Kompetisi
Pelantikan Saat Menjadi Asisten II Setdakab Bireuen, 2001 |
09122001
Kata itu biasanya dikonotasikan
sebagai suatu upaya untuk melahirkan sosok pemenang atau juara. Makna seperti
itu parsial yang terbangun dari situasi masyarakat moderen yang lebih
mementingkan apresiasi sosial dari suatu pemenangan pertandingan.
Namun perlu disadari, bahwa nuasa
kompetisi selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Konteks seperti ini lebih mengarah kepada memahami bahkan menyiasati makna
kompetisi makhluk hidup dengan lingkungannya. Sulit dibayangkan, bagaimana
mungkin ikan-ikan rawa tetap bertahan hidup dalam air minim dipersawahan kering
setelah ianya berkompetisi dengan kemarau.
Peristiwa ini merupakan kodrat alamiah dan akan terselesaikan
dengan sendirinya.
Perlu dicermati lebih lanjut, makna
kompetisi dalam arti pertandingan, perseteruan, perlombaan, dan lainnya, secara
mendetail dan sportif. Meskipun parsial, makna memenangkan kompetisi seperti
diuraikan di atas, lebih banyak dimanfaatkan oleh manusia moderen untuk
menyatakan keunggulannya, seperti komunitas peserta pemilu. Tidak pula jarang
peserta kompetitor itu melakukan tindakan di luar batasan objektif dan fair-play. Berlanjut
dengan berbagai upaya agar sistem penentu pemenangan dapat memberi nilai
keunggulan bagi sosok kompetitor tertentu. Peluang yang terbuka terhadap
berbagai upaya itu lebih membangkitkan keleluasaan bagi kompetitor yang berhasrat
dan mengenyampingkan hak-hak objektifitas. Sehingga tak jarang para
kompetitor membangun kredibilitas dirinya dengan menginventarisir kelemahan
lawan kompetisinya. Bahkan memperbanyak jumlah kekurangan dengan menambah hal
negatif yang sesungguhnya tidak dimiliki oleh lawan kompetisi sekalipun.
Fenomena ini lebih mudah
diibaratkan dengan suatu pertandingan bulu tangkis. Kedua belah
pihak berhasrat memenangkan pertandingan dengan berbagai ketangkasan yang
dimilikinya. Namun, karena kegagalan pemukulan bulu ayam (bola badminton)
diperhitungkan sebagai point bagi lawan maka setiap pihak sangat menantikan
lawan bertindak ceroboh agar lebih banyak out-ball
dari masing-masing pihak lawan. Lalu, perlu dicermati bersama pula, bagaimana
kelayakan seorang pemenang pertandingan itu, jika kemenangan yang diperoleh
hanya melalui kegagalan smash dari pihak lawannya. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, jika
lawannya melakukan smash, atlit curang itu meninggikan net, sehingga bola kerap
tersangkut di net. Dan menanglah ia dalam pertandingan itu.
Cerita kompetisi ibarat
pertandingan bulu tangkis ini banyak diamalkan oleh para birokrat. Mempertinggi
kualitas diri dengan mengurangi kredibilitas birokrat lain yang dianggap
berpeluang menjadi kompetitor dalam menduduki suatu jabatan tertentu. Di
sinilah diperlukan wasit untuk menginformasikan kriteria pertandingan yang
berkualitas, dengan tujuan agar pertandingan yang dilakukan memuaskan seluruh
penonton.
Catatan
di atas kutulis pada 9 Desember 2001, setelah Kabupaten Bireuen melakukan
beberapa kali pelantikan pejabat. Di saat itu aku menyaksikan beberapa rekan
mulai kasak-kusuk melobi para pihak berkepentingan yang kuasa menempatkan
posisi pejabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar