Senin, 28 April 2014

PUISI KUNJUNGAN

kunjungan

suatu kali kutanya
tentang kabar ayah sakit
tiada balasan satu katapun
kuulangi tanya itu
sama seperti kemarin
aku mahfum akan sosok tanpa maklum

suatu minggu kurampas sela waktu
yang sulit dalam kebutuhan anak didik
kularikan laju kunjungan suatu rembang petang
tiada sambutan salam dari ucapan berkali

jelang langkahku beranjak pulang
ada gerakan di belakang sana
ayah bersandar dalam sempoyong
kuhampiri seraya mengulang salam
ada senyum dibibirnya seraya mengumbar tanya
aku jawab untuk besarkan hatinya
matanya berbinar bercerita kabar menantunya kembali dari timur

dikemaskan sarungnya untuk membangkitkan menantu dan anaknya
yang masih tidur sore itu
ayah memaksa untuk mengetuk pintu
berkali kutahan dalam agar dia tak lakukan 
kuhargai upayanya untuk menyenangkanku layak biasa
walau relungku bicara lain tentang senyum masam
suasana yang aku tidak butuh ketika itu
ada ragam dialog ayah yang menyenangkan
dia bugar sore itu, semoga tetap bugar di jelang senja

matang geulumpang dua, 27.04.14

Sabtu, 26 April 2014

SEJARAH

Sejarah

Sejarah dapat membesarkan sosok. Begitu pula sebaliknya, mengkerdilkan, bahkan menghukum tiada akhir. Oleh karenanya, sejarah merupakan salah satu alat ampuh yang dapat dimanfaatkan untuk pencitraan dan pembusukan. Mencermati ketangguhan sejarah, sejak dulu para pembangun dinasti, kerajaan, pemimpin pemerintahan, dan lain sebagainya, memiliki penulis pribadi untuk memproteksi citra buruk yang mungkin terjadi di lingkungan keluarga-nya. Artinya, untuk memahami sejarah sudah selayaknya diduga, sekurang-kurangnya dalam suatu ulasan  terdapat dua kesimpulan berbeda. 23.104.14

Kamis, 24 April 2014

PUISI MENYERUPAI



resap menyerupai

kemarin
dalam dua hari
tatap kami bersama
meresap sekali
ada suatu penyerupaan
 rona pesan yang disampaikan
 dari lampiran di kotanya
sesekali lelaki muda itu ingati perlahan
akan masa depannya
kerongkonganku tersengal
meraba tugasnya menjaga
lubukku yang tak sapa
yang diam berhari

kualasimpang, 24.04.14


Selasa, 22 April 2014

PEREMPUAN KERUDUNG

Suatu ketika, sosok perempuan berkerudung dikejar para jurnalis untuk mendapatkan beberapa informasi penting. Perempuan itu acuh dan melanjutkan langkahnya lebih cepat. "Berhenti," teriak para jurnalis pria itu secara serempak. Tidakpun dia bersuara dan menoleh ke arah teriakan itu. Beberapa jurnalis pria yang semakin penasaran, terlebih lagi ingin menikmati kemolekan wajah perempuan misterius itu, tidak membuang waktu banyak. Langkah mereka semakin mendekat di belakang perempuan semampai yang tinggal beberapa langkah lagi. Kali ini perempuan itu menghentikan langkahnya sambil menoleh ke belakang. "Ueeeeekkk," katanya singkat. "Wwoooowww," suara jurnalis pria serempak.

"berhentii.............." kata segerombolan
jurnalis pria membuntuti
"Ueeekkkkk," sapanya
"WWooowww, " teriak gerombolan jurnalis
pria itu serempak.

Minggu, 20 April 2014

PUISI PAGI INI


pagi ini

sekelebat tunda tanya
beberapa pagi
kendati senyum hiasi terawang

bukan tak harap kabar 
bukan pula menutup diri
tiada balas sapa 
lengkapi niat acuhnya



Sabtu, 19 April 2014

KATA BIJAK APRIL 4

Razuardi Ibrahim,  Maret 2014


“kompetitor unggul adalah sosok cepat  menyimpulkan keadaan”
Rajju.18.04.14


KONSEP IKHLAS

Konsep Ikhlas
 
Headline Serambi Indonesia, 19 April 2014
Sejak hari pemilihan umum caleg, Rabu, 09 April 2014 lalu, banyak orang-orang mempersoalkan kesetiaan. Tentunya seputar pencoblosan kertas suara, dalam hal komitmen orang tertentu yang ingkar janji setelah membuat kesepakatan bersama dengan berbagai konsekwensinya. “Kurang ajar memang, uang diambil tapi mereka mencoblos calon lain,” kata seorang yang lagi marah, di tengah kerumunan beberapa warga kawasan Lhokseumawe. Suasana serupa itu marak di berbagai cafe, warung, mesjid, meunasah, dan pusat-pusat konsentrasi lainnya, pada sore hari hingga malam, setelah penghitungan suara. Meskipun aku tak mengenalnya, namun aku mencermati ekspresi seseorang yang berbicara keras itu sebagai orang yang sedang bermasalah dengan ke-ikhlasannya. Betapa tidak, “bantuan diterima juga tapi suara yang dijanjikan jauh di bawah target,”  ujarnya dengan nada tinggi. Agar aku tidak terjebak dengan ungkapan orang itu ditambah beberapa lagi yang lain, aku mengukur perasaannya dengan hal serupa yang pernah juga aku alami.

Aku rasakan mereka lebih beruntung dariku, karena para caleg kecewa tersebut memiliki harapan tertentu meskipun gagal. Kebiasaan memberi bantuan yang aku lakukan tidak berorientasi politis seperti yang mereka bahas sehingga kata pengkhianatan lebih banyak muncul dalam bahasan itu. Orientasi ekonomi yang aku lakukan kepada orang-orang tertentu pun mengalami hal serupa. Manakala aku diusung untuk turut dalam pilkada, sebagian orang-orang yang pernah aku bantu turut membangun provokasi terhadapku, padahal aku tidak mengikat orang-orang itu dengan janji untuk memilihku. “Itu merupakan hak privasi yang tak mesti dipaksa,” kataku pada masa-masa itu. Terdapat perbedaan mendasar antara pengalamanku dengan yang mereka rasakan, yakni kekecewaan dan  ketulusan. Boleh jadi aku keliru dalam menyimpulkan, meskipun kecewa mereka lebih beruntung karena memberi sesuatu namun mendapatkan harapan, sedangkan aku memberi sesuatu dan tidak mengharap sesuatu apapun, tetapi mendulang hujatan. Namun tidak berlebihan dalam ungkapan ini, aku pernah mendapat pemahaman konsep tulus sejak aku aktif di kegiatan kampus dulu. Artinya, konsep ini cukup membantu perasaan tatkala aku mengalami pengingkaran dari kerabat tertentu. Persoalannya, kemasan perasaan seperti apa yang harus tertanam sehingga aku dapat melupakan pemberian yang pernah kulakukan kepada orang tertentu.


Konsepnya sederhana saja, yakni anggaplah segala bentuk pemberian itu laksana membuang hajat yang memang tidak pernah diingat untuk kembali. Aku meyakini, terdapat keikhlasan luar biasa dalam diri setiap orang tatkala membuang hajat.  Jika kecewa tidak terpupuskan juga, tanamkan dalam pikiran bahwa, untuk apa lagi hajat itu bersama kita, toh benda itu sudah menjadi milik makhluk lain. Bahkan benda itupun sudah berkumpul dengan komunitasnya di dalam septick tank.      

MINDSET LAMA

Mindset Lama Masih Bersemayam

FA merupakan anak kerabatku di Bireuen yang telah almarhum awal tahun 2000-an. Dia ikut sebagai calon legislatif pada musim ini, 2014, dari suatu partai. Aku mengenalnya sejak ia masih duduk di bangku SMA. Beberapa kali ia meminta sumbangan untuk persiapannya kampanye dan lain sebagainya. Sejak di Bireuen, 2008, aku pernah mengaguminya karena dia mampu mengartikan Alquran serta menghubungkan dengan ayat lainnya. Tidak aku saja, para orang tua yang lain-pun banyak mengaguminya karena kelihaiannya mengartikan kitab suci itu. Kesimpulanku kala itu, FA telah menemukan hidayah dan dapat dicontoh oleh anak muda Kota Juang yang sebaya lainnya. Tentu ada harapan lain dalam benakku, yakni terjadinya perubahan pola pikir pada generasi baru.
 
SMS, 21.03.14

Kali ini FA selalu mendesakku agar memenuhi kebutuhannya, bantuan uang. Aku berharap dia bersabar dan bila membicarakan soal uang hubungi saja ajudanku, Hendra. Banyak yang dia ceritakan kepada Hendra seraya memperburuk-ku karena ketidak-yakinannya tentang aku belum memiliki uang untuk hal-hal seperti keinginannya. Katanya, “Hendra, Pak Sekda itu kan pimpinan, tinggal bilang aja suruh bantu saya, pasti orang-orang bantu. Bilang aja nanti ada paket saya, pasti orang bantu”.  Pada suatu kali dia meng-SMS-ku, tersirat dia menganggapku mampu melakukan apa saja layaknya raja. Artinya, mindset tentang seorang Sekda banyak memiliki uang dan mampu bertindak dengan kesewenang-wenangan masih bersemayam di benak banyak orang. Tidak terkecuali generasi muda yang mengharapkan perubahan itu, seperti FA. Ternyata kekagumanku terhadap kemahiran seseorang tentang agama belum menjamin pola pikirnya berubah, setidak-tidaknya demikian tersirat dari pernyataan FA.  

KATA BIJAK APRIL 3

Dalam suatu janji ngopi bersama, kami memilh tempat di DINPLAY Cofee Shop.
Suasana hari itu cukup bersahabat dengan ragam cerita lucu dari Reza dan Ody.
Ody, Reza, dan Raju, 17.03.14
“wawasan seseorang tergambar dari ulasannya”

rajju,18.04.14


 “nilai terburuk bagi seseorang, yakni mengumbar keluhan nasib”


rajju-18.04.14

Kamis, 17 April 2014

PUISI PRAMUKA

Razuardi Ibrahim, 17 April 2014
belia pramuka

anak-anak berseragam pramuka hilir mudik
di lapangan terik sore itu
cengkerama mereka mengilas
ketika seusia mereka

tiada keriput gelisah di dahi
tanda dunia mereka menyahuti
sorak sorai membahana
hiasi suasana

banyak sosok paruh baya dampingi
sesekali menghardik belia usil
tanpa usik rasa
ya, mereka belia bangsa

kualasimpang, 17 april 2014
hari pelantikan kwarcab aceh tamiang 



Rabu, 16 April 2014

KATA BIJAK APRIL 2

kiriman foto dari Max Bireuen, 2012

"tidak merasa teraniaya dalam suatu penganiayaan merupakan proses pendewasaan yang sukses"

KUNJUNGAN MAHLIL RUBY

Bupati hamdan Sati, Razuardi Ibrahim, Mahlil Ruby, dan Mustakim, Rabu 16 April 2014, jam 23.00 WIB 

Tadi malam (16/04/14), Mahlil Ruby datang mengunjungiku ke Tamiang. Dia membawa serombongan tim program medis dari satu negara donor untuk diaplikasikan di Tamiang. Dia merupakan kerabatku tatkala kami sama-sama di Bireuen. Aku mencermatinya dalam, dari aspek pembicaraannya yang masih seperti dulu, cerdas. Kami pernah bertemu kalau tidak salah di Banda Aceh beberapa bulan lalu. Waktu itu aku berguyon kepadanya setelah ia menanyakan tempatku bertugas sekarang, "kalau ada program baru mohon ke Tamiang ya," kataku singkat. "Ka bereh nyan," sahutnya. Aku tidak menduga Mahlil akan datang ke tempatku pada tengah malam kemarin. Aku dan Bupati Hamdan menerimanya di Pendopo Tamiang dalam suasana keakraban. Aku memaknai dia masih memiliki komitmen terhadap yang dia ucapka. 

PUISI PURNAMA APRIL

Purnama, 16 April 2014

purnama malam ini

purnama itu malam ini
rabu enam belas april
bundar menerangi
kupetik lagi dalam khayal
hadiahi pemarah suka bulan
berharap dingin 
dalam ramah sinarnya

ada bisik dalam lumuran terang
sambut gusar itu dengan sapa
jelaskan lagi wajah sumringah kemarin
yang baru bertukar di media maya
ya, begitu pesan purnama

kualasimpang, 16.04.14


Selasa, 15 April 2014

KATA BIJAK APRIL


Razuardi Ibrahim, 1984

"Kesulitan memimpin adalah bertahan dalam menjaga berbagai keseimbangan"

RUSMAN

Rusman

Tadi pagi Rusman, Ketua DPRK Aceh Tamiang, meneleponku untuk menyatakan sukacitanya atas perolehan suara dalam pemilu legislatif kemarin (09/04.2014) memuaskan dirinya. Aku cuma berkelakar, ia harus melepaskan hajatnya kepada sosok “Si Kulok” yang ditampilkan dalam posternya.

Beberapa bulan sebelum pemilu legislatif, Rusman memasang sejumlah poster di berbagai lokasi strategis Kabupaten Aceh Tamiang. Dengan thema Tanpa Perbedaan” ini, Rusman banyak mendulang komentar dari banyak kalangan. Pasalnya, Ketua DPRK Aceh Tamiang ini tidak sendiri dalam poster itu, melainkan bersama sosok “Si Kulok” yang dianggap kebanyakan orang ber-keterbelakangan mental, menjadi bahan olok-olok. “Habis pemilu, Pak Rusman ganti posisi,” komentar banyak orang untuk mencerca dengan anggapan Rusman tak mampu mendulang suara untuk kursinya di DPRK.


