Senin, 31 Maret 2014

PUISI MAKNAI REKAT

tasbih 2, 28.03.14

maknai rekat

panggil
makna dia penting
suruh
siratkan dia mampu
minta
petanda dia miliki
ajak
sesumbar dia pantas


31.03.14

TRANSAKSI ONLINE BPK-RI

Transaksi Online
Ciptakan Pemerintahan Bersih

Kepala BPK RI dan Bupati Aceh Tamiang
Jakarta, 26 Maret 2014

Dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia melakukan penandatanganan naskah kesepakatan bersama antara Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Pihak PT Bank Aceh.

Perhelatan yang dihadiri unsur pimpinan 23 kabupaten/kota dan 1 pemerintah provinsi se-Provinsi Aceh tersebut, yakni Gubernur Aceh, Para Bupati/Walikota, serta beberapa pejabat setingkat eselon I dan II dari daerah dan pusat, menghasilkan naskah kesepakatan bersama tentang akses data transaksi rekening pemerintah daerah secara online pada PT Bank Aceh.
 
Para penanda tangan transaksi online
Jakarta, 26 Maret 2014
Penandatanganan naskah tersebut diselenggarakan pada Rabu, 26 Maret 2014 dengan mengambil tempat di Auditorium BPK-RI, Jakarta, yang disaksikan langsung oleh Ketua BPK-RI, Hadi Purnomo. Pada kesempatan itu, dalam sambutannya, Hadi Purnomo menyampaikan, “kesepakatan ini lebih mengarah kepada upaya pencegahan penyalahgunaan keuangan negara,” katanya.

Sebelumnya, pihak BPK Perwakilan Aceh telah melakukan beberapa kali pertemuan dengan unsur pejabat setingkat Sekretaris Daerah baik dari provinsi maupun dari kabupaten/ kota. “Meskipun alot dan membutuhkan waktu relatif  panjang, namun semua pihak sepakat dan berantusias untuk membuat draft kesepakatan ini,” kata Maman Abdulrachman, Kepala BPK Perwakilan Aceh.
Razuardi Ibrahim dan Iskandar Ali, Sekda Pijay, 26.03.14
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, dalam sambutannya menyampaikan, “kami menyambut positif terhadap upaya BPK-RI  untuk mengakses keuangan daerah sebagai wujud dari pengawasan keuangan daerah”. Oleh karenanya, Gubernur berharap agar semua kabupaten/kota agar mendukung langkah-langkah yang diambil BPK.  


Bupati Aceh Tamiang yang hadir pada kesempatan pertama ke gedung BPK tersebut merebut perhatian beberapa jurnalis memberi tanggapan,” kami akan membantu upaya ini sepenuhnya karena sistem online transaksi rekening ini merupakan salah satu langkah untuk menciptakan pemerintahan yang bersih,” katanya.

PUISI LULUH


Tasbih, 28.03.14

luluh

lolong hari ini
tatapan kosong
 nikmat mengiang
hiasi alunan benak
dari temu sepuluh satuan waktu lalu
luluhkan gelombang amarah kesal
tiada banding berbilang
tiada kuasa mengukur
alir basahi landas putih kusut
limpah mengantar lelap

banda aceh, 30.03.14


Selasa, 25 Maret 2014

RUKUN ISLAM CERAH

Rukun Islam Yang Cerah

Suatu kali di era tahun 1980 hingga 1990-an aku sering berdialog dengan beberapa orang kawan yang beda keyakinan denganku. Umumnya, pertanyaan mereka seputar kelelahan kaum muslim menjalankan ritual agama. Tersirat mereka tidak mengetahui tentang kewajiban dalam Islam, sementara tersaksikan oleh mereka tentang aktivitas tambahan yang sering dilakukan komunitas tertentu. “Itu tidak wajib,” kataku suatu ketika, tatkala seorang kerabat menanyakan tentang aktivitas perkumpulan suatu perkumpulan dakwah di Lhokseumawe.   

Dalam pemahaman awam, Islam dapat diartikan selamat. Setidak-tidaknya, pengertian seperti ini aku sampaikan kepada beberapa rekan non-muslim yang sering bertanya tentang hal itu. Dalam posisi begini rupa aku berupaya agar tidak terjebak dalam diskusi berat bahkan debat kusir yang berakibat ketidak-nyamanan berinteraksi dengan mereka. Aku tidak merasa lebih baik atau puas, mana kala ada beberapa dari kerabatku itu menjadi mu’allaf. Pencerahan yang aku berikan relatif sederhana seputar Rukun Islam yang beresensi manusiawi, “mudah dan tidak memberatkan,” kataku. “Pertama mengucap dua kalimah syahadat, sebagai pengakuan kita kepada Allah dan Rasulullah, Muhammad SAW,” kataku sambil menjelaskan bahwa ungkapan ini merupakan keyakinan awal selaku muslim. Selanjutnya shalat lima waktu yang diwajibkan kepada setiap umat Islam dan, “aktivitas ini untuk kepentingan kita dalam berdialog dengan Allah, Tuhan yang telah kita akui tadi,” kataku sambil menjelaskan shalat itu bukan kepentingan Tuhan. “Karena tidakpun kita melakukan shalat, Allah tetap sebagai Tuhan sekalian alam,” sambungku lagi. Di sela-sela pencerahan ini mereka bertanya dengan esensi hubungan sebab akibat dari berbagai penjelasanku. Tentunya aku cukup berhati-hati dalam penjelasan itu, khawatir terjebak dalam situasi tendensius yang menyudutkan karena aku sadari tingkat keawamanku tentang Islam itu sendiri.  
razuardi ibrahim, 2008

Selesai berdiskusi tentang shalat, aku menyinggung soal puasa (bahasa Arabnya, shaum) sebagaimana dipesankan dalam rukun Islam yang ke-tiga. “Puasa ini ibadah untuk Tuhan,” kataku disambut mangut-mangut mereka. Aku menjelaskan bahwa puasa ini hanya diketahui, “oleh kita pribadi dan Tuhan,” kataku seraya menguraikan kalau kita tidak berpuasa secara sembunyi-sembunyi tidaklah ada orang yang tahu. “Jadi, puasa ini mutlak uji keimanan kita kepada Allah serta kejujuran kepada diri sendiri,” kataku meyakinkan mereka. Setelah tuntas tiga rukun aku ceritakan, mereka bertanya tentang zakat yang mereka khawatirkan tentang kewajiban itu. “Zakat ini bagi yang mampu, yakni orang-orang yang memiliki kelebihan dari hartanya,” jelasku. Tentu maksudku kelompok orang-orang berada yang telah diberi rejeki yang lebih oleh Allah SWT. “Malah jika ada orang Islam yang miskin atau papa, dia berhak terhadap zakat dari orang kaya,” kataku memupus kekhawatiran mereka. Begitupula berhajji, “jika kita belum mampu tidaklah wajib kita menunaikan hajji,” jelasku lagi.


Akhir dialog itu aku menyimpulkan kepada mereka, bahwa menjalankan rukun Islam itu tidaklah berat. Dari ke-lima kewajiban itu, tiga di antaranya mampu dilaksanakan dalam kondisi kaya maupun miskin. Hanya sebab musabab fisiklah yang dapat ditolerir untuk tidak melaksanakannya, seperti hilang ingatan, sakit, dan lain sebagainya. Sedangkan zakat dan hajji tidak menjadi kewajiban bagi yang tidak mampu. “Sekarang mau apa lagi, tidak sulit kan ?. Kesimpulan kita jika ada orang tertentu menjalankan tiga saja dari lima rukun Islam karena ianya papa maka sudah Islamlah dia,” kataku menutup. “Kalau punya kemampuan materi, wajiblah bagi orang Islam menunaikan zakat berikut hajji,” menyela pertanyaan akhir mereka.  

PUISI SENTULUN

sentulun teman malam

malam itu
ada kelakar sentilan sentulun
di layar kaca datar
ada butet ekspresif
mimik kocak mengolah bibir
mucle asal bunyi
kocak tuntas
slamet raharjo memikat
wibawa penuh
profesor perempuan
respon cerdas
ada dialog kecil dalam sayu letih
hiburan pasca padu

jakarta, 24.03.14


PUISI PINTA

pinta sama

penantian cepat suatu malam
dari dua beda kesibukan
ibukota cukup bersahabat
lengang dan sejuk
layani sama pinta berbulan
tiada kemacetan katanya
tidak layaknya hari biasa

mata berbinar padu
tanda desakan dalam
segera hasrat lepas
tetes limpah ruah
tanda gapai langit

ada bahana kecil
rada rintih tangis
iringi hentakan hela
laun terengah
senyap lagi

jakarta,24.03.14


Jumat, 21 Maret 2014

BERITA PECAH KONGSI

Berita Koran, Pecah Kongsi

 
Headline Serambi Indonesia 19 Maret 2014
Memang informasi media cetak kerap dirasakan menyudutkan pihak tertentu. Meskipun aku tidak suka dengan kondisi serupa ini, namun sedikit perhatian kuarahkan kepada pencermatan situasi berita yang berpeluang mempengaruhi pola pikir publik. Koran lokal Serambi Indonesia, edisi Rabu, 19 Maret 2014, memberitakan liputan ekslusif. Headline menggugah di halaman pertama cukup menarik perhatian banyak kalangan di Banda Aceh, “Pejabat Aceh ‘Pecah Kongsi’ “. Suatu kesimpulan  hebat dari Teuku Kamal Fasya, pengamat politik, sosok muda dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Katanya, biasanya faktor yang memicu perpecahan adalah penentuan posisi pejabat dan pembagian proyek. Adalagi  ulasan lain yang menyitir tentang persaingan para pembisik, peran Mr X di Aceh Barat, Wakil Gubernur memperluas ruang kerja, konsolidasi wakil Gubernur, dan beberapa alasan lain.  
Serambi Indonesia
19 Maret 2014

Aku tertarik kesimpulan Fasya tentang penempatan pejabat yang disitirnya sebagai salah satu musabab perpecahan itu. Informasi publik memaklumi, bahwa saat ini terbuka peluang bagi aparatur yang tak memiliki kompetensi merasa mampu menyelenggarakan tugas-tugas kepemerintahan. Andalan jasa dalam berbagai hal cukup meleluasakan niat mereka untuk memperoleh jabatan publik yang diingininya. Artinya, pejabat publik yang pada hakekatnya merupakan solusi bagi persoalan publik semakin jauh dari harapan publik itu sendiri. Dari aspek aparatur juga terjadi penekanan pola pikir, yakni apatisme.


PUISI KOTA INI

kota ini

kota ini merebut harapanku
ya kota ini, tak paham makna kita
buktinya kamu bahagia dan senang
tidak, hanya tampilan menutupi

kubalas untuk menutupi rasa takut
ungkap kalimat lain saja
kehabisan kata

dan apa ukuran keberanian itu
nikmati hari-harimu
iya, aku maklumi hari-hariku
tanpa berkeluh andil hujatmu


 20.03.14

Kamis, 20 Maret 2014

LATAR BELAKANG PEMIMPIN

Dari pencermatan sementara, pemimpin informal yang tampil pada saat ini merupakan produk dari dua proses. Pertama, merupakan produk yang tampil dan dibesarkan dari ekspose media, dan kedua sosok yang tampil karena berada dalam pusaran masalah. Kedua latar belakang ini akan menghasilkan pola pikir kepemimpinan berbeda dan tidak pula tertutup kemungkinan tampilnya sosok pemimpin produk dari dua latar belakang itu.

Rabu, 19 Maret 2014

KOMENTAR PILLEG 2014

Info Pilleg 2014
Jelang pemilihan anggota legislatif (Pilleg) 2014 yang akan digelar 9 April 2014, relatif banyak berita kontra produktif di berbagai media cetak. Kemarin, aku mendengar beberapa masyarakat berceloteh tentang ramainya para caleg yang mengusung diri sehingga foto bertebaran di mana-mana. Di sudut Harouk Cafe, Banda Aceh, sekumpulan anak muda membahas tentang hal ini dengan kesimpulan bersama, “orang berbodong-bondong mencalonkan diri menjadi caleg karena peluang untuk itu terbuka lebar,” kata mereka. Sementara satu dari mereka menyela, “masing-masing sosok yang mengusung diri merasa dirinya lebih pantas dan mampu mengemban amanat rakyat”. Setidak-tidaknya, komentar mereka dapat dianggap sebagai representasi masyarakat kecil dan catatan ini dapat dijadikan bahan perbandingan untuk musim pilleg mendatang. (18.03.14)


OPINI PRIBADI


Razuardi Ibrahim, 18.03.14


“Bagiku, membangun wilayah tidak berbeda dengan menyapu kuas bercat warna ke atas kanvas”


(Rajju-19.04.14)

DI BEPEKA





Bahasan Draft Kesepakatan Di BPK

Kegiatan pembahasan draft kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten, BPK, dan Bank Aceh terhadap sistem online anggaran yang bertujuan agar penggunaan anggaran daerah lebih akuntabel dan dapat terinformasikan penggunaannya setiap waktu merupakan langkah tepat untuk mendukung pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Upaya yang digagas BPK ini dirasakan cukup positif dan mendapat dukungan dari semua kabupaten-kota di Aceh. Indikasi ke arah ini  tersaksikan dengan hadirnya unsur Sekda, Inspektur Kabupaten, dan Kepala Keuangan masing-masing kabupaten-kota untuk membahas draft dimaksud.

Usai penandatanganan kesepakatan tentang Sistem Online Anggaran di BPK Perwakilan Aceh, 18 Maret  2014

PUISI CERDAS LIPUT

Peliput Cerdas Borneo

cerdas liput

cerdas itu meliput alam
apresiasi sebuah kompetisi
hantarkan cerdas itu mandiri
berikut sedikit pinta
yang buntukan rongga pikir sekejab
atas ingin sama
dalam suasana teringini
terawang dingin malam borneo
menyatukan kisah-kisah baru
ada tanya gerak tak terjawab pagi itu
tak pun ulangi usik rasanya
bergelut sendiri

banda aceh, 19.03.14






POISI INDAH KELIRU

bulan 16.03.14

indah dalam keliru

aku keliru kemarin
purnama itu esok hari
bundarnya serupa lima belas
hari ini enam belas maret malam
penerang langit itu lebih indah dari duga
ekspresi awan layaknya tangan
menampung indahnya bundar putih terang
begitu lukisan alam berkisah
apresiasi untukku
andil menjaga indah belenggunya


16.03.14

Sabtu, 15 Maret 2014

EVALUASI OTONOMI

Penumpang tujuan Jakarta, maert 2014, airport Kuala Namu


Evaluasi Otonomi


Tatkala otonomi daerah digelindingkan setelah Republik Indonesia memasuki era reformasi, 1998, banyak harapan dari berbagai kalangan bahwa ragam pertumbuhan akan marak di masing-masing kabupaten-kota. Kala itu, para pemimpin nasional membangun konsep pengaturan yang sebelumnya sentralistik (terpusat di Jakarta)  menjadi desentralistik (menyebar ke kabupaten-kota). Harapan ini tentunya menggambarkan berkurangnya jumlah kunjungan aparatur ke pusat karena konsep otonomi memberi peluang kepada daerah untuk mengatur daerahnya sendiri, khususnya ekonomi. Namun kenyataannya, hingga tahun 2014 kunjungan aparatur daerah ke pusat tidak berkurang dari segi jumlah malah dapat diasumsikan bertambah. Tentu ada hal yang perlu dievaluasi dari aspek makro sistem sehingga harapan otonomi untuk menyebarkan berbagai pertumbuhan daerah dapat segera terwujud.  

TEMUAN KATA MARET


razuardi ibrahim, 15.03.14

“jika menggenggam hasrat untuk besar, pahami suatu ketabuan untuk tidak memperdagangkan, yakni kepercayaan”

(rajju, 08-03-14)

PUISI LAPAR


nyanyian lapar

malam itu aku lapar
kerabat fathul tawarkan beberapa
aku pilih melahap sayur
lengkapi nasi putih
tiada lama untuk simpul tuju
warung sunda menantiku
berikut pentas musik empat anak jakarta
mereka memanggil tetamu
aku jadi sebutan pembawa acara

beberapa mereka menyebut warna bajuku
kali ke-tiga tak kubiarkan
pupuskan harapan beberapa pelayan di sana
kupilih sai an ju ma au
lantunan kesohor dari batak
imbangi beberapa nyanyian masyarakat timur
mereka bertepuk salah sangka
mauliate, kataku meyakini

jakarta, 09.03.14


PERGUNJINGAN LENGSER

razuardi ibrahim, tamiang 15.03.14

Pergunjingan Lengser


Suatu ketika, 2011, beberapa pejabat lengser gusar dalam ekspresi mempergunjing keadaan. Usia mereka sudah memasuki masa pensiun dan diperpanjang karena alasan tertentu. Dengan mengambil suatu tempat di warung kopi, mereka menceritakan berbagai kesalahan para pihak yang dirasakan melengserkannya. Aku yang dilaporkan beberapa bawahan tidak peduli hal serupa ini, tentu disebabkan kebiasaanku tidak tertarik terhadap hal-hal yang tendensius dan ambisius. Namun aku cermati perjalanan mereka setelah menduduki jabatan kembali, untuk sekedar pembelajaran terhadap generasi, hasilnya tetap tidak lebih baik dari hal yang dipergunjingkannya. Artinya, tendensi pergunjingan tidak menjamin orang akan merubah diri menjadi lebih baik.  

PUISI BULAN LIMA BELAS

bulan 15.03.14
Malam ini, 15 Maret 2014, bulan rada purnama atau banyak diistilahkan sebagai bulan lima belas (15). Sejak  awal tahun 2014, aku menyaksikan dua bulan yang berhimpitan hari bulan di langit dengan hari bulan di kalender, yakni pada 15 Januari dan 15 Maret.

bingkisan bulan

ingin kurampas bulan itu
benderang bundar malam ini
melawan pekat sekeliling
menggemaskan raih rayu penikmat
persembahkan pada sosok doyan bulan
bingkisan baginya dalam lelah
andil celoteh depan umat doyan ikan
di warung kopi suatu kota

dia jengkel karena pengeras suara
tak dukung vokalnya yang lantang dan lugas
dua matanya yang bundar tak mampu hentikan amarah
tak pun dipesankan petik bulan itu
pengobat kesal bertimpa dialog jarak

sadari dia pujaan pemimpi bulan
yang selalu nikmati pancaran
penerang cakrawala malam
sorot binatang malam berterbangan
gelombang dedaun disisir angin

tiada pelarangan
untuk kuhantarkan bulan sejuk itu
pengantar mimpi-mimpi

dalam perjalanan kualasimpang-lhokseumawe, 15 maret 2014
  
ingin kurampas bulan itu, 15.03.14 

PAMPLET PERINGATAN

Pamplet Peringatan



Aku hilir mudik melintasi Kota Langsa saban waktu sejak paruh akhir tahun 2012. Berkali aku memperhatikan sebuah pamlet peringatan beresensi syariat Islam di Langsa Barat yang dipasang sejajar jalan raya Medan-Banda Aceh. Berkali pula aku ingin membacanya dalam jarak dekat, namun waktu lintasan di tempat itu selalu saja pada malam hari sehingga sulit untuk mencermati kalimat yang tertera di sana. Suatu sore yang masih terang, aku sempat memotret pamplet itu dalam sedikit tergesa khawatir banyak orang menghampiri untuk bertanya. Isinya lumayan penting untuk membatasi gerak kaum wanita lewat empat ancaman masuk neraka. Aku sedikit bersyukur karena tidak tertera ancaman neraka kaum lelaki di sana seraya bertanya dalam hati siapa pembuat pamlet ini. Hari itu aku tahu bahwa yang membuat pamplet  itu Dinas Syariat Islam Kota Langsa yang mengutip sebuat hadist riwayat Muslim. Sepintas, aku berkesimpulan bahwa ide pemilihan hadist pada pamlet ini adalah kaum lelaki yang sedang membela kaumnya di tengah maraknya isu emansipasi wanita. Meskipun dugaanku keliru, aku meyakini tidak sedikit pihak lain yang berkesimpulan sama dalam konteks mendukung emansipasi suami.

Jumat, 14 Maret 2014

ISLAMI

Islami

Aku teringat ketika Pasangan Jokowi-Ahok lagi kampanye Calon Gubernur Jakarta, banyak pembusukan yang diusung para lawan. Satu kali, para lawan mengusik SARA, “Jangan Pilih Pemimpin Dari Kalangan Non Muslim,” komentar sebagian orang-orang yang mendukung pembusukan serupa itu. Aku tidak suka menyaksikan persaingan seperti ini, karena dengan memanfaatkan isu SARA untuk pemenangan,  berpeluang terjadinya keterusikan nilai terhadap komunitas muslim itu sendiri. Beberapa hari kemudian, aku melihat siaran di salah satu televisi yang memberitakan tentang spanduk bertuliskan, “Yang diperlukan pemimpin Islam atau Islami ?”. Pertanyaan atau komentar seperti ini setidak-tidaknya menjawab kekhawatiranku beberapa hari lalu. Islam adalah ajaran untuk penyelamatan manusia di dunia dan akhirat. Kewajiaban menjalankan syariat dari tuntunan Islam inipun jelas sebagaimana yang diisyarakatkan dalam rukun Islam. Oleh karenanya, jika seorang muslim menjalankan rukun Islam yang lima dengan konsekwen, dapatlah dikatakan individu tersebut sudah konsisten menjalankan Islam, dan dialah orang Islam (muslim). Namun banyak kalangan merpertanyakan tentang muslim tertentu yang tidak menjalankan syariat sesuai rukun Islam, tetapi melakukan pembelaan Islam secara luar biasa bahkan berlebihan. Tatkala Islam diperolok-olokan, tanpa membuang waktu untuk berfikir, reaksi yang dilakukan cukup tangkas, cepat, dan melampaui batas-batas yang diperkenankan. Kelompok muslim tertentu menamai sikap serupa ini dengan istilah fasiq, yakni orang yang menyaksikan tapi tidak meyakini dan melaksanakan. Kecenderungan seperti ini berpeluang memunculkan berhala baru terhadap ajaran Islam itu sendiri. Oleh karenanya, harus dihindari pemberhalaan terhadap Islam dalam artian hanya  menjadikan Islam sebagai simbol pemersatu untuk berbagai tujuan, antara lain politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.


DIALOG CHI

Masyarakat Sunda memaknai "ci" sebagai sungai atau air. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika nama lokasi tertentu menggunakan kata "ci" di awal nama-nama itu, seperti Citarum, Cisadane, Cibaduyut dan lain sebagainya. Sementara, masyarakat Aceh memaknai "ci" dengan arti coba atau mencoba. Dalam dialog "ci (chi)" yang belum diketahui makna bahasa yang dipakai sebagai berikut :

dialog chi

"chi"
"apa ?"
"aku panggil"
"ya, sudah sahut 'apa' tadi kan"
"chi"
"hai mama kirim salam, katanya 'tambah tampan dan banyak senyum' "
"amanah yang sangat terpaksa kusampaikan"
"oh chi lope"
"tak mengerti apa pesanmu itu"
"tak usah mengerti sekali"
"ini sedang terawang saja"
"suka-suka kamulah"
"dan tuntaslah puisi ini"

kualasimpang 14.03.14


GUGATAN STAKEHOLDERS


Razuardi Ibrahim, Tamiang, 06.03.14
Gugatan Stakeholders

Menyaksikan kondisi pelayanan pemerintah, khususnya di daerah, terkesan apa yang disajikan masih jauh dari tujuan pelayanan itu sendiri. Setidak-tidaknya demikian yang tersimpul dari berbagai informasi media. Suatu pertanyaan terlintas, “apa yang mesti dipersiapkan aparatur penyelenggara pemerintah, jika para pemangku kepentingan (stakeholders) menggugat pemangku jabatan bahwa ketidak-sejahteraan yang menimpa kelompoknya merupakan pelanggaran HAM”.



Kamis, 13 Maret 2014

PUISI CHI

Chi (Ci)

ci,
apa ?
aku sapa pagi
ya, sapa kehijauan saja
ada bibir ranum sambut
atribut hijau juga
benar ci, setelah merah itu pergi
ya, di sekililing mu
dan tertanggal ingat di selamu
tak perlu komen lagi
wo yao chi ni
aku ingin memakan mu

kualasimpang, 14.03.14


Rabu, 12 Maret 2014

PUISI IBU MUDA


pasar ibu muda 

pagi tadi
ibu muda marah
tak ingin ingat lagi, katanya
memorinya penuh sesak
akan tugas-tugas harian
terbersit ia sedang di pasar
jahit sepatu koyak
panas juga memberatkan emosi
dia jengkel keadaan

ibu muda itu pulang
mampir di tempat balita berkumpul
sebentar saja katanya
ada yang minta tolong
untuk merespon tampilan esok pagi
tenang, katanya
akan kusampaikan ke seluruh negeri
semoga ibu muda itu tak marah lagi

jakarta-12-03-14

CERITA BIRMA

Kisah Rakyat
Simbol rakyat, Raja Ikrar Angkasa dan Dewi Safiadona


Pernah dikisahkan dalam hikayat lama namun baru diceritakan bahkan terulang dalam pasangan pengagum cinta. Di suatu tempat, di negeri Birma, terjadi pautan batin antara pria Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona. Negeri itu juga telah mengenal peradaban Melayu sejak lama. Ciri lain dari masyarakat di sana, yakni mengenakan pakaian resmi. Alkisah Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona kerap dikisahkan oleh masyarakat di sana pada zaman itu. Mereka mengekang cinta hakiki yang datang tatkala rentang usia mereka sudah relatif jauh, boleh dikata dua kali lipat. Masing-masing dari mereka sudah memiliki pasangan dan beberapa anak. Bertahun mereka nikmati asmara dengan cara mereka sendiri bahkan menjadi simbol keserasian lingkungan. Suatu ketika Raja dan Dewi harus terpisah, sebagai konskwensi pekerjaan masing-masing. Tentu tak dapat disangkal, keduanya bersedih, bahkan mengekspose kecemburuannya masing-masing. Raja berpesan bahwa,”tidaklah bijak hambatan temu untuk berdua mengusik gelora cinta hakiki milik bersama,” katanya. Ada makna tersirat dari ungkapan Raja yang perlu dipahami oleh banyak pasangan di millenium ke tiga ini.  Tidak tertutup dapat diartikan dalam ungkapan masyarakat kelas bawah dan lazim ditulis di dinding truk pengangkut pasir, becak, bemo, dan lain sebagainya, dengan kalimat antara tugas dan cinta.

