Wangi Bunga Aceh
Para wanita
Aceh telah memanfaatkan aroma beberapa jenis bunga untuk ciptakan suasana
nyaman dalam ragam acara atau perhelatan, ritual tertentu seperti ziarah, dan
lain sebagainya. Wangi yang dimanfaatkan untuk itu masih dalam wujud bunga
segar yang ditempatkan dalam wadah tertentu seperti dalong, talam, atau wadah
terbuka lainnya.
Sekurang-kurangnya
ada tiga jenis bunga yang terkenal di Aceh dan kerap menjadi trade mark dalam berbagai penamaan,
seperti sanggar, kelompok kerja masyarakat, group tari, dan sebagainya. Jenis
bunga dimaksud yakni, bungong jeumpa (bunga cempaka), bungong seulanga (bunga
kenanga), dan bungong meulu (bunga melati). Ke-tiga jenis bunga tersebut
memiliki wangi yang berbeda dan mampu dibedakan seketika. Bentuk dan jenis
tumbuhannya pun berbeda, meskipun batangnya memenuhi unsur kayu. Cempaka
memiliki bentuk panjang lancip dan memiliki dua jenis warna yakni, kuning dan
putih. Pohonnya tinggi hingga mencapai belasan meter.
Kenanga juga
memiliki pohon yang tinggi seperti cempaka, namun ada juga berjenis pohon
rendah. Bunganya berwarna hijau kekuningan dengan bentuk seperti daun
memanjang. Melati memiliki pohon yang rendah, paling tinggi seukuran manusia.
Warna bunga ini putih bersih, namun dari jenisnya ada yang terdiri dari satu
kelopak bunga, ada yang berlapis.
Tak jarang
pujian kepada gadis tertentu diibaratkan seperti bunga-bunga ini yang sering
diungkap lewat syair lagu. Di saat farfum belum dikenal luas di Aceh, para
wanita menyematkan bunga-bunga ini pada sanggul mereka. Ketiga bunga ini
dirangkai memanjang untuk mudah dililitkan pada sanggul.
Masyarakat
Aceh sudah memanfaatkan aroma bunga alami ini sejak masa kerajaan dulu. Untuk
mengharumi istana, bunga-bunga ini ditamam di taman sehingga tatkala mekar
keharuman menyusup ke ruang istana. Untuk mengharumkan ruangan, ketiga jenis
bunga ini ditempatkan dalam wadah tertentu seperti diceritakan di atas.
Keharuman yang disebarkan bunga-bunga ini bertahan kurang lebih hingga tiga
hari, sebelum kering pada hari selanjutnya.
Semerbak ini
juga dimanfaatkan masyarakat Aceh masa lalu untuk pelengkap aroma pelaminan sekaligus bahan dekorasi. Belum lagi untuk
ritual tertentu yang mentradisi di tengah masyarakat, seperti peusijuk,
peusunteng, dan lain sebagainya. Memang banyak jenis bunga yang digunakan
masyakat Aceh terdahulu, seperti bunga tanjung, mawar, dan lainnya, namun tidak
sehebat kharisma ke-tiga bunga ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar