Kamis, 24 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-8


Parte Buruh Pengusung Solidaritas Sesama

Gejala solidaritas di lingkungan Fakultas Teknik dapat dicermati sudah berlaku sejak lama, meskipun tersamar dan tidak terungkapkan. Saling bantu atau saling memberi info khusus sesama kelompok tertentu merupakan hal biasa yang disinyalir hanya membantu percepatan pelayanan kerabat yang baru datang dari daerah tertentu. Aku sering mengunjungi tempat tinggal kawan-kawan di asrama, rumah cost, dan tempat lainnya yang dihuni rekan-rekan asal satu daerah. Namun kekuatan solidaritas yang terbangun tidak sampai terjebak ke dalam suatu pemahaman tendensius yang mempertahankan premordialisme.  

Aku, Ucok Gedabak (M Nasir), Maimun dan Pondi (T Zahedi)
berkumpul di Lhokseumawe mencari peluang kerja, 1990
Hingga tahun 1980, suasana keakraban dalam sistem pembelajaran cukup kentara dan jarang terdengar adanya friksi antar elemen baik sesama pengajar, mahasiswa dan lain sebagainya. Solidaritas yang terjadi mampu mengikis berbagai sikap tendensius, konon lagi premordialisme yang dapat membangun friksi berkepanjangan yang tidak menguntungkan. Pemanfaatan premordialisme ini berpeluang muncul tatkala diadakannya event pemilihan pimpinan fakultas, jabatan strategis di lingkungan kampus, dan lain sebagainya. Pergantian pimpinan fakultas di masa itu tidak pernah dipersoalkan karena pengakuan terhadap sosok yang layak untuk memimpin, terukur dari berbagai aspek, khususnya tingkat ke-insinyurannya. Tidak mengherankan, tatkala peralihan pimpinan fakultas dari Ir M Ali Ismail M Eng, ke Ir Imran A Rahman Eng, pada 1980, sambutan mahasiswa dan para dosen cukup hangat. Begitu pula tatkala terjadi peralihan pimpinan dari Ir Imran A Rahman M Eng kepada Ir Buchari RA M Eng, di tahun 1984. Contoh baik ini semakin menjadi episode terkagumi dan manjadi mindset kebersamaan bagi segenap civitas akademika.

Di kalangan mahasiswa juga serupa itu, tak ada friksi berarti dalam peralihan pucuk pimpinan mahasiswa, yakni Senat Mahasiswa. Pengakuan terhadap sosok aktivis tertentu teruji dalam unjuk kepiawaian berinteraksi antar elemen, baik di lingkungan fakultas maupun di pergaulan antar fakultas. Solidaritas terlahir benar-benar mampu menghadang konsep premordialisme yang rentan terjadi saban waktu. Namun demikian, pemikiran keberpihakan terhadap sosok pemimpin mahasiswa melalui konsep premordialisme selalu mendesak dengan ragam alasan. Perpecahan dampak usungan premordialisme itu terjadi di tahun 1982. Tahun itu merupakan masa pertukaran Senat Ketua Mahasiswa yang sedang dijabat Bang Nasruddin. Dari pihak mahasiswa mengusung satu nama, kalau tidak salah Hasbi Armas atau Mohd Sanusi, keduanya mahasiswa angkatan 1976. Namun, pihak fakultas mengharuskan nama lain yang tidak sesuai dengan aspirasi mahasiswa. Sejak saat itu, terbentuklah kelompok mahasiswa yang termarjinalkan dalam sistem kepengurusan Senat Mahasiswa dengan sebutan Parte Buruh. Suatu sebutan spontan dari para aktivis mahasiswa teknik tanpa makna yang mendalam selain ungkapan kejengkelan. Banyak kegiatan mahasiswa yang formal yang diprogramkan senat baru, namun gagal terlaksana akibat boikot kelompok ini. Waktu itu, setiap mahasiswa baru yang masuk ke kampus Fakultas Teknik, dapat dipastikan simpati dan ikut bergabung ke Parte Buruh. Kebersamaan berkolaborasi antar mahasiswa tiga jurusan, sipil, mesin dan kimia, cukup padu akibat satu rasa ketidak-puasan dampak kebijakan fakultas. Di sisi lain banyak kalangan beranggapan, Parte Buruh dilebelkan sebagai kelompok hura-hura, brutal yang kontra disiplin dan berpotensi drop-out akibat renggang dengan elite mahasiswa di kampus itu.

Dalam membangun kebersamaan berkelanjutan, komunitas ini kerap melakukan kegiatan spontanitas, ekspresi  unjuk rasa positif dan produktif. Dukungan finansialpun tidak sulit didapat dari sesama mahasiswa, bahkan dari pengusaha yang bersimpati kepada kreativitas Parte Buruh. Namun yang lebih penting dari sekadar finansial yakni kesiapan tenaga dan ide untuk dilaksanakan.  Pada tahun 1985, banyak rekan-rekan dari kelompok ini selesai kuliah dan diwisuda. Parte Buruh mengusung pelepasan wisudawan dengan kegiatan Peusijuk Wisudawan yang dilaksanakan di Ujong Batee, pantai di lintasan jalan ke Krueng Raya, dengan tujuan menyaingi kegiatan formal yang diadakan di fakultas. Beberapa dosen senior turut hadir menyahuti kehendak kelompok mahasiswa  yang berlebel hura-hura. Semua urusan lancar, baik dari aspek formal pemerintahan maupun dukungan donatur yang prihatin atas kondisi keretakan antar mahasiswa teknik. Melihat kemudahan perizinan menggunakan pantai yang diberikan Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Besar tersebut,  mudah ditebak, pada tahun 1986 komunitas Parte Buruh mengusulkan pembenahan pantai tersebut untuk kenyamanan dan ketertiban warga berwisata di sana. Semua kerabat dalam komunitas bekerja menyukseskan hasrat menggebu siang dan malam. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, beberapa bangunan sederhana terwujud di kawasan wisata itu, sepeti pintu gerbang masuk beserta loket, balai tempat shalat, balai istirahat, toilet dan sumur dangkal, dan beberapa fasilitas lain. Pemerintah Daerah Aceh Besar waktu itupun memberi apresiasi luar biasa yakni dengan sebuah kebijakan, bahwa mahasiswa Fakultas Teknik Unsyiah bebas mengadakan acara tahunan di lokasi itu. Bagaikan gayung bersambut, Parte Buruh membangun konsep lanjutan dengan membuat rencana dan seminar Bhakti Sosial Pembangunan Desa (BSPD) yang awalnya dipimpin oleh Alfiansyah YBC, di samping kegiatan sukses lain di tahun itu, seperti penghijauan Kota Jantho. Penggalangan kebersamaan yang dilakukan Parte Buruh relatif sederhana, yakni  camping  rutin tanpa jadwal yang mesti terbenah seketika.

Pernah suatu ketika sekira tahun 1983, Senat Mahasiswa mengadakan acara Leha-leha, suatu acara yang menjadi simbol pesta seni mahasiswa teknik yang sukses di tahun 1979 dan 1981, usungan para senior angkatan 1970-an, di Gedung Olah Raga Banda Aceh. Acara yang bertujuan menggalang kebersamaan mahasiswa itu tidak mendapat dukungan dari kelompok Parte Buruh, tak lama kemudian Band Fakultas Teknik yang sempat melegenda di Banda Aceh, vakum beberapa tahun. Pada tahun 1986, Fakultas Hukum mengadakan ulang tahun dan menyusun beberapa agenda acara, salah satunya festival band. Menyikapi hal ini, para elite Parte Buruh terjebak dalam suatu kondisi mempertahankan opini sebagai fakultas handal, dengan satu jawaban “kita harus tampil.” Pada saat kritis dari aspek dana, waktu dan personil, aku dan Wesli mahasiswa angkatan 1981, diperintahkan untuk mengkoordinir soal ini. Dengan segala keterbatasan, aku dan Wesli menghubungi beberapa rekan dalam komunitas Parte Buruh dari semua angkatan. Dalam 2 hari kelompok band dadakan terbentuk dengan formasi, Wesli selaku drummer dan Nova Iriansyah, mahasiswa sipil angkatan 1982 membetot bass.  Sementara pada posisi keyboard dimainkan oleh Hilman, mahasiswa baru jurusan mesin tahun 1986. Sasmita, mahasiswa sipil angkatan 1982 berposisi sebagai pengiring melodi. Setelah formasi disepakati sesama musisi group band dadakan tersebut, pertanyaan mengarah kepada sosok vokalis dan lagu yang akan dibawakan. Tersebutlah Herman, mahasiswa teknik sipil 1982 dan aku dari mahasiswa sipil 1980, atas tekanan Wesli untuk mempertanggung-jawabkan persetujuan tampil atas permintaan elite Parte Buruh. Tidak mudah bagiku untuk menghafal lagu-lagu baru masa itu berbarengan dengan kesibukanku menyusun proposal tugas akhir yang sudah ditunggu oleh Pak Ali Ismail. Wesli meyakinkanku agar aku nyanyikan saja lagu-lagu yang aku hafal meskipun lagu lama. Tak lama berdiskusi tentang itu, terkondisilah desain musik yang akan kami tampilkan dalam festival Sabtu depan dengan tiga lagu, yakni lagu baru “kamu”  dinyanyikan oleh Herman, sementara aku membawakan “sepasang mata bola” dan “jambo-jambo” yang diaransir dalam tempo jazz. Pada hari festival yang diadakan di halaman bagian utara kampus Fakultas Hukum, para komunitas Parte Buruh telah hadir sejak jam 09.00 WIB pagi, membuktikan benar-tidaknya aku dan Wesli komit terhadap misi kelompok.

