Illustrasi
Sejarah
Aku mengikuti beberapa seminar sejarah keberadaan Tun Sri
Lanang yang membahas tentang perjalanan sejarahnya. Aku tertarik untuk menelaah
hal ini mengingat pentingnya informasi ini diteruskan ke generasi mendatang.
Dari berbagai leteratur dan makalah para pakar, aku tuangkan
ke dalam goresan sketsa, guna menyederhanakan cerita tentang sosok ini.
Tak lupa pula kutuliskan syair ringkas dari apa yang kubaca
dan kudengar. Ada
juga yang sudah dijadikan nyanyian yang diberi judul MARS TUN SRI LANANG.
Singkat cerita dari yang kubaca, Tun Sri Lanang adalah
seorang Datok Bendahara di negeri jiran Malaysia, tepatnya di Batu Sawar,
Johor. Beliau dibawa ke Aceh pada tahun 1613 M, tatkala terjadi penyerangan
oleh Iskandar Muda ke negeri itu. Di
Aceh Tun Sri Lanang diberi wilayah kehulubalangan Samalanga. Di sana beliau mangkat.
Meskipun masih perlu penelaahan lanjutan, aku memberi
apresiasi kepada para sejarawan yang mengungkap informasi ini.
1613-1615
Sebagai Penduduk Samalanga
Tunduk patuh layaknya kaum tertawan
Tak bantah berbagai titah
Jauh berharap menatap negeri
Tertinggal di seberang sana
Hari berlalu berhias renung
Tiada bersesal terusung nasib
Nikamati negeri baru luar duga
Untuk kuat ungkap suasana masa
Tuntaskan karya
sastera
Pemilik ragam
talenta makin terkagumi
Tutur dan fatwa
terpercaya
Kasih sayang
sesama menyeluruh
Tiada bantah
pinta khalayak
Sama berbagi
tak pilih kasih
Sekejab
Samalanga tumbuh kembang
Kerumunan ikan
gelepar di jaring
Hijau ladang
lambungkan panen
Kuning padi
padati lumbung
Laksana tetes
minyak di air
Hingga akhirnya
semua meminta
Utus satu
pemuka yang pantas pimpin mereka
1614
Menyelesaikan Sulalat al Salatin di Samalanga
Buku Sulalat al Salatin mulai ditulis pada 1612
Di Johor, Malaysia
Dalam status masih sebagai tawanan
Tun Sri Lanang melanjutkan karya besar itu
Tahun 1614, buah tangan bernilai tinggi rampung
Sosok penulis yang setara Shakespeer di Eropa
Patut menjadi milik nusantara
Bahkan semua negeri Melayu di Asia Tenggara
1615
Ekspedisi Ke
Kutaraja Perampasan
Siwah
Kapal belayar
tumpangi utusan
Menghadap Sultan di
Kutaraja
Tun Sri Lanang
turut serta
Alasan cendekia
berbudi tentunya
Panglima Peut Misee
pimpin ekspedisi
Sultan mafhum
hasrat penduduk
Bertitah syarat
bagi sosok raja Samalanga
Sebilah siwah
ditunjukkan
Bagi yang punya
layak bertahta
Utusan pulang
nyatakan sedia
Temukan pemilik
siwah
Tak tersirat
pemilik di tengah mereka
Tun Sri Lanang
berdiam hampa
Layar kembali tuju
saudara
Perjalanan tidak
semulus pergi
Seputar Laweung, Pidie, kapal diterjang badai
Seluruh awak bertahan selamatkan diri
Tak pun peduli pakaian tercabik
Badai laut buka tabir pemilik
Siwah terselip tersaksikan
Panglima Peut Misee membelalakkan mata
Saling rebut dan bertahan jadi adegan
Tun Sri Lanang selamatkan warisan leluhur
Tiada pilihan lain
Diri mencebur ke laut, siratkan tak rela
Siwah pusaka terbawa serta
Dua Belas Masyarakat Menghadap
Sulthan Iskandar Muda
Tun Sri
Lanang Tak Diperkenankan Masuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar