RAZUARDI IBRAHIM di Gandapura, 2006, saat baru dilantik sebagai Kepala Bappeda Bireuen |
Kawasan Gandapura dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) |
SENI EKSPLOITASI KAWASAN
Sketsa Kawasan Gandapura Dengan Konsep Kebutuhan Pertumbuhan, tahun 2005 |
Gandapura, Membangun Dengan Kekuatan Kawasan
Kali ini saya mengulas
tentang uji coba pertumbuhan kawasan, yakni Kecamatan Gandapura, Kabupaten
Bireuen Aceh. Uji coba yang saya maksudkan bukanlah upaya coba-coba, akan
tetapi mencoba menggerakkan potensi kawasan agar menjadi suatu ide pertumbuhan
yang dapat sama diakui oleh semua elemen kawasan.
Pada saat saya
dipercayakan menjadi Kepala Bappeda Kabupaten Bireuen pertama kali, yakni 6
Desember 2005, masa Bupati Mustafa A Glanggang. Saya berdiskusi dengan beliau
tentang teknik-teknik membangkitkan ekonomi kawasan, dan beliau respon sekali
kala itu. Pada 9 Desember 2005 saya membuat sketsa kawasan Gandapura, seadanya,
hadiah dari saya untuk hari ulang tahun saya ke 44.
Dalam laporan
terdahulu di Bappeda, banyak fasilitas yang dibangun pemerintah terbengkalai di
sana, seperti pasar hewan, pabrik pakan ternak, dan lain sebagainya. Saya
berasumsi waktu itu bahwa pertumbuhan Gandapura akan terpuruk mengingat pertumbuhan
Kota Kutabalang yang berdampingan langsung dengan Gandapura, di sebelah barat,
begitu hebatnya. Banyak orang-orang berniat berdagang di tempat itu, yang
diindikasikan dengan banyaknya tumbuh ruko baru dan hari pekan yang ramai.
Tidak kalah ketinggalan, Kota Krueng Mane, Kabupaten Aceh Utara yang terletak
berdampingan langsung di bahagian timur, juga menunjukkan pertumbuhan luar
biasa. Gandapura terjepit di antara dua pertumbuhan ekonomi kecamatan yang kuat,
yang berpeluang menjadikan masyarakat Gandapura menjadi konsumtif tanpa
produksi karena harga barang lebih murah di dua pertumbuhan yang menjepit itu.
Awal 2006,
saya coba meliput ke kawasan kering dan tinggi, Glee Kuprai, bagian selatan
Gandapura bersama dua rekan wartawan, Yusmandin Idris dari Serambi Indonesia
dan Desi Safnita dari Harian Raja Post, di samping beberapa rekan lain dari
Pemkab Bireuen. Saya merasa berkepentingan untuk mengekpose kawasan itu ke
publik guna mendapatkan respon, sharing,
kritikan, komentar, dan nilai positif lainnya. Sepulang dari tempat itu saya melihat
kembali sketsa kawasan Gandapura beserta beberapa kebutuhan kawasan yang
dirasakan dapat dijadikan titik tumbuh ekonomi. Sketsa itu saya perlihatkan
kepada Ismail Adam, tokoh partai politik asal daerah itu. Respon beliau serta
merta dan menjadikan saya lebih akrab serta dapat dijadikan rekan diskusi. Di
coretan sketsa seadanya itu saya mengkhayal di tempat itu mestinya ada sekolah
pertenakan, pabrik minyak kelapa, pabrik pakan yang berproduksi, pabrik besar,
dan lain sebagainya, yang waktu itu tidak ada sama sekali, kecuali pasar hewan
terbengkalai dan pabrik pakan ternak yang terbiarkan.
Ternyata banyak
hambatan dalam menterjemahkan konsep ini ke sistem yang ada di lingkungan saya
bekerja. Keuangan daerah yang belum kondusif, tenaga ahli yang minim, opini
apatisme berkembang, dan lainnya, cukup memperberat pertumbuhan ekonomi. Dari
beberapa presentasi yang saya lakukan, termasuk di legislatif dan
lembaga-lembaga teknis daerah di Bireuen,
tidak membuahkan produk legalitas maupun desain teknis untuk landasan eksploitasi
kawasan. Namun saya tetap menikmati sebagai suatu aktivitas seni yang harus
dilalui. Waktu itu saya berusaha menghibur diri dengan semboyan, “Inilah
Kanvas Sesungguhnya”.
Razuardi bersama Bupati Nurdin dan Muspika Gandapura rapat persiapan kawasan |
Pada tahun
2007 saya dipercayakan Bupati Nurdin sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan
Sekretariat Kabupaten Bireuen, di samping tugas temporer sebagai Bapel KIB.
Dalam posisi ini saya berpeluang mengajak rekan-rekan untuk berfikir kawasan. Tahun
2009 saya kembali lagi menjadi Kepala Bappeda setelah reposisi struktural
produk mutasi. Hari itu saya ternikmati dengan menemukan kembali kanvas yang
hilang, kawasan Gandapura. Saya bicara
lagi dengan bupati yang menjabat tentang konsep yang terbengkalai. Bupati
humanis inipun bersedia untuk mendampingi aktivitas saya dalam mengunjungi Gandapura
setiap saat. Dalam diskusi lanjutan, saya bersama Ismail Adam dan beberapa
rekan mencoba mengulang kaji tentang judul konsep kawasan ini. Dengan
keterbatan yang ada, produk diskusi hanya mampu menghadirkan suatu ungkapan
konsep yakni, “Kawasan Industri Perternakan Terpadu Gandapura”.
Razuardi, Damdim Bireuen dan Kapolres Bireuen meninjau kesiapan PKS Gandapura |
Singkat kisah,
berbagai tempat konsentrasi masyarakatpun tumbuh di sana mendampingi pasar
hewan tradisional yang telah lama menjadi andalan kawasan itu. Beroperasinya
pabrik kelapa sawit (PKS), pada 2011, dalam sekala besar di dataran tinggi
Gandapura semakin menjadikan kawasan itu dikunjungi berbagai pegiat ekonomi. Di
samping saya menikmati kanvas terlukis oleh waktu, ulasan ini dapat dijadikan
informasi bagi ang memerlukan. Setidak-tidaknya, semua kita terinformasikan teinformasikan
tentang waktu relatif yang diperlukan untuk pembangunan kawasan di Bireuen, yakni
2006 hingga 2011, lima tahun. Hari ini kanvas itu dinikmati banyak
orang, investasi dunia usaha dan masyarakat lumayan besarnya di sana. Tidak
perlu khawatir terhadap ketiadaan atau keterbatasan finansial pemerintah, kemudahan
perizinan dan respon serius dari aparatur cukup kuat dijadikan investasi
pemerintah untuk menggerakkan kawasan. Begitulah kehendak alam. [rajju, 130612]
Bersama Yusmandin Idris di Gandapura, 2006 |
SMK Perternakan Gandapura |
PKS jelang selesai konstruksi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar