Aku punya rekan,
seorang konsultan program IBRD yang menentukan kelayakan ruas jalan yang akan
dibiayai oleh program IBRD. Namanya Ir Budiadi, sarjana teknik sipil lulusan
Semarang. Di tahun itu, 1991, aku menjabat sebagai asisten Pemimpin Proyek
Bidang Perencanaan yang tentunya intens berurusan dengannya. Banyak pelosok
desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara yang kami kunjungi untuk mendapatkan
data kondisi jalan. Biasa kami pulang hingga malam hari tatkala jalan yang kami
lalui cukup parah tingkat kerusakannya.
Pak Syarifuddin, Razuardi Ibrahim, dan Budiadi, 1991
Suatu kali kami
melakukan survei ke kawasan Mbang, Aceh Utara. Banyak ruas jalan di daerah itu
yang sulit dilalui. Di kawasan itu juga dipusatkan tempat pelatihan gajah. Tatkala
kami melintasi tempat itu, Pak Budi, panggilan Ir Budiadi, mengisyaratkan
keinginannya untuk menunggang gajah. Pelatih gajah yang ramah itu mempersilahkan
kamimelampiaskan keinginan Pak Budi.
Diperintahkannya gajah itu merunduk agar kami mudah mendudukinya.
Aku kenal dengan Yanfitri sejak 1986, saat kuliah
di Fakultas Teknik Unsyiah. Selaku adik kelasku, tentunya ianya lebih
mengenalku saat aku dan senior lainnya mem-plonco
mahasiswa baru. Sejak mahasiswa, telah terlihat bakat profesional keteknik-sipilan
dalam dirinya. Setidak-tidaknya, demikian pengakuan banyak rekan terhadap
Yanfitri. Setelah tahun 1988, usai aku diwisuda, lama aku tak berjumpa
dengannya karena sejak itu aku mulai mocok-mocok dan pada awal 1989 aku hijrah
ke Lhokseumawe. Tahun 1992, beberapa tahun aku bekerja di Dinas PU Aceh Utara,
Yanfitri turut bergabung di dinas ini sebagai pegawai honor. Tidak lama
bergabung, Yanfitri ikut testing pegawai daerah formasi propinsi, dan lulus
untuk formasi Aceh Besar. Sejak itu aku pisah lagi dengannya.
Yanfitri, 2011
Pada tahun 1999, saat pemekaran Kabupaten Bireuen,
Yanfitri dimintakan pulang ke Bireuen oleh Pak Hamdani Raden, bupati masa itu. Dalam
pembicaraan dengan Bupati Hamdani Raden, aku berkomentar tentang kualitas
Yanfitri, tatkala ditanyakan kepadaku. Memang kebiasaan Pak Ham menguji
kualitas orang-orang dengan cara jajak pendapat yang dilakukannya sendiri
karena beliau paling tidak suka mendengar laporan pembusukan.
Saat pelantikan para pejabat di kabupaten baru,
Bireuen, 5 Pebruari 2000, Yanfitri ditempatkan pada salah satu kepala seksi di
Dinas Cipta Karya Bireuen. Meskipun aku menjabat selaku Kepala Dinas Cipta
Karya, koordinasiku dengan Yanfitri cukup intens, mengingat penanggulangan ruas
jalan lingkungan menjadi tanggungjawabnya. Banyak perencanaan yang dapat dibuatnya
meskipun anggaran tidak tersedia. Semangat euforia kabupaten pemekaran cukup
kuat membangun kebersamaan dan mampu menggalang kompetensi rekan-rekan sesama
aparatur.
Selaku pejabat, Yanfitri banyak mengalami masa
jatuh bangun. Pernah dari jabatan kepala bidang ia dimutasikan pada posisi
tanpa peran di Bappeda, bergabung denganku lagi. Tapi dengan specifik karakternya ia
tidak pernah mempersoalkan hal itu. Aku memahami sosoknya, selaku engineer ia
selalu menyampaikan siap tanding dibidang ke-teknik-sipilan.
AKBP Yuri Karsono, Razuardi Ibrahim, Letkol Inf M Arfah, 2011
Mutasi 11-11-11
Saat baru pelantikan sebagai
Sekdakab Bireuen, Jum’at, 9 September 2011, aku mengevaluasi berbagai
kemungkinan terburuk dari keuangan daerah. Selaku aparatur tertinggi tingkat
kabupaten, aku tidak boleh hanyut dengan keadaan apalagi kenikmatan jabatan.
Setidak-tidaknya, keterpurukan keuangan daerah yang bakal terjadi jangan disaat
aku memimpin sekretariat kabupaten. Apalagi pada rentang waktu 40 hari, yakni
bulan Semptember dan Oktober 2011 seluruh keputusan daerah berada di tanganku
karena Bupati Nurdin mengikuti Lemhanas di Jakarta, sementara Wabup Busmadar menunaikan ibadah Haji. Praktis aku
mengemban empat fungsi sekaligus, yakni selaku Sekdakab Bireuen, Bupati
Bireuen, Wabup Bireuen, dan Kepala Bappeda yang hanya di-PLT-kan kepada
Sekretaris Bappeda, Ir Jafar.
Tak ada tempat
berkonsultasi, kecuali dorongan semangat dari rekanku AKBP Yuri Karsono, selaku
Kapolres Bireuen, Letkol Inf Muhammad Arfah selaku Dandim 0111/Bireuen. Mereka
menyatakan siap lahir bathin untuk bersama mengambil kebijakan daerah, jika aku
mendapat kesulitan. Kuutarakan maksudku tentang program seratus hari kerja
untuk menyiasati kondisi keuangan yang belum beruntung. Mereka berdua
menyatakan siap membantu segala kebutuhanku sesuai fungsi mereka masing-masing.
Kuceritakan
juga tentang devisit keuangan Bireuen saban tahun kepada mereka termasuk isu disclaimer dua tahun yang kerap
diekspose media masa. Lantas kami juga diskusikan bersama baik secara formal
maupun secara informal. Secara formal, biasanya kami bahas dalam rapat Muspida
yang mulai aku terapkan sejak bulan September tahun itu juga. Sementara secara
informal aku bicarakan kepada mereka tatkala kami mengunjungi lapangan atau
saat kami sarapan pagi bersama.
Kecenderungan
Pembelanjaan Kabupaten Bireuen sejak tahun 2007 hingga 2011, sesuai data,
terlihat adanyadevisit berkepanjangan
dalam pengertian setiap tahun anggaran. Kondisi yang tidak terpublikasi kepada
masyarakat ini tidak salah jika diungkap dalam ulasan ini sebagai pengayaan dan
pembelajaran publik agar dapat direspon berbagai pihak guna memberi masukan
agar didapatkan solusi penanganannya.
Devisit
anggaran lebih dipahami sebagai suatu kondisi akibat tidak cukupnya pendapatan
daerah untuk pembelanjaan. Tidak cukupnya pembelanjaan lebih dapat diartikan
kepada besarnya nafsu mengeluarkan uang sementara upaya peningkatan pendapatan
terabaikan. Secara nyata, devisit yang terjadi berdampak kepada pelunasan
hutang tahun lalu dengan menggunakan anggaran tahun berikutnya. Konsep
efisiensi dan isu ikat pinggang hanya
sebatas pernyataan tanpa aksi.
Melihat
kondisi devisit keuangan Kabupaten Bireuen saban tahun, dari 2007 hingga 2011,
dapat dipastikan bahwa begitu sulit bagi pemerintah daerah ini untuk mengambil
sikap. Langkah strategis yang harus dilakukan dalam menyetop devisit
berkelanjutan ini adalah mengenyampingkan kepentingan non-teknis dalam
pembahasan anggaran di legislatif. Dengan kata lain, pembahasan anggaran yang
dilakukan hanya mengedepankan alasan teknis pembelanjaan sesuai aturan dan
jadwal yang ditentukan.
Dalam
jangka pendek, aku harus mengambil langkah-langkah seratus hari kerja, yakni
menutup buku kas per-31 Desember 2011, menggenjot pendapatan (PAD), melakukan
mutasi pejabat untuk mendukung langkah seratus hari kerja, menyusun
pembelanjaan yang terukur, dan menerapkan sistem anggaran berimbang pada tahun
anggaran 2012.
Pada minggu
ke-empat bulan Nopember, setelah Bupati Nurdin kembali dari pendidikan, aku
melaporkan semuanya tentang strategi seratus hari kerja. Bupati Nurdin sependapat,
selanjutnya dilakukanlah mutasi pada 11 Nopember 2011 yang sering aku ikon-kan
dengan kebijakan sebelas-sebelas-sebelas (11.11.11). Mutasi ber-ikon 11.11.11
cukup terbuka karena memang untuk menjaring kompetensi para aparatur
profesional. Terbuka dalam artian boleh diprotes dan boleh meminta langsung
posisi jabatan kepadaku selaku pejabat aparatur tertinggi di kabupaten. Asal
ada yang bertanya tentang sosok pejabat strategis kepadaku, aku langsung saja
menyebut nama pejabat yang akan aku tempatkan. Paling santer manakala orang
menanyakan siapa penggantiku selaku Kepala Bappeda, tanpa sungkan aku sebutkan
nama Yanfitri yang sebelumnya Kepala Kantor Badan Bencana. Orang yang datang
kepadaku langsung protes seraya menyebutkan Yanfitri belum pantas karena masih
ada sosok lain yang lebih senior. Aku menyetujui permintaan orang-orang itu sambil meminta orang itu membawa calonnya
untuk kita sandingkan dengan Yanfitri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
saya dan orang-orang itu dalam hal pembangunan. Mereka menolak dengan alasan
tidak etis menguji orang paruh baya serupa itu. Ada lagi protes tentang Murdani belum boleh
menjadi Asisten Pemerintahan dan Tatapraja karena dari status camat langsung
menjadi menduduki jabatan eselon II b. Aku tanya ke Kepala Bagian Kepegawaian,
Bob Miswar, tentang aturan yang tidak memperbolehkan, ternyata tidak ada.
Tidak
berhenti sampai di situ, setelah pelantikan yakni pada tanggal 12 Nopember
2011, Husaini, Sekwan DPRK Bireuen menelponku. Ianya menginformasikan bahwa setelah
rapat dengan anggota dewan, aku akan di-Banmus-kan mengenai mutasi kemarin.
“Mereka mempersoalkan tentang kredibilitas dan moral terhadap tiga orang
pejabat yang dilantik,” kata Husaini. “Siapa?,” tanyaku kurang yakin. Lalu
Husaini menyebutkan tiga nama pejabat setingkat eselon III yang aku kenal baik.
“Kenapa dengan mereka ?,” tanyaku lebih jauh karena aku tahu tingkat
keterampilan ke-tiga pejabat yang disebutkannya. Husaini menjelaskan, bahwa
yang satu bertindak asusila, satunya lagi terlibat kasus keuangan, serta yang
lain bukan putera daerah. “O, begitu,” kataku singkat sambil berpesan kepadanya
bahwa kalau hal itu yang dipersoalkan, sidang banmus akan sia-sia karena tidak
ada surat-menyurat atau administrasi yang terlanggar. Hal itu sebelumnya sudah
kutanyakan betul-betul kepada Bob Miswar, Kepala Bagian Kepegawaian.
Waktu itu
aku selalu khawatir terhadap masa anggaran tahun 2011 hanya dalam hitungan
minggu. Karena penyelesaian administrasi keuangan daerah dibatasi pada tanggal
20 Desember se-tiap tahunnya. Dalam sisa waktu kurang lebih empat minggu itu,
aku mulai menjadwalkan rencana rapat intens dengan beberapa pejabat produk
“11-11-11” seraya menekankan kepada pejabat baru yang berkompetensi tersebut
untuk menyelesaikan kerja dengan target utama stabilkan keuangan daerah melalui
sistem keuangan berimbang.
Stabiltas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Bireuen tahun 2012 dalam
artian penetapan sistem anggaran berimbang kerap diperbincangkan di berbagai
kalangan. APBK yang saban tahun diinformasikan defisit, sesuai data dinas yang
menangani keuangan daerah (DPKKD Bireuen), perlu disikapi segera oleh Tim
Anggaran Pemerintah Derah (TAPD). Dalam rapat-rapat intens, TAPD perlu
menetapkan langkah-langkah aplikatif dalam membangun keberpihakan terhadap
stabilitas anggaran. Kali ini TAPD harus mencari langkah-langkah pasti agar
anggaran tahun 2012 harus stabil, melalui sistem anggaran berimbang sebagai
langkah awal. Hal ini senada dengan harapan Azhar, SE Ak, auditor BPK-RI
Perwakilan Aceh, yang memberi peringatan agar kondisi keuangan Bireuen dapat
segera distabilkan dalam tahun 2012.
Razuardi Ibrahim dalam Rapat Seratus Hari Kerja, 2011
Suatu langkah strategis yang diambil yakni keharusan
tutup buku anggaran 2011 per 31 Desember 2011. Hal ini terkait dengan
pembenahan penyelesaian tagihan pembayaran dalam tahun berjalan 2011 yang berkonsekwensi
terhadap matinya anggaran akibat ketidaksiapan SKPK menyikapi kondisi. “Hal ini
harus dilakukan mengingat kita tidak boleh membiarkan OC bekelanjutan,” kataku selaku
ketua TAPD dalam setiap rapat intens dengan para pejabat eselon II di
lingkungan sekretariat kabupaten. Pada pertengahan bulan Nopember 2011, aku
membuat rapat khusus dengan Kepala DPKKD Bireuen yang baru dilantik, Tarmidi,
SE, M Si, untuk mengkaji besaran OC (outstanding
cheque) yang akan mempengaruhi belanja tahun depan yakni 2012. Dalam rapat
lanjutan, Tarmidi melaporkan ke pejabat eselon II, “Betapa tidak, OC itu kan
berarti pengeluaran cek di luar kemampuan anggaran,” katanya meyakinkan.