Kekuatan Parte Buruh yang sebenarnya adalah belenggu kebersamaan dalam mengusung kreativitas pendukung nama besar Fakultas Teknik. Ketidak-relaan terhadap imej bahwa mahasiswa teknik merupakan mahasiswa abadi, cengeng dan kampungan, harus terpupus di lingkungan kampus. Komplain terhadap opini berkembang harus dijawab dengan setiap kreativitas yang diusung tidak boleh gagal. Dengan kekuatan ini pula konsep Parte Buruh mampu mengeliminir konsep-konsep premordialisme yang lazim berkembang dalam trend mahasiswa saat itu. Tidak sulit membuktikan keberadaan premordialisme pada mahasiswa teknik waktu itu. Sebagai contoh, mahasiswa asal daerah tertentu berusaha mendapatkan dukungan dari para senior yang berasal dari asal yang sama. Namun, keberadaan Parte Buruh mampu mengatasi banyak hal di kalangan mahsiswa kala itu, khususnya penyelesaian materi tugas rumah seperti perancangan yang menyita waktu bulanan, yang berpeluang mengancam mahasiswa tertentu drop-out.  Tidak mengherankan, jika di rumah Adam, mahasiswa sipil angkatan 1981, banyak rekan-rekan dari berbagai angkatan, yang belum menyelesaikan tugas rancangan berkumpul di situ untuk di”keroyok” tugasnya beramai-ramai.

Jika dicermati, di dalam kelompok inipun, interes mashasiswa terbagi lagi ke dalam tiga sub-kelompok, yakni kelompok pekerja, kelompok simpatisan fanatik dan yang numpang popularitas. Struktur yang terbentukpun berbasis talenta yang ada pada sosok tertentu. M Nazaruddin (Bang Edt) mahasiswa sipil angkatan 1976 merupakan sosok pemberi alasan kegiatan boleh dilakukan. Maimun Js (Bewok) mahasiswa sipil angkatan 1977, cukup berperan dalam menggiring massa untuk membantu berbagai kegiatan parte. Rachmatsyah Nusfi, angkatan 1977 dan aku yang digelar mereka Essex asal angkatan 1980, tanpa surat keputusan sudah jelas dibebani urusan spanduk dan desain tempat kegiatan. Tidak pula ketinggalan, Dian Nadir (Boenk) dan Amir Hasan (Paman), sama-sama dari sipil 1974 memposisikan diri dalam pengukuran lokasi kegiatan. Banyak lagi rekan-rekan senior lain yang tidak terdokumentasi dan teradministrasi dengan baik. Dari angkatan 1982 teknik sipil, tersebut pula Anton Kamal, Abustian, dan beberapa yang lain. Dari jurusan teknik mesin 1980, ada Elwi Susanto yang berperan sebagai pelipur lara, Bakaruddin (Koa) yang berperan pemantau kesiapan konsumsi. Takpun ketinggalan Ralizar (Jal Sabang) dari teknik mesin 1979, mahasiswa ahli pemasangan listrik dan sound sistem yang mempertahankan talenta dengan cukup berani. Pemasangan antena Radio Kampus pada tahun 1981, setinggi lebih dari 60 meter dipanjat dan dipasangnya seorang diri dengan peralatan sederhana, tali pengikat badan, balok 2 inci sepanjang 2 meter sebagai penyangga dan sebuah kunci Inggris. Adalagi rekan dari sipil angkatan 1979, seperti Munizar Yahya dan Suryanto (Anto Kribo) yang selalu bertindak sebagai surveyor awal lokasi kegiatan. Dari angkatan 1984 yang aktif saat itu, salah satunya Alfiansyah YBC, bersama beberapa rekannya yang lain.

Mencermati sebagian kisah, bahkan masih banyak lagi prestasi Parte Buruh yang belum teringat untuk ditulis, yang dapat dikemas ke dalam suatu definisi, yakni sekumpulan mahsiswa fakultas teknik yang mampu membangun solidaritas sesamanya melalui pemupusan sekat jurusan, asal dan angkatan. Begitulah sekilas suasana mahasiswa Fakultas Teknik dalam memperthankan solidaritas antar elemen, mahasiswa, dan terpenting mempertahankan imej sebagai kampus kreative yang dihuni komunitas macho. Jelang hari wisuda, 2 September 1988, Pak Ali Ismail berujar kepada Bewok, “setelah kalian tamat apakah ada anak-anak teknik seperti kalian,”  katanya dengan mata sedikit berkaca.

SERI FAKULTAS TEKNIK-7


Sekilas Mubes 1988

Di tahun itu aku datang ke kampus hanya untuk main-main, minum kopi di kantin dan terpenting memperolok rekan-rekan yang belum seminar tugas akhir, di samping aku juga membantu mereka yang akan seminar dalam pembuatan caption, bahan presentasi produk karton dan spidol. Terlebih lagi,  aku suka sekali mengunjungi laboratorium pengujian tanah, tempat aku melakukan penelitian bersama beberapa rekan. Di laboratorium itu pun saban hari aku mengusik dan diusik rekan-rekan, konon lagi rekan yang sering lupa peralatan. Pak Ali (Ir. Muhammad Ali Ismail, M. Eng) sering minta tolong pada beberapa rekan, termasuk aku, yang sudah ujian sarjana untuk membantu rekan lain yang masih bergumul dengan benda dan alat uji berbasis tanah tersebut.

Tahun ini merupakan lustrum ke-5, di mana Fakultas Teknik Unsyiah memasuki usia 25 tahun, seperempat abad. Meskipun tidak banyak mahasiswa paham tentang arti lustrum dan kegiatan apa saja yang dilakukan pada hari bersejarah itu, sebelum tahun 1988. Namun kali ini, banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diusung civitas akademika, baik sesama mahasiswa, antar fakultas, antar dosen, dan antar alumni. Dalam Musyawarah Besar Pertama Keluarga Alumni Fakultas Teknik (KAFT) Universitas Syiah Kuala, Pak Ali ditunjuk sebagai Panitia Penyusunan Buku Seperempat Abad Fakultas Teknik Unsyiah, melalui Surat Keputusan Panitia Mubes I Keluarga Alumni Fakultas Teknik Unsyiah, nomor KEP-01/PAN/MUBES I KAFT-UNSYIAH/1988, tanggal 30 Agustus 1988. Buku tersebut berisikan daftar nama-nama alumni Fakultas Teknik Unsyiah sejak lulusan perdana hingga lulusan 1988 dari semua jurusan. Dari buku ini pula terinformasikan sosok-sosok alumni yang berpotensi memimpin kebersamaan almamater yang terikat dalam suatu legalitas almamater, yakni identitas alumni berupa nomor registrasi alumni. Pak Ali sering bercerita kepada kami tentang kekuatan hubungan alumni di luar dengan yang mengabdi sebagai dosen. “Ada transfer keterampilan di interaksi itu,”  sirat Pak Ali. Beberapa dosen senior pemikir wadah ikatan alumni sering rapat kecil di salah satu ruang bagian selatan Laboratorium Mekanika Tanah. Sekira bulan Mei atau Juni 1988, sesekali terlihat Pak Dib, panggilan akrab Ir Soedibyo Oenoes, Dipl HE, dosen senior dan pakar pengairan yang cukup idealis. Juga Pak Imran, panggilan akrab Ir Imran A Rahman, M Eng, Pak Buchari, panggilan mahasiswa kepada Ir Buchari RA, M Eng, yang waktu itu menjabat dekan, serta beberapa dosen lain yang lebih junior. Mereka saling diskusi dan mendesain masa depan alumni dalam suatu wadah yang kokoh, “tidak sekedar perkumpulan belaka,” sayup terdengar komentar salah seorang dari para pahlawan pendidikan di ruang itu.

Buku alumni Fakultas Teknik 1963-1988
produk bersama di bawah koordinasi
Ir M Ali Ismail, M Eng, 1988
Kami yang datang bergerombolan ke laboratorium dan biasa membuat ribut di depan pintu masuk, terdiam seketika. “Bek karu, ku seukok ngon peunyampoh nyoe,” bentak Bang Saleh, petugas kebersihan di tempat itu. Walaupun Bang Saleh sering jadi “bulan-bulanan” Maimun Bewok, panggilan akrab Ir maimun Js, tapi kali ini kami patuh. “Iyalah, Bang Saleh aja hormat sama dosen, kok kita tidak,” kata Amat Lukis alias Ir Rachmatsyah Nusfi.

Dengan tidak menggunakan waktu lama, para dosen senior mulai memenej tugas mereka masing-masing. Meskipun penyelesaian tugas mereka produk kolaborasi sebagian dosen lain bersama para aktivis mahasiswa, namun karya yang dihasilkan bukanlah mudah tanpa pengorbanan moril dan materil. Produk itu meliputi, tatib Mubes, rancangan AD-ART, dan pendataan alumni dari tahun 1963 hingga 1988. Dalam kata pengantar buku “Alumni Fakultas Teknik Unsyiah Selama 25 Tahun” tertanggal 17 September 1988, Dekan Fakultas Teknik waktu itu, Ir. Buchari RA, M. Eng, menyampaikan bahwa, “Pada bagian akhir buku ini, diurut nama-nama alumni Fakultas Teknik Unsyiah menurut tahun kelulusan masing-masing. Edisi pertama ini dipersiapkan untuk menyongsong Musyawarah Besar I  alumni Fakultas Teknik Unsyiah bulan September 1988 yang akan datang.” Logo KAFT untuk Mubes saat itu diciptakan Amat Lukis, alumni 1988, mahasiswa  angkatan 1977.

Perhelatan besar alumni Fakultas Teknik itu dilaksanakan di Gelanggang Mahasiswa A Majid Ibrahim dalam tiga agenda pokok, yakni seremonial, seminar, dan pemilihan ketua alumni. Aku sendiri berperan memimpin hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan. Sementara Wesli mengiringi dengan piano yang memang tersedia di convention centre itu. Banyak petinggi daerah yang hadir saat pembukaan, di samping para alumni yang berada di dalam dan luar daerah. Termasuk Pak Sudarsono, dekan pertama fakultas yang pendiriannya berada pada urutan ke-4 di lingkungan Unsyiah.

Karya besar para dosen senior, termasuk Pak Ali Ismail dan Pak Buchari, andil mengantarkan suasana musyawarah besar yang diusung bersama itu meraih kenyamanan dan kebersamaan total bagi semua alumni. Ketulusan yang mereka bangun mampu mewarnai sikap para alumni pada masa 25 tahun silam. Penghargaan sesama alumni cukup tinggi dari tiga jurusan, sipil, mesin dan kimia. Kebersamaan yang terjadi seakan tiada sekat, tiada batas pemisah untuk mengusung tujuan saling dukung dalam suatu komunitas. Tidak mengherankan, pada waktu itu muncul sosok pemimpin yang bisa diterima seluruh alumni, yakni Ir Usman Budiman yang berpenampilan low profil. Pria kelahiran Sigli, 28 Pebruari 1951 ini masuk Fakultas Teknik pada tahun 1970 dan diwisuda pada 2 September 1979.

Selasa, 22 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-6

Program Magister Teknik Sipil

Dr Ir Taufiq Saidi M Eng,
Ketua Prodi MTS pertama PPS
Unsyiah, 2005
Di tahun 2002, Program Pasca Sarjana (PPS) Unsyiah membuka prodi baru yakni magister teknik sipil  (MTS) melengkapi beberapa program magister lainnya. Ketua PPS Unsyiah kala itu Prof Dr Chairul Ikhsan, SE, sementara sekretaris PPS dijabat oleh Dr Ir Alfiansyah YBC. Karena program MTS merupakan program baru dan relatif sulit menggalang mahasiswa, Dr Ir Taufiq Saidi, M Eng dipercayakan untuk tugas sosialisasi hingga membangun sistem pengelolaan pembelajaran. Pada tahun ini juga penerimaan mahasiswa baru angkatan pertama dilakukan. Angkatan pertama sukses yang pembukaannya diresmikan oleh Gubernur Aceh, Abdullah Puteh. Angakatan kedua, Pak Taufiq mulai merambah wilayah sosialisasi ke berbagai kabupaten-kota. Aku merupakan mahasiswa angkatan kedua kelas B, bersama 28 rekanku yang lain. Bidang studi pada MTS masih terbatas dalam lingkup keahlian sumber daya air, transportasi dan manajemen konstruksi. 

Para dosen pengajar relatif muda dan cerdas ditambah dosen senior yang masih memiliki hasrat pengabdian yang tinggi seperti Ir Buchari RA, M Eng, Ir Sofyan M Saleh, M Eng dan Ir Ismail Yusuf, Dipl HE. Dosen-dosen muda waktu itu, Alfiansyah, Taufiq Saidi, Fakhrurrazi, Mubarrak, Surya Bermansyah, Ziana, serta beberapa  yang tidak mengajar di kelasku. Hari ini MTS semakin berjaya dan aku yakin semua ini andil tangan dingin dari para pendiri terdahulu. Semoga upaya para pengabdi ilmu ketekniksipilan ini diperhitungkan Allah sebagai amal shalih di sisi-Nya. 

SERI FAKULTAS TEKNIK-5

Terbentuknya Ikatan Sarjana Teknik Sipil (ISATSI)
Dr Ir Agussalim, M Eng
Melihat kevakuman interaksi antar sesama Sarjana Teknik Sipil, beberapa alumni Fakultas Teknik jurusan sipil yang dimotori Dr Ir Agussalim, M Eng membangun kebersamaan melalui pembentukan suatu wadah. Pada tahun 2002, dideklarasikan wadah dimaksud dengan nama, Ikatan Sarjana Teknik Sipil. Sebagai ketua ditunjuk langsung pencetus dan deklarator senior yakni Dr Ir Agussalim M Eng sendiri. Sementara yang bertindak sebagai sekretaris adalah Dr Ir Alfiansyah YBC. Tidak lama setelah itu, dilakukan pembentukan cabang-cabang di kabupaten-kota, Bireuen, Lhokseumawe dan Aceh Utara. Melalui musyawarah tiga kabupaten-kota tersebut yang dilaksanakan di Multipurpose PT Arun terpilihlah, Ir Razuardi, Ir Afdhal Hasan dan Ir Nasrullah Muhammad, MSi, sebagai ketua Isatsi Bireuen, Lhokseumawe dan Aceh Utara. 

Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh Isatsi Pusat mulai dari seminar ilmiah hingga kegiatan sosial seperti donor darah dan lain sebagainya, sejak 2003 hingga 2008. Meskipun belum terbentuk kepengurusan ke seluruh kabupaten-kota, gaung Isatsi sudah dapat dirasakan oleh para sarjana teknik sipil. 

Aku pernah berdialog dengan teman-teman sesama anggota Isatsi, "bahwa pemimpin Isatsi pusat haruslah dengan tingkat pendidikan doktoral supaya tidak tergiring ke dalam mindset politis," kataku. Sebab aku meyakini kehancuran organisasi biasanya akibat kekuasaan yang tidak pantas terjadi pada organisasi profesi seperti ini. Aku melihat dari mimik kawan-kawan, ada yang setuju ada yang diam saja.  

Pada suatu tahun, Pak Agussalim ikut kongres tentang wadah sarjana teknik sipil di Bali. Beliau memaparkan kondisi Isatsi yang sudah berdiri sejak beberapa tahun lalu sambil memperlihatkan AD/ART, Mars Isatsi, serta laporan kegitan. Pak Agussalim pernah menceritakan kegembiraannya itu kepada beberapa dari kami, anggota Isatsi. Pak Agussalaim telah banyak berkorban untuk organisasi ini baik dari aspek moril maupun materil, seperti membiayai sekretariat termasuk honor pekerja.

Sejak Pak Agussalim berpulang ke rahmatullah, kegiatan Isatsi vakum. Semoga para petinggi Isatsi mampu membangkitkan kembali potensi kebersamaan ini. Semoga upaya Pak Agussalim dalam membangun kebersamaan di antara para sarjana teknik sipil menjadi amal di sisi Allah SWT.

SERI FAKULTAS TEKNIK-4

Swasembada di Fakultas Teknik

Aku teringat nyanyian plonco atau ada yang bilang istilah itu dengan Posma, Mosma, dan lain sebagainya. Intinya, kegiatan itu sebagai orientasi pengenalan kekerabatan oleh para mahasiswa senior di lingkungan kampus. Aku sendiri pernah mengalami plonco ini pada tahun 1980 selama seminggu, saat baru memasuki Fakultas Teknik Unsyiah. Semua kami berkendaraan sepeda yang dihiasi bahan-bahan yang buruk, seperti goni bekas, kain lap yang kotor, kertas kusam, dan lainnya.  Semula acara itu menjengkelkan, namun jelang akhir cukup menyenangkan. Dari semua kejadian perploncoan, yang aku masih ingat beberapa lagu yang diajarkan mahasiswa senior kepada kami, yakni lagu Aku Cinta Fakultas Teknik, Selamat Malam, dan Buku-Cinta dan Pesta . 
Kantin Fakultas Teknik, aktif hinga beberapa tahun
setelah 1988. Dulu dijaga oleh sosok yang namanya Unyil
190113
Kampus Kita merupakan lagu jenaka yang menggambarkan suasana perkuliahan di fakultas itu. Ada yang bilang lagu itu dikarang Munar Gade, namun ada yang sampaikan ke aku lagu itu ditulis Zouhrawaty A Arif.  Namun ada juga yang mempersoalkan judul, ada yang bilang judulnya Lon Galak Gata. Bagiku terserah saja, karena kata-kata yang menyentuh dan memesankan bagi calon mahasiswa lebih aku resapi sebagai suatu kekuatan kebersamaan almamater. Liriknya kalau tidak salah begini :

Buku, Cinta dan Pesta atau Lon Galak Gata

Mari sama-sama kita semua
menuju kampus kuliah sama-sama
menuntut ilmu dan menjadi sarjana
di kampus kita menuju bahagia

di kampus kita sangat banyak ragamnya
bisa didapat tiga faktor utama
yang menghayati Buku Cinta dan Pesta
kelak mendapat gelar titel sarjana

Reff :

lon galak gata, gata galak keu lon
lon gata galak galak
I love you and you love me

Lama aku renungi dan cermati makna tersirat dari lagu itu. Pernah tersirat, mungkin ini merupakan doa dalam wujud lain dari para seniorku di Fakultas Teknik. Kukaitkan dengan kelangkaan kaum perempuan di tempat itu sehingga sulit rasanya bagi mahasiswa memperoleh jodoh. Ketidak-seimbangan yang cukup menyolok di antara dua lawan jenis yang sedang mengikuti proses pembelajaran. Di angkatanku saja, jurusan sipil 1980, dari 140-an mahasiswa angkatan itu, hanya ada 2 sosok perempuan, yakni Lisa dan Lina. Keduanya telah menjadi inventaris dalam catatan abang letting yang banyak mengaku telah sarjana muda.

Satu sisi upaya mempertahankan tradisi mendapatkan komoditas lokal aku rasa cukup positif. Aku evaluasi perjodohan yang terjadi sesama almamater yang lumayan dari jumlah pasangan. Dari kelompok pengajar juga banyak, dari pegawai fakultas lumayan ada dan dari alumni pun boleh dibuktikan. Di tahun 1990, aku berkesimpulan sementara bahwa di Fakultas Teknik Unsyiah telah berlangsung konsep swasembada pasangan berkelanjutan. Setelah aku hitung-hitung jumlah pasangan sesama ahli teknik yang terkonek di kampus, aku yakin lagu itu sedang menunjukkan maksudnya. Boleh jadi, isyarat  ikatan alumni semakin erat, karena rencana kerja dapat diselesaikan dalam batasan rumah. Begitulah anugerah dalam wujud lain dari Allah, pemberi pasangan pada makhluk-Nya.

