 Tamiang Rabu (26/02/14)


Aku dan Bupati Hamdan Sati menunggu mereka di kantor. Sekira pukul 11.00 WIB rombongan tersebut datang kurang lebih seratusan orang. Aku yang tengah berada di ruang kerja Bupati dipanggil seorang ajudan untuk bertemu dengan perwakilan mereka. Aku bersegera menuju ruang kerjaku sambil memanggil beberapa guru perwakilan masuk ke dalam. Setelah berbincang tentang beberapa tuntutan dari mereka, aku mengajak perwakilan itu untuk menemui guru-guru lainnya di halaman. Umumnya mereka guru perempuan yang menurut pengakuannya sudah mengabdi lama di Tamiang. Secara nurani aku merasakan kesukaran yang mereka hadapi meskipun aku mersepon dengan santai penuh kelakar. Aku berjanji akan melaporkan hal ini kepada Bupati untuk ditindak lanjuti sesuai aturan berlaku. Kurang lebih setengah jam dialog berakhir dengan salam-salaman.   

PANDANGAN KELIRU

Pandangan Keliru

Suatu ketika, Sabtu (20/7/13), seorang yang mengaku anggota legislatif mengirim SMS kepadaku, yang isinya, “Ass pak sekda sanggup gak mengatasi anak buah bpk yg d pu itu org pu dana perdapil kmi udh d jual sm org trims”. Aku tentu kaget membaca pesan serupa itu. Dengan pengakuan orang ini, aku kenal ianya sebagai anggota legislatif yang rada pendiam dan kerap bercerita tentang pembangunan denganku. Tentu aku jawab dalam suasana hati terusik, “apa masalahnya?,” tulisku lewat SMS juga. Lantas kami saling berbalas SMS dengan nada relatif keras. Aku berfikir seketika bahwa terdapat pemahaman keliru terhadap jabatan Sekda. Anggapan sosok Sekda merupakan atasan kepala satuan kerja perangkat kabupaten (SKPK) dan sosok yang mampu menekan kepala dinas, perlu pelurusan sehingga tidak lagi terjadi upaya penekanan-penekanan tertentu. Tidakpun arif jika pandangan keliru tentang kekuasaan seorang Sekretaris Daerah (Sekda) terbiarkan berkelanjutan.


MELUKIS ADU LEMBU

Kualasimpang 25.02.14
Tatkala kejenuhan datang, aku menyempatkan diri untuk melukis. Kali ini aku cukup berhasrat untuk melukis tradisi adu lembu. Sejak kanak-kanak, aku sudah pernah melihat para orang tua mengadu lembu. Terhebat pada saat pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-2, 1972. Goresan dengan sapuan kuas ber-cat ini aku lakukan tengah malam, kemarin. Ada kepuasan tersendiri dari pelampiasan hobby ini.   

Selasa, 25 Februari 2014

MINDSET PERNIKAHAN

Mindset Pernikahan

Suatu kali di tahun 1990, aku saksikan suasana pergaulan bebas di sebuah kota, di Pulau Jawa. Waktu itu aku baru menjadi pegawai negeri di Dinas Pekerjaan Umum Aceh Utara. Kami dari seluruh Indonesia mengikuti Loka Karya Program Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu, suatu program ke-ciptakaryaan yang cukup populer di kala itu. Di tahun itu juga aku baru pertama kali menumpang pesawat terbang dan menginjak Jakarta, kota yang banyak dicita-citakan para pegawai untuk dapatkan surat perintah tugas (SPT). Para seniorku dari departemen dan Kanwil PU Provinsi mengajak mengunjungi salah satu tempat hiburan, diskotik terkenal. Cukup bising tempat itu oleh suara musik yang keras mendebarkan dada sehingga percakapan hanya bisa terdengar saat rehat. Selain membosankan bagiku, suasana hingar bingar dan gemerlap begitu rupa tidak menjadi keinginanku untuk menikmati suatu hiburan. Aku saksikan banyak perempuan paruh baya merokok dan bercengkrama dengan pria yang lebih muda. Mereka terbahak di sela-sela perbincangan yang tidak aku mengerti. Tetapi intinya mereka bercanda tentang kebebasan memilih pasangan. Suatu komentar yang aku dengar dari mereka dalam guyonan itu, “kalo nikah pake surat, kalo kawin pake aurat,” kata salah seorang di situ. “Bedanya ‘s’ dengan ‘a’ aja,” sahut yang lain. Ungkapan itu aku anggap aneh dan lucu kedengarannya hingga sering terulang dalam pikiranku. Di tahun 2014 ini aku mendapatkan berita koran tentang ribuan pasangan tak berbuku nikah di Aceh. Tentu ungkapan aneh beberapa tahun silam itu muncul kembali untuk memaknai keadaan.

Pernikahan dipahamkan sebagai  penjagaan atau pembatasan individu untuk menikmati syahwat kepada lain pihak meskipun kehidupan persyahwatan dengan pasangan masing-masing tidak menyenangkan lagi. Harapan penjagaan itu mentradisi dan ter-mindset dalam kultur masyarakat tertentu. Tidak jarang kejenuhan pasangan terekspresikan dari tampilan masing-masing pasangan  yang tidak mempedulikan keharusan membangun daya tarik. Oleh karena itu, pada masyarakat yang masih menghargai pernikahan sebagai legalitas sakral dalam mindset menyeluruh, perasaan bersalah di tengah pandangan publik selalu terakui manakala aktivitas perselingkuhan dan prostitusi diketahui para pihak tertentu.

Namun demikian, pada masyarakat yang mengutamakan legalitas administrasi kewarganegaraan, pernikahan merupakan pernyataan status untuk mendapatkan pengakuan hak sebagai pasangan berkeluarga dalam suatu sistem legalisasi kewarganegaraan meskipun kepuasan seksual didapatkan dengan cara lain di luar ikatan pernikahan itu (ilegal).



SATRA KOLABORASI

Kolaborasi Berujung Mimpi



Dalam hitungan bulan Abdul Kolaboy tidak menemui kekasihnya Siti Kolabayanti. Sepasang anak manusia berlainan jenis ini terakui oleh lingkungan di kotanya sebagai pasangan serasi. Beberapa bulan lalu pria paruh baya ini bertugas ke daerah lain sesuai permintaan tempatnya bekerja. Saling merindu sudah selayaknya menjadi pendamping mereka masing-masing. Kali ini Siti Kolabayanti tidak ingin melayani kabar dari Kolaboy, “pedih,” kata Siti dua minggu silam. Kolaboy memahami hal ini dan tidak pun dibantahnya penyataan kekasih yang sangat dicintainya itu. Selain kesibukan Kolaboy yang luar biasa dalam melayani tamu dari kantor pusat, ia juga harus menyelesaikan tugas-tugas kantor yang menumpuk. Hanya ingatan kepada kekasih di lain kota itulah yang membesarkan hati Kolaboy sehingga dia mampu menikmati kesibukannya. Di tengah kesibukan berbagai hal, Kolaboy mendapat berita tentang upayanya memenuhi permintaan Kolabayanti tidak berhasil. Dihubunginya berbagai kerabat yang pernah dimintai pertolongan terkait upaya itu, namun pengakuan tidak memuaskan dirinya. Hatinya berkecamuk berat di tengah kelelahan dan kerinduan. Dalam beberapa hari itu, Kolaboy bergumul dengan tiga suasana, kesibukan, kerinduan, dan kejengkelan karena malu serta kecewa karena tidak mampu memenuhi permintaan Kolabayanti yang dikasihinya itu. Dalam kolaborasi ketiga suasana itu, Kolaboy terlelap lebih cepat dari malam biasanya. Jelang pagi, Kolaboy bermimpi dikunjungi Kolabayanti ke meja kerja di rumahnya. Kekasihnya itu datang dengan gaun biru mirip daster, berbintik hitam di dasar motif batik coklat sekitar bagian dada saja. Dia tersenyum menghampiri ke meja itu seraya memperhatikan Kolaboy mengetik. Semula Kolabayanti bertubuh langsing namun tatkala mendekat posturnya sedikit gemuk. Sementara wajahnyapun tanpa kosmetik, terkesan alami dan klasik. Setelah adegan jelas dalam mimpi itu terlintas layaknya tayangan telenovela, ia-pun terjaga. Tentu pria itu membayangkan tentang kondisi wanita pujaannya disertai bermacam dugaan. Setelah matahari mulai meninggi pagi itu, dengan sedikit sungkan dia pun menghubungi Kolabayanti dan menceritakan mimpinya. “Hantu,” ungkap Kolabayanti singkat. Kolaboy memaknai peristiwa ini sebagai anugerah Tuhan untuk menyelesaikan persoalan hambanya, manakala tak mampu diselesaikan. 24.02.14   

Sabtu, 22 Februari 2014

PUISI KECUT

yang kecut salah

manakala tiada maklum itu
dada menyesak lengkapi sengal suara
tegar tertantang dalam tatap tanya
berisik di telinga semakin berat 
petanda peka datang hampiri

upaya demi upaya
untuk yang mengasihinya
terlebih menjaganya
meyakini sosok itu tulus dampingi
jelita tuju yang berjarak
pun tersayangi

tiada upaya maaf
kecut salah andil keterbatasan
relung tetap berkata
penuhi pintanya
harapan sepasang mata bola
tiada pupus bergelayut di langit-langit

kualasimpang, 23.02.14

MENYAMBUT IBU GUBERNUR

Razuardi Ibrahim, 23.02.14

Pagi Minggu, 23 Pebruari 2014, aku mewakili Bupati Hamdan Sati dalam rangka menyambut Ibu Gubernur Aceh yang mengunjungi Tamiang. Acara khusus pada hari itu adalah memperingati Maulud Akbar yang diselenggarakan oleh Himpunan Grop Marhaban Tamiang (HiGMAT) dan Ikatan Remaja Mesjid (IKRAM). Cukup terik cuaca pagi jelang siang hari itu sehingga para pesilat yang menyambut kedatangan rombongan Ibu Gubernur terkesan sedikit gerah. Acara yang dilaksanakan di tribun lapangan upacara Tamiang tersebut seakan penuh sesak, akibat ramainya pengunjung. 

PUISI HANA MASALAH

hana masalah

perasaanku tak terlindungi
dalam beberapa minggu lelah
pernah kugapai jawaban
tetapi nihil dan bungkam
takpun sepotong empati diberi

rinduku simponi memanggil
takpun ada peduli di sana
besambung marah suatu upaya gagal
yang dimaknai keliru
tak jua pahami sungguhku
dalam geliat sibuk menghela beban janji

tiada jawaban aduan
selain gusaran
sedikit lega pemakluman
hana masalah, kilasnya pendek

kualasimpang, 23.02.14

PELANTIKAN ADLIN

Razuardi Ibrahim bersama Ketua KNPI Tamiang, Adlin
22 Pebruari 2014

Malam ini, Sabtu malam Minggu (22/02/14), Adlin dan kawan-kawan dilantik menjadi pengurus KNPI Tamiang. Jauh-jauh hari, aku dan Bupati Hamdan Sati diharapkan dapat menghadiri acara ini. Cukup meriah perhelatan malam ini dan ruang rapat DPRK yang digunakan penuh sesak. Beberapa tarian dan nyanyian koor turut memeriahkan acara. Sore hari Adlin datang ke rumahku untuk mengantarkan kemeja KNPI seraya berbincang tentang kebersamaan yang akan digalang bersama. Aku simpulkan dia memang cerdas dan memiliki visi untuk bangkitkan generasi Tamiang. Untuk mengimbangi pembicaraan, aku mengimbanginya dengan beberapa pengalamanku di saat se-usia dia, "tidak ada kata tidak untuk meraih sukses," kataku seraya menjelaskan bahwa kegagalan merupakan barang pasti yang mesti dihindari. 

Jumat, 21 Februari 2014

PUISI BEDA


memang beda

katanya pedagang kecil
menjajarkan busana dan gaun
lengkap angka terminati
di emperan lalu lalang
namun terhindar kumuh
pun sengatan panas
lagi terpaan debu
juga asap knalpot mobil orang berada

memang emperan itu teduh 
merengkuh hormat kaum elite
semerbak wewangian 
sesekali alun meresap

tidak seperti pojok pasar yang becek
berbalut aroma campuran
dari penjaja kumal kuyup peluh
sekekali diusir jauh
juga hardik penertiban
itulah beda yang andil memaknai

jakarta-pebruari 2014

PUISI MACET

gerbong macet

fenomena baru yang lama
terbiarkan sejak gelinding reformasi
di seantero negeri yang dulu ramah
berubah pandangan
terjebak dalam situasi nyata
menghela gerbong macet
mereka yang curiga
mereka yang bersembunyi di balik hujat
mereka yang nikmati keberpura-puraan


kualasimpang-21.02.14

PUISI KELIRU

jawaban keliru

memang tak cocok seragam itu untuknya
tapi tak ada lain yang dapat diperbuatnya
untuk memutar roda keluarga
tak sangguppun bayang itu lagi berpacu dengan waktu
dan kerasnya kota
tapi apa dikata belum kehendaknya

kualasimpang-21.02.14

PENGHORMATAN BUPATI LANGKAT


Usai Subuh, Kamis, 20 Pebruari 2014, aku bergegas menuju Kabupaten Langkat untuk memenuhi undangan pelantikan Bupati terpilih di daerah itu. Undangan terbatas itu dikhususkan untukku dan Bupati Hamdan Sati. Aku mengenal Bupati Langkat terpilih, H Ngogesa Sitepu, seputar akhir 2013 di Kuala Namu ketika sama-sama hendak ke Pakan Baru. Ketika itu ia berkomentar tentangku kepada Bupati Hamdan Sati. Aku juga mengaguminya sebagai sosok santun dalam kepemimpinan yang gaul. Selanjutnya kami bertemu lagi di Jakarta pada Januari 2014. Beliau langsung mengenalku dan menanyakan keberadaan Bupati Hamdan Sati. Tidak lama setelah itu ia memerintahkan Sekda Langkat untuk mengundangku dalam pelantikan. Tentu aku berbesar hati, manakala Bupati di lain provinsi memberi apresiasi kepadaku meskipun sebatas undangan pelantikan. Terlebih lagi, Gubernur Sumatera Utara dalam sambutannya memberi penghormatan kepada kami selaku tamu dari kabupaten tetangga. Tidak berlebihan jika suasana pada hari ini merupakan pembelajaran khusus tentang etika menghormati tetamu. 

Rabu, 19 Februari 2014

PUISI SEAKAN

seakan

dia yang bersembunyi
di balik bayangnya
sesekali berganti tirai kegarangan
mengusik jiwa lain

tidak layak pakaian itu untuknya
mengotori sekeliling pesantun
kecewa gagal merubah pandang
yang tersingkap dari matanya

kualasimpang 19.02.14


PUISI PENAT


beda penat

tatkala penat bercerita
tuntaskan tugas hari ini
peluh bergumul waktu
amankan tekad jaga sepakat mula

berbeda peluh pegal di lain sempat
dalam kolaborasi menyenangkan
yang indah menguatkan
datang pupuskan jenuh tugas
walau tanpa balas kemarin

kualasimpang 19.02.14


PUISI LASO

laso rapuh

hari ini dalam renungku
belenggu moral senior pada rapuh
bertahan tanpa sadar
mengusik pusaran mengambang
mendidik pemula memilih serupa

titisan itu pudar sebentar lagi
tak mampu turut selera tanpa arah
yang mempertaruhkan zaman
yang korbankan masa depan

tiada peduli rugi itu
layaknya penjaja warisan leluhur
dalam gemerlap arogansi
sembari mengekang laso lepas
usung kebenaran tiada dusta

kualasimpang, 19.02.14




GEJALA MASSA

Suatu Gejala Massa


Aku semakin meyakini bahwa Allah pemilik segala ilmu menghamparkan ragam karakteristik di muka bumi. Karakteristik ini dapat dijadikan ilmu pengetahunan  bagi yang berfikir. Alam juga mengajarkan manusia di zamannya untuk menggali berbagai temuan, baik dalam bidang sains-teknologi maupun di bidang sosial-budaya. Untuk sementara, aku berkesimpulan bahwa di tengah berkembangannya budaya massa yang marak diperbicangkan masyarakat internasional, komunitas tertentu mengembangkan teori atau sistematika berfikir defensif tatkala menghadapi kehadiran asing di tengah komunitas itu. Tentunya, asing yang dimaksudkan boleh berupa sosok, tradisi, pembaruan, mindset dan lain sebagainya. Salah satu sistematika terbangun lazim terpola dalam langkah runut di sistem masyarakat tertentu, yakni curiga, propaganda, jegal, jebak, gembos, dan hujat.

SMS YETNO

SMS Yetno

Adalagi SMS menarik dari pengirim bernomor +6285371198778, pada 10 Pebruari 2014, pukul 10;59;40 pm, yang memprotes saudara Yetno menjadi Kepala Dinas Dispora Aceh Tamiang. Tetapi kali ini menuding aku dan Bupati mendapatkan uang dari penempatan Yetno di posisi tersebut. Aku merespon ringan SMS ini dengan jawaban pencerahan serta menganggap yang bersangkutan belum dapat membedakan komoditas dagangan. Aku meyakini banyak SMS beredar serupa ini terkait pelantikan Yetno.


Aku menjawab, “curiga terserah aja, he he he, tapi itu bukan dagangan,” melalui SMS juga. Namun tiada balasan dari jawabanku itu sehingga dialog terhenti sampai di sini. Kondisi seperti ini menarik untuk dicermati dan selayaknya dijadikan bagian dari sejarah perjalanan kabupaten tercinta ini.


INPUT SMS

Input SMS

Suatu sore aku mendapat SMS dari nomor yang tidak tercatat dalam hape-ku. Beritanya, seputar mengkritisi sikap Pak Helmi, SE, Kepala Dishubkominfo Aceh Tamiang yang menyampaikan beberapa pesan. Aku cermati SMS ini sebagai input untuk pembelajaran sosial bagi aku sendiri dan generasi yang memerlukan. Tentu respon yang kulakukan sudah semestinya dalam bingkai berfikir positif. Berita SMS itu adalah sebagai berikut :  


Sore pak, tadi pagi pak helmi menyampai kan kepada kami dalam sambutan apel pagi bahwa beliau minta maaf dan pamitan kepada semua staf dishub bahwa beliau hari ini merupakan mengambil apel terahir selasa 4 februari akan menduduki jabatan baru sebagai Asisten I dan masuk dalam tim baparjakat  kami hanya prihatin saja kalau sesuatu yg belum terjadi udah diumumkan ke publik bagaimana nantinya kalau udah duduk di baparjakat bupati belum meneken sk nama calon pejabat udah beredar dimasyarakat mau jadi apa pemkab ini kedepan

Pengirim:
+6282304030294
Dikirim: 3 Feb 2014
06:15:22pm

Enam hari kemudian, tepatnya usai mutasi pejabat di lingkungan Pemkab Aceh Tamiang, Jum’at (07/02/14), aku mendapat SMS dari nomor yang sama dengan berita berbeda. Kali ini berita yang disajikan rada protes tentang pengangkatan Pak Helmi sebagai Asisten I Pemkab Aceh Tamiang. Isinya terpancung, mungkin hape-ku tidak mampu menerima kalimat panjang.


