Senin, 30 September 2013

KARYA TULIP


tulip dan tulip
dalam ekspresi jogya
dalam gelora ekspresi
melantun sesungukan
dalam ekspresi pula
tulip dan tulip

BERTEMU OTTO

Ketemu Otto

Aku ketemu Otto Nur Syamsuddin di Airport Sultan Iskandar Muda Banda Aceh (29/09/13). Sudah lama aku tidak mendengar beritanya, baik melalui koran maupun dari cerita kawan-kawan. Terakhir, Heru mengatakan bahwa Otto sudah bergabung denga n Komnas HAM, Jakarta. Di tahun 2007, aku dan Otto pernah bertemu di Penang, Malaysia, ketika aku mendampingi Bupati Nurdin Abdul Rahman dalam sebuah seminar.
Bersama Otto, Banda SIM, 29 September 2013
Saat bertemu tadi, Otto sedikit menyinggung proses keberadaannya di Komnas Ham. Dia juga bercerita tentang konsep ekonomi berbasis Ham, “pemikirannya sederhana saja, yakni menciptakan kondisi semua masyarakat berhak memiliki akses ke berbagai sumber ekonomi,” katanya. Ulasan Otto dalam lima menit di mini cafe tentang hal ini cukup mantap dan mudah dicerna.
Aku juga mencoba mengajaknya berdiskusi tentang konsep aparatur berbasis Ham. Ia merespon baik cerita itu, seraya menanyakan kondisi tempatku bekerja. Aku melanjutkan cerita, “bagaimana menciptakan pola pikir aparatur agar merasa berkewajiban melayani publik sesuai kompetensi yang didasari tugas pokok dan fungsinya,” kataku.

RAPAT FORMATUR KAFT KEDUA

Rapat Kaft Lanjutan
 
Razuardi Ibrahim dan kawan-kawan
dalam rapat KAFT, 28-09-13

Sabtu sore, 28 September 2013, Harouk Cafe ramai lagi dikunjungi para alumni Fakultas Teknik Unsyiah untuk kelanjutan rapat formatur. Ketika itu, terlihat Anton Kamal sibuk membenahi tempat rapat kecil sekira dua puluhan orang saja, di lorang angin cafe itu.  Para anggota formatur semuanya hadir kecuali Mohamad Tanwir alias Ba’ong. Hari itu tim formatur menerima daftar nama-nama anggota jurusan untuk dimasukkan ke dalam Dewan Pengurus Pusat (DPP) KAFT. Kesemua jurusan yang telah menghasilkan alumni, menyerahkan nama-nama anggotanya untuk direkrut menjadi pengurus, kecuali teknik sipil.

STAND ACEH TAMIANG

Bahasa Universal Di Tamiang
Atraksi hiburan rakyat stand Aceh Tamiang
Sabtu malam Minggu, 28 September 2013

Stand Tamiang setiap malam penuh sesak didatangi pengunjung, pada pesta seni budaya PKA-6 di Banda Aceh. Meskipun berbagai media tidak memberitakan kondisi ini, namun hiburan rakyat dapat dicapai dari tujuan instruksionalnya. Ada tiga hal yang menjadi perhatian pengunjung, pertama budaya Tamiang yang relatif berbeda dengan Aceh pesisir lainnya. Kedua, pada pentas seni Tamiang ditampilkan atraksi gendang raja sembilan berikut debus dari masyarakat pedalaman dan yang ke-tiga seni dendang Melayu. Dendang Melayu yang tampil setiap malam, menghadirkan artis pria dan wanita serta musisi Melayu yang memukau publik. Memang dapat dipahami, tempo musik Melayu cukup memanggil penikmat untuk berjoget.
anak muda Kota Banda Aceh berjoget
di stand 
Malam Minggu ini, suatu pembuktian bahwa musik merupakan bahasa universal, dapat tersaksikan manakala anak muda Kota Banda Aceh ramai-ramai berjoget di depan pentas sambil mengikuti lagu yang dinyanyikan. Jika lagu yang dibawakan merupakan lagu Aceh seperti “Bungong Jeumpa,” pemandangan yang disaksikan terhadap anak muda berjoget bukanlah hal aneh. Akan tetapi tatkala lagu “Anak Medan” yang dibawakan dalam bahasa Batak, mereka ramai-ramai menyahuti pada bagian tertentu dengan, “hoooraassss,” tentu keadaan boleh bermakna lain.
 
stand Aceh Tamiang, 28 September 2013
Tidak berlebihan, jika disimpulkan bahwa anak-anak muda Kota Banda menyenangi lagu tersebut dan mengundang instink mereka untuk berjoget. Tanpa sungkan dan malu mereka bergoyang dengan tangan di atas tiada lelah. Sebagian pengunjung berkomentar, bahwa para anak muda itu haus hiburan. Para orang tua memaknai lain tentang kondisi yang disaksikan di setiap malam pada anjungan Tamiang. Hampir tak terbantahkan, bahwa musik merupakan bahasa universal yang mampu menyentuh naluri sebagian orang untuk sama larut dalam irama.



Jumat, 27 September 2013

MALIOBORO

Razuardi Ibrahim, PKA-27-09-13

malioboro

berita sosok malioboro
nikmati malam
yang memilukan dari jauh
berkeras ingin terbang
sama bergelut lagi

28-09-13

GENDANG RAJA SEMBILAN

Gendang Raja Sembilan
gendang raja sembilan, 27-09-13
PKA-6

Pada Pekan Kebudayaan (PKA) Ke-6 kali ini, Aceh Tamiang menampilkan atraksi Gendang Raja Sembilan. Alat musik tabuh ini memang berjumlah sembilan buah dengan ukuran dari besar hingga kecil. Ukuran terbesar, yakni berdiameter 1,7 meter dan yang terkecil berdiameter 1 meter. Penabuh gendang terdiri dari sembilan orang seraya menyanyilkan syair-syair tertentu dalam bahasa daerah. Saat menabuh dan bersenandung, atraksi di lengkapi pula dengan beberapa penari pria yang juga turut bersenandung dengan syair-syair khusus. Ketika klimaks, pukulan gendang dan lantunan syair semakin kencang, para pemain debus menampilkan atraksi penikaman benda tajam yang mengikuti irama pula. Menurut Abu Kasim, pemimpin kesenian ini, atraksi gendang raja sembilan merupakan budaya Melayu yang sudah terpendam lama sejak masa kerajaan dulu.


Rabu, 25 September 2013

SEUDATI TAMIANG

Di Tamiang  terdapat juga sanggar yang mengajarkan tarian
seudati bagi generasi muda, khususnya di Kecamatan
Manyak Payed. Tampilan mereka juga cukup meyakinkan
banyak kalngan yang menonton. Pada PKA Ke-6, mereka
hadir untuk memperkuat delegasi Aceh Tamiang di event
seni budaya tersebut. Kolaborasi seni antar kawasan
dirasakan lebih mampu dan arif dalam menggalang
persaudaraan anak bangsa. Begitulah kinerja seni dalam
menterjemahkan anugerah Sang Pencita.