Senin, 21 Januari 2013

SERI FAKULTAS TEKNIK-3

Fakultas Teknik lama yang sekarang
dipakai untuk Fakultas MIPA.
Terlihat atap rabung lima yang sudah direnovasi,
dulunya bangunan kayu dengan bentuk atap serupa, Aula FT
190113


Dengan asumsi kuliah di Fakultas Teknik relatif sulit di saat-saat pendiriannya, terindikasi pada tahun 1971 fakultas ini tidak mewisuda para sarjana. Namun, pada tahun 1972 Fakultas Teknik kembali bangkit melahirkan lima wisudawan, yakni :

Ir. Buchari RA, M. Eng, pria kelahiran Kandang, Aceh Selatan 5 Pebruari 1945, tahun masuk 1964, yudisium 1972. Beliau mengabdi sebagai dosen Fakultas Teknik Unsyiah hingga pensiun.
Ir. Ismail Yusuf, Dipl HE, pria kelahiran Aceh Utara 15 Desember 1944, tahun masuk 1964, yudisium 1972. Beliau juga mengabdi sebagai dosen hingga masa pensiun.
Ir. M. Noor, pria kelahiran Pidie 8 Juli 1943, tahun masuk 1964, yudisium 1972, berkiprah di Dep PU
Ir. Husni Daud, Dipl. HE, pria kelahiran Tapak Tuan pada 9 Nopember 1944 tahun masuk 1964, yudisium 1972, berkiprah di Dep PU
Ir. Tjut Ranian, MT, wanita kelahiran Meulaboh 22 Oktober 1945, tahun masuk 1963, yudisium 1972  Ibu Cut, panggilan akrab dosen wanita kedua di Fakultas Teknik ini, memilih mengbdi di kampus memperkuat barisan lima pengabdi terdahulu. Dari kelima wisudawan tahun 1972 ini hanya tiga orang yang bersedia mengabdi di Fakultas Teknik Universitas Syaiah Kuala. Tahun berikutnya, 1973, Fakultas Teknik hanya mewisuda satu orang sarjana, yakni,
Ir. Saharuddin, H. A, pria kelahiran 3 Juni 1944, tahun masuk 1963, yudisium pada 1973. Pak Sahar, panggilan akrab beliau memilih mengabdi sebagai dosen tetap pada almamaternya.

SERI FAKULTAS TEKNIK-2

Alfiansyah YBC

Mengukir Prestasi Jurusan Teknik Sipil

Sofyan M saleh
Gemilang jurusan Teknik Sipil pernah diraih pada tahun 2003-an. Dekan Fakultas Teknik Unsyiah waktu itu, Ir Thantawi Djauhari, M Sc masa priode ke dua (2000-2004). Pembantu Dekan (PD) I dijabat oleh Ir Hasballah Abdullah, M Sc, sementara PD II dijabat oleh Ir Jalaluddin, MT dari jurusan Teknik Mesin. PD III, yang mengurusi kemahsiswaan dijabat oleh Ir Yusri Yahya, MM juga dari jurusan Teknik Mesin. Untuk urusan kerjasama antar lembaga, PD IV, dijabat oleh Ir Joesbenz. Ketua Jurusan Teknik Sipil waktu itu digawangi oleh Ir Sofyan M Saleh, M Sc, sedangkan Sekretaris Jurusan Teknik Sipil diamanahkan kepada Dr Ir Alfiansyah YBC. Beberapa prestasi yang diraih antara lain, Pertama, pengakreditasian jurusan sipil menjadi A. Kedua, Pembukaan Prodi Magister Teknik Sipil, S2, diketuai Dr Taufiq Saidi, M Eng. Ketiga,  pembentukan Ikatan Sarjana Teknik Sipil (ISATSI), yang digawangi Dr Ir Agussalim, M Sc. Ke-empat, pengiriman kandidat doktoral (S3), yakni : Dr Ella, Dr M Isa, Dr Samsidik, Dr Affifuddin, Maimun Rizalhadi (pulang tidak melanjutkan karena keluarga terkena musibah tsunami), Dr Masimin, Dr Eldina Fatimah, dan Dr Azmeri. Kelima, terakreditasinya Jurnal Teknik Sipil. Atas upaya para dosen-dosen peraih prestasi di atas, tiada kata yang pantas diucapkan selain memohon imbalan dari Allah, pemilik ilmu pengetahuan.