Hari ini, Kamis (10/04/14), banyak orang menceritakan tentang Rusman bahkan menjadi perdebatan. Ada yang katakan perolehan suaranya telah mencapai 2000, ada pula yang bantah, dan lain sebagainya. Namun insinyur pertanian ini menempati urutan pertama dalam perolehan suara. Artinya, Rusman menjadi penting untuk dibahas berikut sosok Kulok yang menjadi ikonnya. Tentu ada makna tersirat dalam kisah ini, yakni manakala orang memberi penghargaan kepada makhluk-Nya yang dianggap rendah, Allah menempatkan orang itu ditempat yang tinggi. 

PUISI INDAHNYA KEMARIN

memetik bulan, 15 April 2014


indahnya kemarin

malam ini 
kayaknya dia belum bundar
namun indahnya menerangi
ada awan bergelayut
ingatkan indahnya malam-malam kemarin

malam ini
dia belum purnama
tapi muncul menggoda
bangkitkan hasrat untuk memetik
tentu untuk yang menyukai
yang selalu kabari

malam ini
tak kulewatkan indahnya
yakini ada saksi di barat sana

kaualasimpang, 15.04.14

Minggu, 13 April 2014

HIBURAN TETAP HIBURAN

Soal Persyahwatan Yang Menghibur
TRANS TV, 13.04.14
Secara tidak sengaja, Minggu siang, 13 April 2014, pukul 15.05 WIB, sepintas  tersaksikan tayangan Live Trans TV, dalam acara Sentil yang ramai dikunjungi orang-orang muda. Dalam penggalan tayangan tersebut terlihat Luna Maya, presenter dan artis ternama, sedang mendebat Kiwil, pelawak terkenal, tentang ketidak-setujuannya terhadap poligami yang dilakukannya. Luna Maya terkesan penuh percaya diri dalam menggiring acara itu bersama Ayu Dewi. Ada juga Saipul Jamil yang cukup ceria dan terkesan tidak bermasalah terhadap guyonan yang ditimpakan kepadanya. Ivan, yang hadir ditengah acara itu dijadikan nara sumber seputar persoalan perceraian dengan pasangannya. Tidak lama setelah mereka berkelakar tentang hubungan pria dan wanita, dimunculkan pula Eyang Ratih,  wanita berpostur gemuk yang berprofesi sebagai peramal. Luna Maya menanyakan tentang jodoh Ivan setelah perceraiannya. Eyang Ratih dengan santai simpati menjawab, “satu tahun setengah mendatang atau pada 2015,” katanya. Selanjutnya, pertanyaan mengarah kepada nasib perjodohan Saipul Jamil dan Eyang Ratih menjawab, “dia banyak sampingannya”. Mereka membahas masalah pernikahan, bahkan menyerempet ke topik selingkuhan, dengan santai tanpa beban dan mampu meningkatkan event itu menjadi hiburan menyenangkan. Setidak-tidaknya, begitu yang terlihat dari sambutan para pengunjung di studio hari itu. Artinya, ungkapan terkait persyahwatan mampu berperan sebagai hiburan publik yang tak dipersoalkan lagi. Begitu pula dengan sosok Luna Maya yang pernah terhujat oleh pemberitaan negatif beberapa tahun silam sudah dilupakan orang.  Mindset sistem telah mampu membedakan hal-hal bersifat privasi dengan hak-hak publik, khususnya kompetensi hiburan.


MUSISI ROLAN

Musisi Rolan

Razuardi Ibrahim dan Rolan, 12.04.14
Aku mengenal Rolan sejak tahun 2001, tatkala Bireuen baru dua tahun dimekarkan dari Kabupaten Aceh Utara. Sejak saat itu Rolan aktif bermain keyboard dan mengaktifkan beberapa seni lain di Bireuen. Aku juga berkenalan akrab dengan pamannya, almarhum Khalid Rajab, peniup saxsophone di Lhokseumawe. Tidak jarang Rolan mengiring para pejabat dalam acara tertentu di Bireuen, khususnya lagi pada lingkup Makodim Bireuen. Pada masa Dandim Bireuen dijabat oleh Letkol M Arfah, ia aktif dua kali dalam seminggu memainkan alat musiknya di halaman rumah pimpinan Kodim tersebut. Banyak para pejabat yang percaya diri untuk tampil bernyanyi di depan publik setelah diyakinkan Rolan. Suatu kali ia mengingatkan kembali hal yang pernah aku sampaikan padanya. “Kompetisi para seniman belum kondusif,” kataku saat itu. Kala itu dia diam saja menanggapi ungkapanku seraya mengiyakan pelan rada tak yakin. Kemarin malam dia membenarkan ungkapanku beberapa tahun silam itu.


PUISI DI MAKODIM

Rumah Dandim Bireuen, 12.04.14
musik makodim baru

jalan kota juang lengang
tengah malam lelap
hanya alunan musik memecah hening
di makodim baru barat kota
tiada luput alunan pikir
dari gubahan rinto
yang kesohor lewat suara anaknya
kalau lah bantal dapat bercerita
kata syair itu
aku malu, sambungnya lagi
tak ada tempat bertanya
kebenaran syair itu
namun makodim bersahabat malam ini
menyahuti sapa bungkam beberapa hari


bireuen, 12 april 2014

Rabu, 09 April 2014

KARYA RAKYAT

Karya rakyat perlu perlindungan

kerja rakyat makna kelezatan
dalam kemasan apik
bertahan ternikmati
perlu perlindungan
melanjutkan langkah menghidupkan
untuk semua keberlanjutan
akhirnya, 
mengingatkan suatu adagium yunani
vox populi, vox dei

pemilu legislatif, 09.04.14

Senin, 07 April 2014

PENGOLAH PADI

Pengolahan Padi

Pada Senin, 17 Maret 2014, aku menyaksikan suatu pemandangan tentang pengolahan padi di persawahan Blang Malu, Beureuenuen, Kabupaten Pidie. Mesin yang digunakan dapat melakukan pemotongan dan pelepasan bulir padi hingga masuk ke tempat penampungan berupa karung-karung yang disediakan pada alat itu. Aku belum pernah melihat alat pengolah serupa itu dioperasikan di Aceh pada  masa sebelumnya, selain melalui televisi yang mengekspose kinerja sektor pertanian di  luar negeri.  Aku meyakini alat itu baru dipergunakan di persawahan itu, terindikasi dengan ramainya orang-orang menonton atraksi gratis di tepi jalan nasional Banda Aceh-Medan. 

Mesin Panen Padi, Blang Malu, 17 Maret 2014
Dari pengamatanku, banyak langkah kerja pengolahan padi untuk menjadi beras yang diambil alih oleh alat yang relatif canggih dalam ukuran teknologi pasca panen di Aceh tersebut. Beberapa  aktivitas seperti pemotongan, pengangkutan, dan pemisahan bulir dapat dilakukan mesin tersebut dalam waktu bersamaan. Sementara di sawah lain pada kawasan itu juga, terlihat beberapa kelompok masyarakat masih melakukan pekerjaan secara tradisional. Ada perbedaan menyolok di antara dua kondisi tersebut dan jika tidak berlebihan, bolehlah aku berkesimpulan sementara bahwa di tahun 2014 ini telah terjadi revolusi terhadap penanganan pasca panen padi di Aceh.


DAYA TUNTAS

Daya Tuntas


Razuardi Ibrahim, 2009
Semua kita mahfum, setiap masalah membutuhkan penyelesaian tuntas. Kemampuan menuntaskan masalah yang dikelola oleh masing-masing orang relatif berbeda, sangat tergantung keterampilan yang dimiliki. Persolaan para user dalam menempatkan orang untuk menyelesaikan masalah tertentu, adalah mengukur daya tuntas dari sosok orang yang ditempatkan itu. Memang sulit melakukan pengukuran terhadap hal ini, kecuali dengan mengandalkan informasi kompetensi dari para pihak tertentu. Namun demikian, selaku user, pembiaran ketidak-tahuan ini bukanlah hal yang bijak. Tahap pertama, lazimnya melalui tampilan orang itu.  Selanjutnya, tahap kedua tanyakan latar belakang pengalamannya termasuk tingkat pendidikannya. Ke-tiga, sampaikan suatu masalah terkait bidang penempatannya dan jika jawaban yang diberikannya bertele-tele, tidak sesuai dengan harapan maka yakinlah dia tidak memiliki daya tuntas yang sesuai keinginan kita.  

TRADISI MAKAN



Tradisi Bersantap Yang Mulai Pupus


Makan nasi dengan mengangkat kaki sebelah ke atas kursi di Aceh, sudah jarang terlihat pasca tsunami, 26 Desember 2004. Tradisi makan seperti ini kerap aku saksikan hampir di seluruh pelosok pesisir Aceh pada era 1970-an. Tidak saja di rumah, di warung-warung pun tidak jauh berbeda. Para kaum lekaki yang melakukan gaya makan seperti ini terlihat santai dan acuh terhadap lingkungan. Suatu kali aku mencoba makan dengan aksi seperti itu, namun nenekku melarang seraya menghardik. Kesimpulanku waktu itu, gaya makan seperti itu tidak diperbolehkan bagi anak-anak. Ada nilai etika di sana, yang hanya diperkenankan untuk orang dewasa saja.  