Ass ! Pak apa tidak salah minum obat kalau Helmi .SE diangkat sbg Asisten I apa di Tamiang udah ngak ada orang lagi kalau udah habis stok kan bisa di imp*sebagian teks hilang*

Pengirim:
+6282304030294
Dikirim: 9 Feb 2014
06:37:38pm

Aku meyakini, SMS ini menyebar kepada beberapa yang lain karena beberapa hari setelah itu, Bupati Hamdan Sati memperlihatkan SMS yang sama kepadaku. Sebaiknya, prosesi ini disimpulkan ke dalam suatu kondisi yang tercatat sebagai perjalanan kabupaten ini. Tanpa harus menelusuri asal SMS, selayaknya kondisi ini-pun menarik dijadikan objek ilmiah dari aspek sosial. Adapun kesimpulan sementara yang didapat adalah sebagai berikut :

a.     Pengirim SMS tidak menyenangi Pak Helmi;
b.     Kebiasaan dari opini yang terbangun, bahwa input SMS dapat merubah kebijakan pimpinan;
c.     Membangun kampanye buruk terhadap Pak Helmi;
d.     Beberapa hal lain yang belum tersimpulkan.


Setidak-tidaknya, SMS serupa ini menjadi masukan dan dapat dijadikan objek penelitian suatu gejala massa di era millenium ke-tiga ini. Aku pun tertarik untuk menulis judul tentang pengaruh SMS terhadap mindset massa akibat kemajuan teknologi IT. 

Minggu, 16 Februari 2014

TANAM KEDELAI PERDANA

Bersama Sekjend HKTI pusat, Fadli Zon, Sabtu (15.02.14) di Desa Ingin Jaya, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang dalam
acara penanaman kedelai dan perluasan areal tanam. 

PELANTIKAN MPI

Kualasimpang, 16.02.14


Tadi siang, Minggu 16 Pebruari 2014, aku memenuhi undangan Masyarakat Pancasila Indonesia (MPI) untuk pelantikan pengurus Kabupaten Aceh Tamiang. Lumayan ramai para pengunjung di lapangan bola kaki Kualasimpang. Terlebih lagi kemasan acara dilengkapi dengan atraksi gendang panglima sembilan yang di asuh Abu Kasim. Aku memberi sambutan pada acara itu seraya mengajak kawan-kawan yang tergabung dalam organisasi itu untuk sama membangun Aceh Tamiang, terutama dalam aspek bangkitan ekonomi daerah. Semua anggota bersikap ramah kepada semua tamu yang hadir di tempat itu. Ketua Umum MPI, Meher Ban Shah, yang hadir bersama rombongan dari Medan cukup memberi apresiasi atas kerja panitia.  

Kamis, 13 Februari 2014

PUISI NEGERI

kemilau negeri

negeri itu belum makmur
namun dikenal sejak lama
persimpangan emas pedagang
singgahan pelintas

dalam gerakan tanjak
kemilau fatamorgana keliru termaknai
negeri dipertaruhkan perompak

14.02.14



Rabu, 12 Februari 2014

BERTEMAN NYANYIAN

Jakarta, 10.02.14

Berteman Nyanyian


Ketika suasana hati terbosankan oleh kesemrawutan Jakarta tak tebendung lintasan alam pikiran menerawang ke masa silam. Terlebih lagi, terawang alam pikiran diiringi lagu masa silam yang turut berkolaborasi dengan ragam peristiwa kala itu. Kali ini alunan musik di taksi mengudarakan vokal Rossa yang menemaniku tatkala ikut Pilkada mendampingi Bang Subar, 2007. Kelembutan suara Rossa diiringi melodi pembuka di awal lagu yang turut menghiasi suasana kala itu tak mampu dibayar dengan apapun. Hingga hari ini lagu itu cukup membesarkan hatiku manakala kebosanan datang menerpa.

Wanita Yang Kau Pilih

Dinyanyikan Rossa

Malam selalu panjang
Di waktu aku merindukanmu
Kau bisa menjaga aku
Hingga diriku merasa teduh
Aku seperti kamu
Menginginkan dan memerlukanmu
Karena kita tak mampu untuk
Selalu pergi menjauh

Reff:

Kau jadikan aku ini
Wanita yang kau pilih
Untuk jadi kekasihmu
Dan kau pun tlah aku minta
Setia sepertiku
Hingga waktunya tiba
Aku percaya penuh
Kau kan buatku bahagia
Karna cinta tercipta
Datangnya dari dalam hatiku

Senin, 10 Februari 2014

KORAN TERTUA

Aku mengunjungi Fadli Zon Gallery, 10 Januari 2014 malam, untuk melihat banyak peninggalan karya seni masa lalu di sana. Salah satu yang mesti diberi apresiasi ialah surat kabar tertua, setidak-tidak dari data yang ada, berjudul SELOMPRET MALAJOE, edisi Jum'at, 10 Januari 1862. Boleh jadi ada koran yang lebih tua dari ini, namun belum ditemukan. Semoga galeri ini terus berkembang untuk mendukung pencerdasan generasi bangsa.  


DUKUNGAN PETRAGAS

Lunch Together, 10-02-14, antara pihak Bupati Aceh Tamiang dengan Petra Gas

Pada Senin, 10 Pebruari 2014, aku mendampingi Bupati Hamdan Sati untuk pertemuan dengan rekan-rekan dari Petra Gas, di Jakarta. Mereka terdiri dari unsur pimpinan yang dihadiri langsung oleh Presdir-nya, yakni Bapak Hendrajaya. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari permintaan Bupati Hamdan Sati di bulan lalu tentang future connection, atau sambungan tempat-tempat tertentu pada lintasan pipa gas dari Lhokseumawe ke Belawan, Sumatera Utara. Dalam pertemuan itu, Bapak Hendrajaya memberikan apresiasinya serta memberi dukungan penuh terhadap usulan Bupati Hamdan Sati serta akan menyiapkan tim-nya untuk mengunjungi Aceh Tamiang dalam rangka menetapkan lokasi titik sambungan. 

Senin, 03 Februari 2014

PUISI BABUSSALAM

babussalam tanjung pura, 02-02-14

babussalam tanjung pura

ada balai kayu panjang di pesantren itu
yang bersahaja rapi bersih
di kelam sekitar bangunan beton
tempat tetamu kunjung
untuk rehat menunggu

santri putri terisak
ingin pulang bersama ayahnya
tatkala mengantar santapan
rindu emak tak tertahan
pun adik mungil di kampung sana

malam mengiringi pulang
seketika bersama dalam janji
tiada lama mesti kembali
ustad mengantar di gerbang
menatap laun laju 

tanjung pura, 02-01-14



KATA BIJAK PEBRUARI

razuardi ibrahim, 26-01-14


"Tidakpun akar menuntut hak kontribusi air dari bunga yang leluasa menggapai gemilang"

menggubah ungkapan yang pernah didengar
kualasimpang 03-02-14

BERITA TAMIANG


Sabtu, 01 Februari 2014

KESINAMBUNGAN TRADISI

Kesinambungan Tradisi

Karakter komunitas setiap tempat di Indonesia bahkan dunia berbeda-beda. Hal ini terbangun dari kebiasaan dan sejarah perjalanan komunitas itu sendiri. Ada yang terbiasa dengan kehidupan pengabdian sehingga terkesan masyarakat di sana patuh dan tunduk terhadap kebijakan para pemimpinnya. Tidak sedikit pula, tempat tertentu yang memiliki masyarakat ber-mindset dagang sehingga mengesankan masyarakatnya aktif setiap saat. Dua keadaan itu berlaku tetap dan berkesinambungan sepanjang ragam elemen dalam sistem itu tidak berusaha menabrak tradisi serta berupaya untuk merubahnya. Biasanya, perubahan akan terjadi manakala kebijakan petinggi di tempat itu melakukan pembaharuan. Contoh populer di dunia tentang kasus ini seperti yang dicatat sejarah, yakni perubahan tradisi di Turki yang diprakarsai Kemal Attaturk.