Selasa, 31 Desember 2013

KATA BIJAK 2014

Karyanya, 2009

“muasal fitnah yakni kolaborasi kedengkian dengan rasa tersaingi dalam diri individu tertentu”

(raju kualasimpang 01 Januari 2014)

TAUSIAH JELANG 2014

Razuardi Ibrahim pada Tausiah Tahun Baru 2014 (31.12.13)

Malam ini, 31/12/13, Pemkab Tamiang mengadakan zikir dan tausiah di tribun belakang Kantor Bupati. banyak pegawai dan masyarakat yang hadir, di samping unsur Forkopimda Plus. Penceramah pada malam itu cukup baik, yakni Ustad Rafiq Khan asal Binjai, Sumatera Utara. Beliau mampu membangun suasana tertib hadirin, selain memukau. Tidak pula ketinggalan, beliau membandingkan nuansa Islam di masa Rasulullah dengan sekarang. Lebih menarik lagi, tatkala beliau menggambarkan kondisi umat Islam di Thailand dengan di Indonesia. "Di Thailand negeri yang hanya berpenduduk Islam 12%, kejujuran terdapat di sana," katanya sambil menjelaskan kenderaan yang di parkir beserta kunci yang melekat aman dari pencurian. "Tempat kita tidak, kendaraan roda dua dikunci, ditambah pengaman gembok, di mesjid lagi, tetap hilang," tambahnya.  

Senin, 30 Desember 2013

PUISI BANJIR

jalan banjir

terbilang dingin malam tadi
terpaan deras air langit
menutup pandang jalanan idi
semburan air melintas jalan
terlindas roda mobil kencang

anak-anak kumpul menampung bantuan
di tepi jalan abaikan kuyup
dengan topi dan bejana plastik
tiada hardik kejam

bulan lalu tempat itu putus
jembatan hubung sementara rapuh
kendaraan besar kecil antri panjang
tiada senyum sambut suasana

kesal tadi malam datang banding
mengingat satu dari sosok-sosok tunggu lewat
melintas nasibnya dalam nanti waktu lama
tak pastikan bilamana raih tujuan
betapa cerita itu disesali
takpun hasrat kabari


kualasimpang, 30.12.13

PELIMPAHAN PBB

SERAMBI INDONESIA, 28.12.13

Tatkala Pajak Bumi dan Bangunan dilimpahkan ke kabupaten-kota, tentu diperlukan kesiapan aparatur pengelola. Tingkat kesiapan ini meliputi beberapa keterampilan, antara lain keterampilan pengutipan, penyiapan perangkat kerja lunak dan keras, dan lain sebagainya yang dirasa perlu. Sebagaimana layaknya pemberlakuan suatu aturan, pelimpahan pajak ini juga akan menuntut ragam konsekwensi. Tidak tertutup kemungkinan, pemanfaatan pajak ini sebagai pendapatan akan mengurangi subsidi lain bagi daerah. Jika hal ini terjadi maka dapat disaksikan kompetisi pembangunan daerah semakin terbuka. Bagi daerah yang tidak mampu mendulang pajak ini secara maksimal tentu pertumbuhan yang terjadi kurang menguntungkan.   

Minggu, 29 Desember 2013

KABINET PERDANA BIREUEN

Kabinet Perdana Bireuen

Jum’at malam Sabtu, 27 Desember 2013,  tatkala dalam perjalanan dari Banda Aceh menuju Bireuen, aku dihubungi Pak Zul via hape. Katanya, mereka lagi duduk santai dan minum kopi bersama Busra Nursyah, Bang Wan, dan Pak Zulkifli Asisten 3 di toko pengkolan Pulo Kiton, Bireuen. Aku mampir di situ karena mereka kangen berkelakar bersamaku malam itu. Tak lama dari ketibaanku, Murdani Asisten 1 pun datang setelah di-SMS salah seorang dari mereka. Dapat ditebak topik cerita yang kami bahas, tidak bergeser dari kenangan masa lalu tatkala Bireuen baru pemekaran dan kondisi kerja masing-masing saat ini. Aku merasa tidak tuntas bahasan malam itu karena aku tak mampu mengungkap sosok-sosok kabinet perdana tatkala Bupati Bireuen dijabat Pak Hamdani Raden. Selepas ngobrol bareng, aku menerawang ke masa lalu seraya mengingat kembali sesama kerabat yang membantu Bupati di masa itu. Seingatku, pelantikan kabinet perdana Kabupaten Bireuen dibagi ke dalam tiga tahap, yakni tahap pertama Nopember 1999, khusus Sekdakab. Pelantikan pejabat Bupati dan Sekdakab Bireuen dilaksanakan di Jakarta, dan prosesi ini menandai kabupaten ini telah terbentuk. Tugas Pejabat Bupati dan Sekda yakni menyusun struktur organisasi lembaga, dinas, badan, dan kantor daerah serta personal yang akan diposisikan dalam struktur dimaksud.
Razuardi Ibrahim saat pelantikan
pemekaran Kabupaten Bireuen, 05.02.00


Tahap kedua pada 5 Pebruari 2000, dilakukan pelantikan pejabat lembaga, dinas dan kantor. Sementara, pelantikan yang ketiga dilaksanakan beberapa bulan kemudian, di tahun itu juga. Pola rekrutmen pejabat yang dilakukan Pak Hamdani Raden waktu itu relatif sederhana, yakni dengan menerima nama-nama sosok yang akan menduduki jabatan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu dan kepangkatan sebagaimana ketentuan berlaku. Dari beberapa nama yang terekrut, Pak Hamdani Raden memanggil masing-masing untuk menanyakan beberapa hal termasuk kemampuan penyelesaian masalah pelayanan publik di dinas tersebut. Ketika itu, pejabat kepala dinas masih ber-eselonering III-b, sementara asisten dan Kepala Bappeda bereselonering III-a. Banyak hambatan dalam penyusunan kabinet di masa itu, di samping kondisi yang tidak kondusif. Terumit, kabupaten asal para calon pejabat tidak serta merta melepaskan dengan berbagai alasan. Namun  kegigihan Pak Hamdani Raden menghadap Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud, semua persoalan administrasi dapat terselesaikan dengan cepat.