Minggu, 06 April 2014

PUISI ITIK JAKARTA

Itik nungging di Hotel Sultan Jakarta, Maret 2014
itik jakarta

jakarta semakin tidak peduli
tidak hanya pada orang kecil
juga pada ternak kampung
tidak terkecuali itik penghias kolam
yang didatangkan dari sekitar
berikut janji gemerlap metropolitan
terikat janji menggiurkan
sumringah moncong oranye panjang tanpa bibir 
hendak menatap ibukota 
yang diceritakan banyak orang

kolam indah menanti
air bening menyenangkan
tiada perintah langsung melompat
meceburkan diri
hari berganti ingkari janji ibukota
tiada makna kolam indah itu
jakarta mendera, penyesalan tiba
hingga menunggingpun makanan tanpa
jakarta, tiada pilih kasih mendera


PROYEK PE EL

Proyek Pe El

Aku sering dimintakan beberapa orang tentang suatu barang, yakni proyek pe-el. Mulanya, aku tidak paham terhadap barang bernama pe-el yang dimaksud karena memang sudah sejak lama, 2002, aku tidak berkecimpung dalam urusan pelelangan. Tetapi tersirat juga dalam pemikiranku tentang barang yang dimaksud adalah seputar proyek infrastruktur atau pembelian barang. Suatu ketika, beberapa kerabat membicarakan hal ini kepadaku, terutama Haris, adik kelasku ketika di fakultas dulu. Kabarnya, sekarang Haris menangani proses pelelangan proyek di Provinsi bersama timnya.  


Aku cermati bahasan dengan Haris, yang menyiratkan terdapat peluang kegagalan lain dari suatu pembangunan infrastruktur di masa sekarang. Kegagalan ini lebih dipahami sebagai suatu pensiasatan peraturan pelelangan, atau yang dikenal dengan istilah umumnya tender. Banyak pihak yang membicarakan tentang proyek atau kegiatan pembangunan fisik berklasifikasi penunjukan langsung (PL) yang dibatasi dengan nilai maksimum 200 juta rupiah. Pensiatan yang dilakukan, yakni dengan membatasi nilai pembelanjaan fisik proyek setinggi-tingginya 200 juta rupiah saja, meskipun dalam perhitungan realistisnya bisa melebihi. Upaya seperti ini berpeluang terjadinya kegagalan fisik dari suatu pembelanjaan pembangunan. Desain upaya inipun diawali sejak usulan hingga  penyusunan anggaran. Betapa tidak, pemaksaan batasan nilai untuk suatu pensiasatan tanpa memperhitungkan kualitas produk pembelanjaan akan menggiring kekeliruan yang bermuara kepada perbuatan sia-sia. 

PUISI SONGKET

songket itu

 songket itu
tenun oranye dari dayak
tumpuan kasih menyelimuti
ketika malam datang
 semarak mengilas
ketika dapati dari jemari hangat
dalam belenggu ketulusan
usai bagi rasa

songket itu
berkata-kata setiap jengukan
tentang sosok takut malam
usai menelusur siang hari

songket itu
hangat dalam kesejukan
pun penyejuk dalam kehangatan
ya, songket itu

kualasimpang, o6.o4.14





PUISI PENGUASA ALAM

penguasa alam

tuhanku Allah
kukenal dari para temurun
juga para guru
besar penguasa alam itu
hukumnya mengajar dan menjaga
tapi ada ganjal dari para hamba cendekia
tak tulus bumikan semua
takut lenyap edar dihujat kuasa zaman

mereka bentangkan selubung berpura
umbarkan bebas butuh birahi
tangkal siksa gelora makhluk
yang menelikung tiada peluang

hunjam umat keliru unjuk alam
lengkapi anugerah manusia
tiada perlu alasan menggilas tabu
sakral andil belenggu tradisi
bertahan budaya tangguh
dalam kancah semu
ya tuhan, engkau tahu dan tidak tidur
mereka usung keberpura-puraan