Akhirnya, kami bersepakat melakukan penutupan buku kas per 31 Desember agar
peluang OC tertutup, apapun resikonya. Tarmidi juga melaporkan, sepanjang
sejarah berdirinya Kabupaten Bireuen belum pernah dilakukan penutupan buku
tepat pada akhir Desember. “Selalu bergeser ke tahun berikutnya,” katanya
bersemangat. “Oleh karena itu, jika tidak diterapkan disiplin anggaran,
berapapun besaran APBK, akan terkuras akibat sulitnya pengontrolan,” ungkap
Tarmidi lagi.
Selanjutnya, perbaikan kualitas pembelanjaan yang
dicirikan adanya program tepat sasaran sehingga dalam tahun 2012, anggaran
untuk perangkat pemerintah hingga ke tingkat desa dapat ditingkatkan. “Jika
kita tidak stressing ke program yang
jelas dan terukur sulit rasanya kita dapat tingkatkan insentif ke perangkat pemerintahan
bawahan,” kata Yanfitri, Kepala Bappeda Bireuen yang baru. Tidak pula
ketinggalan, perencanaan pembayaran hutang yang akan membebani anggaran 2012.
“Sesuai keputusan rapat TAPD, bahwa semua hutang-hutang Pemkab Bireuen sebelum
tahun 2012, kita verifikasi agar didapatkan legalitas dalam pembayarannya,” lapor
Yanfitri. Dia mengakui bahwa usulan hutang daerah sebelum verifikasi berjumlah
Rp 30 milyar lebih. “Setelah kita verifikasi jumlahnya cuma bekisar Rp 10
milyar,” kata ketua Bappeda yang baru beroperasi sejak Nopember 2011 ini.
Tatkala TAPD melirik besaran Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang masih minim, tentu diperlukan langkah untuk percepatan
peningkatanya, mengingat tahun 2011 akan segera berakhir. Sesuai laporan DPKKD,
PAD per 14 Nopember hanya 57,33 %, cukup riskan. Artinya jika pemasukan hanya
sekitar 57,33 persen, beban belanja yang didasari target PAD sebesar 41,67
persen menjadi hutang daerah dalam tahun 2012. “Karena sudah dibelanjakan baik
dalam bentuk kontrak kepada pihak ketiga, maupun hutang barang di bagian-bagian
sekretariat,” lapor Tarmidi. Dalam hitungan minggu, sesuai keputusan rapat,
Tarmidi bersama dinasnya harus mampu menggenjot PAD agar mencapai 100 persen
jelang tutup buku akhir Desember 2011. Target
itu tercapai sehingga TAPD tidak perlu khawatir terhadap beban hutang kegiatan
tahun 2011 menjadi kewajiban pemabayaran di tahun 2012.
Di sisi lain, penekanan pendapatan daerah dilakukan
melalui pengumpulan sewa menyewa aset komersial, toko, pasar, parkir, dan
lainnya. “Sekarang sudah banyak masyarakat atau pengusaha yang membuat kontrak
sewa toko,” lapor Mulyadi, Kepala Bidang Pendapatan di Dinas DPKKD. Dia
mengakui bahwa tim kerja pengumpul aset komersial sudah maksimal bekerja jelang
akhir 2011. Di rapat akhir minggu ke-dua, tim sepakat mengumumkan ke publik,
bahwa “Sekarang kita sudah dapat memprediksi kekayaan daerah dari aset
komersial, meskipun baru sebatas pembuatan dokumen aset di seluruh kecamatan”.
Pertemuan selanjutnya awal Desember 2011, aku
bersama rekan-rekan TAPD membahas prilaku keuangan Bireuen sejak 2007 sesuai
data yang kuminta dari Tarmidi, Kepala DPKKD. Rekan-rekan kerja memahami
program kerja seratus hari yang aku canangkan, meskipun sebagian dari mereka
sedikit mendongkol karena lelah akibat penekanan yang aku terapkan. Tapi aku
yakin dari rona wajah, mereka juga pro Bireuen
Tanpa Disclaimer.