Pj Bupati                                                         Drs Hamdani Raden
Sekdakab Bireuen                                       Drs Hasan Basri Djalil (tahap-1)

Asisten I                                                          Drs  Amiruddin (tahap-2)
Asisten II                                                         Drs Maimun Rasyid (tahap-2)
Asisten III                                                        Drs T Syarifuddin (tahap-2)

Ka Bappeda                                                 Drs Aiyub Ahmad, MSi (tahap-2)
Inspektorat                                                    Hamdani, SH (tahap-2)
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan       Drs Ibrahim Ali (tahap-2)
Kadis Kesehatan                                          Drg Hadi Kesuma, MM (tahap-2)
Kadis BM                                                         Ir Razuardi Ibrahim (tahap-2)
Kadis Pengrn                                                 Ir Syahbuddin, Msi (tahap-2)
Kadis CK                                                          Ir Razali Muhammmad (tahap-2)
Kadis Perhubungan                                     Drs Bachtiar Abdullah (tahap-2)
Kadis Pertanian                                            Ir Bustami Hamid (tahap-2)
Ka BPM                                                            Drs M Yahya (tahap-2)
Kadis Peternakan                                        Drh  Nurdin Hasballah (tahap-2)
Kadis Perkebunan                                       Ir Khatijah Hasan (tahap-2)
Kadis Kesbangpol                                        Drs Maksalmina (tahap-2)
Kakan Sosial                                                  Drs Aziz Mansur (tahap-2)
Mawil Hansip                                                 Najamuddin, SH (tahap-2)

Kadis Perikanan                                           Ir Helmi hamid (tahap-3)
Kadis Perindagkop                                      Sayed Zainuddin, SE (tahap-3)
Kadispenda                                                  Safwan, SE (tahap-3)

TAK PUNYA UANG PEMILU

Razuardi Ibrahim bersama Sekwan Tamiang
Hidayat, Desember 2013

Dialog Tak Punya Uang Pemilu

Suatu malam di bulan Desember 2013, aku makan malam bersama Bupati Aceh Tamiang dan beberapa kawan. Salah satu dari kawan tadi merupakan peserta pemilu legislatif tingkat kabupaten yang akan berkompetisi pada April 2014. Dia bercerita bahwa dia tidak memiliki dana yang cukup untuk persiapan pesta demokrasi tersebut.

Lantas aku bertanya,
“berapa suara bapak perlu? ”.

Dia menjawab,
seribu lima ratus suara”.

“Jadi berapa bapak perlu uang?,” tanyaku lagi.

Paling tidak dua atau tiga ratus juta lah untuk semuanya,” jawabnya berharap mendapat respon bantuan dariku.

“O, tidak banyaklah,” kataku singkat.

“jadi............ ?,” sambutnya setengah penasaran dengan mata berbinar.

“Bapak utang saja sama 1500 atau 2000 orang pemilih di daerah bapak, masing-masing seratus ribu dan janji bayar setelah pemilu,”  sambungku lagi.

“Wah apa maksudnya, payah lah itu,” katanya setengah kecewa.

“Kok payah, ini sambil menguji benar atau tidak mereka setia kepada bapak,” jelasku.

“Nanti bayarnya gimana ?,” tanyanya penasaran.

“Tidak usah digunakan uang itu, cuma untuk mengikat batin saja, jika ada yang tidak memberi artinya dia tidak setia kepada bapak dan tidak akan memilih bapak,” jelasku lagi.

Iya juga ya, cuma capek juga mencari orang sebanyak itu,” gumamnya.

“Ah, tidak lah kalau diatur. Setelah pemilu kembalikan uang itu,” kataku lagi.


Aku lihat dia merenung sejenak seraya mengunyah tumis kangkung dan disambut gelak tawa kawan-kawan lain serta Bupati. Aku menjelaskan juga, bahwa sebenarnya pemilu itu tidak perlu mengeluarkan uang atau membeli suara.  “Apa adanya saja Pak,” kataku ketika awal bahasan. “Tapi tidak mungkin tanpa uang, karena orang lain semua pakai uang,” sahutnya. “O, iyalah karena zaman sudah terbalik-balik, kita balik saja konsepnya,” sambungku lagi seraya menjelaskan jika kita tak mampu memberi uang maka kita harus mampu mengutang uang pada konstituen.

PUISI RENUNG JELANG ASHAR


renung jelang ashar

cemberut seraya jinakkan balita
jelang ashar ceria
tiada sambung rasa tadi
di jelang makan siang itu
membisu tanda kesal

ceria saling lirik
saksikan tiga kanak teriak merebut es krem
terhalau pangkuan kakek
baru pulang pesta tetangga

nenek tersapa kakak
melempar senyum
menuntun satu ruang bahas
cerita adik pungut jelita yang mulai nakal

rona memerah rada mencari
mengais dokumen di laptop hitam
tanda abdinya meski berpengawal
permisi pulang tanpa sahut keras
begitu

bergegas jalan kualasimpang-29.12.13