kualasimpang, 05.04.14


TRADISI PANTUN TAMIANG

Tradisi Pantun Tamiang

Setelah mendiami Aceh Tamiang beberapa bulan, aku merasakan terdapat hal yang cukup menarik untuk diungkap. Tidak berbeda dengan pekerja seni lainnya, ketertarikan yang dirasakan adalah menyaksikan masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi Melayu dalam event tertentu. Budaya Tamiang relatif sama dengan budaya Melayu pada umumnya, khusunya budaya Melayu Deli, Serdang, dan Kepulauan Riau. Menurut sejarah, Tamiang merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang berada dalam wilayah  Aceh Darussalam. Banyak tradisi seni di daerah ini yang mirip dengan kesenian yang ada di Deli serta kawasan budaya Melayu lainnya. Salah satunya tarian Zapin yang ada di Riau, Deli, dan di Semenanjung Malaka. Dengan demikian, Zapin Melayu yang ada di Tamiang sudah menjadi bahagian dari kekayaan khasanah budaya Aceh yang lazim ditampilkan dalam setiap pertunjukan.
Razuardi Ibrahim, 06.04.14
Kualasimpang
Persamaan antara seni budaya Aceh pesisir timur, barat dan utara dengan seni budaya Tamiang, yakni beresensi sarat dengan nilai-nilai religius bernafaskan Islam. Hal ini sejalan dengan penjelasan di banyak literatur, bahwa kebudayaan Melayu merupakan interpretasi kultur Islami di Asia Tenggara. Oleh karena itu, pakaian untuk tampilan seni budaya Tamiang lebih bernuansa Melayu yang Islami, didominasi warna kuning seperti pakaian Melayu pada umumnya.
Indikasi lain terhadap berkembangnya kultur Islam dalam budaya Tamiang dapat disaksikan pada seni bertutur. Seni yang digolongkan ke dalam sastra ini tentunya memaklumkan kepada semua tentang kepiawaian menyusun tatabahasa yang baik dan indah didengar. Perkembangan sastra yang digolongkan sebagai syair ini merambah hingga ke millenium ke-tiga sekarang dan mampu menyusup ke dalam pola pikir generasi sekarang, khusunya dalam karya seni pantun. Sebagai warisan tradisi Melayu, dalam menyambut tamu masyarakat Tamiang biasa melakukannya dengan berbalas pantun. Ketangkasan para pemantun ini cukup diminati untuk disaksikan, bahkan kerap menjadi event yang ditunggu. Biasanya pula, dalam seni tutur ini terungkap tingkat kecerdasan para pemantun karena pemantun dari pihak tamu dan pihak tuan rumah saling mengadu kecepatan mengolah kata untuk menjawab dialog yang terjadi seketika.
Mencermati animo generasi sekarang yang lazim mengungkap sesuatu dengan pantun, meskipun melalui peralatan teknologi mutakhir, tentunya pemikiran dapat diarahkan untuk mengemas upaya mempertahankan tradisi leluhur yang sudah teruji ini. Kehandalan pantun dari pemupusan perjalanan akibat kecanggihan budaya moderen dapat dijadikan tolok ukur terhadap kekuatan nilai seni dalam mengarungi zaman. Karang Baru, o6.o4.14



Sabtu, 05 April 2014

SENIMAN


seniman

komentar sebagian awam
mindset seniman memuaskan penikmat
kepuasan penikmat adalah nilai tertinggi baginya
tatkala belenggu komersial mengikat
terlebih dengan tingkat tertentu
mindset seniman itu mulai dipertaruhkan
ia akan berubah menjadi pedagang keindahan
yang masih bisa memuaskan penikmat
bagi yang mampu membeli

mindset seniman mulai bergeser
manakala hidup dipertaruhkan
seniman turunkan nilainya
sebatas pekerja seni dalam kekangan level
tiada yang bertanggungjawab tentang kondisi ini
tidak juga para penikmat itu


PUISI SEMERBAK

Lili, Jakarta 26.03.14

semerbak goda

semerbak goda suatu malam
lama tak terhirup sudut itu
merambah isi ruang
tak tersaingi bunga-bunga
yang tiada pada penjaja
pun di toko mewah
namun kerab hampiri

masa waktu lalu

PROMOSI MEKKAH

Promosi Mekkah


Hampir semua praktisi pembangunan ekonomi meyakini untuk meningkatkan pemasaran diperlukan promosi. Tidak berbeda dengan pemasaran objek wisata dalam rangka meningkatkan angka kunjungan. Tujuannya tiada lain untuk meningkatkan devisa negara atau daerah. Tapi berbeda dengan Kota Mekkah
Bappeda Bireuen, 2009
tempat orang berhajji, dengan ikon Kakbah di Masjidil Haram. Tanpa promosi sekalipun Mekkah setiap hari ramai dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Tak terbantahkan dampak ramainya kunjungan, devisa negara berlimpah di tempat itu. Pihak tertentu memberi argumen bahwa banyaknya devisa di Makkah lebih dikarenakan alasan sakral dan religius. Namun demikian, pembuktian ilmiah dapat diarahkan kepada suatu promosi lewat rukun Islam. Hingga hari ini, rukun Islam mampu membangun cita-cita setiap muslim untuk berkunjung ke Kakbah Baitullah (Rumah Allah). Meskipun belum setiap muslim melaksanakan secara utuh urutan rukun Islam tersebut, yakni syahadatain, shalat, shaum,dan zakat, namun kewajiban ke-lima itu kerap dicita-citakan. Tatkala kesempatan berhajji dibatasi dengan cara mengatur daftar tunggu (waitting list), kaum muslim memilih mengunjungi tempat itu dengan cara melakukan umrah, yakni menunaikan ibadah hajji kecil di luar musim hajji bulan Zhulhijjah. Artinya, promosi terbaik bagi suatu tempat atau barang adalah sesuatu yang dapat melekat ke dalam mindset idiologi yang dicita-citakan untuk diraih. 