Selasa, 11 Maret 2014

ESENSI ANGGARAN

Esensi Anggaran


Anggaran pembelanjaan daerah kabupaten secara umum dimaksudkan untuk melanjutkan roda pemerintahan kabupaten. Populernya dikenal dengan istilah APBK, yang diusul untuk setiap tahun anggaran. Dokumen APBK ini merupakan produk eksekutif (biasanya ditangani oleh Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten, TAPK) bersama Legislatif atau DPRK melalui Tim Badan Anggaran (Banggar). Idealnya, besaran anggaran yang menjadi pendapatan daerah dibelanjakan semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat. Oleh karenanya, dalam APBK itu secara umum unsur pembelanjaan terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni belanja aparatur dan belanja publik. Saat ini lebih mudah dipahami dengan istilah belanja langsung (belanja modal), yang beresensi belanja untuk pelayanan kepentingan masyarakat, termasuk pembangunan infrastruktur. Sementara itu, belanja tak langsung lebih beresensi kepada anggaran operasional aparatur. Persoalannya, tidak jarang besaran belanja tak langsung ini melebihi belanja langsung. Artinya, besaran anggaran untuk kepentingan masyarakat relatif kecil dibandingkan dengan biaya operasional aparatur. Banyak pihak memahami keliru tentang keberadaan APBK ini, khususnya dalam aspek penentuan besaran belanja publik dan aparatur. Malah tidak sedikit Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD), melakukan protes tentang besaran anggaran yang dikelolanya, bahkan “bubarkan saja dinas kami jika memang tidak diperlukan,” ungkap sebuah pesan singkat tak jelas asal usul. Sesungguhnya, pesan ini layak dicermati untuk menyimpulkan keadaan seputar pengetahuan aparatur tentang tujuan dinas, badan, kantor atau lembaga lain. Bahkan perlu juga untuk mencermati tingkat pemahaman aparatur terhadap jumlah kelompok dan besaran dari stakeholders yang dilayaninya.


Adalah suatu isu menarik seputar pembahasan APBK Aceh Tamiang 2014 yang dapat diselesaikan tepat di akhir tahun 2013 lalu. Isu berasal dari SMS gelap yang di-foward oleh Sudirman, Kepala Bidang yang mengoreksi anggaran kabupaten-kota di DPKKA Propinsi Aceh, kepada Abdullah, Kadis DPKKA Aceh Tamiang, semakin memperkuat keyakinan tentang perlunya pemahaman tentang untuk siapa anggaran daerah itu disusun. Ungkapan dalam SMS yang beresensi keluhan kepada pihak lain, seakan lebih mampu menyelesaikan persoalan masyarakat di daerah itu. Bahkan tersirat, tendensi lobby yang dianggap lebih berpotensi menyelesaikan keluhan itu telah ter-mindset sebagai suatu tradisi. Tentu kekeliruan dalam mengarahkan keluhan semakin memperkuat asumsi bahwa ketidak-tahuan pihak tertentu tentang esensi keberpihakan anggaran. Keadaan ini layak dijadikan bahan pembelajaran sebagai upaya pencerahan aparatur dalam hal keberpihakan anggaran.     


PUISI BINGKISAN

karya berkata

teman dua bingkisan 

bingkisan terampil itu berkisah
kerja tangan anak kota budaya
sosok candi kecil dan mobil kayu
mungil bisu namun berkata-kata 
akan perjalanan dan kesaksian joli
diam kelam dalam desah pelan
suatu malam di ketinggian kamar ibukota

tiada sadari gerak antar kota
berikan peran lain bagi dua barang setia
mengemas nuansa jiwa kukuh berpadu saban waktu
kebisuan mereka membisik dada
dia tulus serah
untuk sempurnakan lelapmu

menanti jogya-2013






Senin, 10 Maret 2014

PUISI KOLAB METRO

Metro TV, 10.03.14

kolab metro

ada yang mesti dipahami
tatkala tugas lain membuncah
untuk gapai masa depan cerah
banyak dukungan moril kubutuhkan
tidak dengan ragam tuduhan
juga bungkam tanpa jawab
yang usik perhatian tuju

layar kaca sisihkan waktu
untuk kami berkisah rencana
membuka wadah masa depan anak negeri
yang tak rela jerat miskin berlarut

terimakasih metro
juga jawaban kolab seberang

jakarta-10-03-14