ERA SERBA SALAH

Razuardi Ibrahim, o5.o4.14 

Era Serba Salah

Pada masa sebelum reformasi, 1998, pelaksanaan pembangunan dijalankan dengan sistem proyek yang dipimpin oleh seorang pemimpin proyek (Pimpro). Jabatan fungsional ini cukup diminati para pegawai negeri masa itu, bahkan mampu menyaingi minat orang untuk menduduki jabatan struktural. Hal ini dikarenakan kekuasan anggaran proyek (dulu istilahnya DIP, daftar isian proyek) berada di tangan Pimpro. Suatu hal menarik dalam mindset berkembang, jika seorang Pimpro hidup dengan bersahaja, apa adanya, isu menerpa, “gila sekali bapak itu sudah jadi Pimpro masih miskin”. Begitu pula sebaliknya, jika disaksikan seorang Pimpro kaya raya, isu yang menerpa, “gila sekali bapak itu, semua dilahap untuknya”. Kondisi serba salah sedemikian rupa seperti itu, pada saat ini sudah jarang bahkan pada daerah tertentu sudah tak terlihat lagi.


Jumat, 04 April 2014

DUA DIALOG PARUH BAYA

Beda Dua Dialog Paruh Baya
 
Salah satu cafe di Jakarta
Di sebuah cafe teras di Jakarta, yang artistik dan terbuka, banyak orang-orang menikmati kopi. Tidak saja anak-anak muda, tetapi komunitas paruh baya bahkan pensiunan pun terlihat duduk santai sambil bercengkerama. Satu kelompok yang terindikasi paruh baya, terdiri dari dua lelaki dan enam perempuan memilih duduk di sebelah mejaku. Gerombolan yang terkesan polos bercerita seenaknya dan asal-asalan itu menyiratkan mereka merupakan kerabat dari generasi yang sama. Sebagian perempuan dari mereka menggunakan jilbab sehingga dapatlah disimpulkan mereka dari golongan muslim. Aku terkesima dengan dialog mereka yang “asal bunyi (asbun)” tetapi layak dicermati meskipun aku membelakangi.

“Kita dilarang oleh agama untuk tidak merusak lingkungan tau....,”  suara salah seorang perempuan di situ tiba-tiba.

“O, iyalah jelas karena dampaknya langsung,” beberapa perempuan lain ramai-ramai merespon.

“Memangnya kalau yang tidak merusak langsung tidak di larang ?,” komen beberapa perempuan saling berebutan dengan nada tinggi.

“Contohnya apa ?,” kata perempuan yang mulai membahas.

“Ya, banyak. Salah satunya minum tuak,” sahut yang lain.

“Lho, jelas ngerusak lah, nelap kok nggak ngerusak” kata yang lain sambil bersorak.

“O, iya, jadi orang berzina di mana rusaknya,” celoteh suara bariton, terindikasi laki-laki.

“Hooiii, laki-laki taunya itu saja,” serempak suara perempuan menyorak.

“Logis kan suka sama suka ?, mana pula ada yang dirusakkan. Malah saling membantu,” bantah suara bariton itu lagi.


Aku merenung seraya menyimpulkan kondisi, khawatir jika ada pihak-pihak tertentu menanyakan hal itu kepadaku. Pertanyaan dari dialog mereka aku simpulkan sederhana saja dengan kalimat, apa yang telah dirusakkan oleh suatu perzinaan”. Jika yang menanyakan dari kerabat sesama muslim, aku akan menjawab, “moral Islam”. Namun jika pertanyaan serupa datang dari kelompok yang melegalkan zina, tentu aku harus banyak memiliki referensi.  

Di sebelahku ada juga kelompok lain, yang membahas tentang hal tidak jauh berbeda. Mereka membahas tentang berita seorang ustad melakukan hubungan seksual dengan santriwati.

            “Tandanya, iman ustad itu tidak kuat,” celoteh seorang pria.

“Iya, semakin tinggi ilmu agama seseorang, semakin tinggi pula godaan terhadapnya,” sambung yang lain.


Aku menyimpulkan  dialog mereka, bahwa menurut kelompok yang satu ini nafsu birahi itu diberikan tuhan hanya sebagai alat ukur untuk menguji ketangguhan iman manusia. Lebih jauh, aku menyimpulkan banyak dialog-dialog awam serupa ini di kalangan masyarakat yang membutuhkan jawaban, bahkan solusi. Ada hal menarik dalam tradisi berkembang dalam masyarakat, manakala dialog-dialog serupa itu didengar khalayak, kelompok itu dianggap telah melakukan kejahatan sehingga tiada terungkap persoalan-persoalan awam serupa itu. Begitulah adanya. Jakarta, 26 Maret 2014