Pagi
kemarin, Senin (1/4/2013), Taufiq Saidi meneleponku tatkala aku sibuk sekali di
Bireuen. Doktor ahli beton yang juga dosen pada Fakultas Teknik (FT) Unsyiah
itu menceritakan pertemuannya dengan Rachmatsyah Nusfi di Banda Aceh. Lantas,
Taufiq menceritakan tentang ianya dipanggil Dekan FT untuk menyelesaikan tugas
pembuatan “Buku 50 Tahun FT” yang
memang sudah berusia setengah abad di tahun ini. Dia juga menambahkan, bahwa
perlu bantuan dan kawan-kawan dan jika tidak didukung kawan-kawan, dia akan
menolak tugas itu. Aku kurang meyakini ungkapan Taufiq, karena masih banyak
kawan-kawan lain sesama alumni yang lebih memiliki kompetensi, lantas, “aku tidak berhak memberi jawaban Fiq,
karena aku dan kawan-kawan di bawah kendali Maimun Bewok,” kataku. Dalam dialog
via telepon selular itu, Taufiq minta dikirimkan nomor Maimun dan aku
mengirimnya. Aku harus berkata terus terang kepada Taufiq, karena Maimun pernah
bercerita kepadaku beberapa bulan silam tentang rencana perhelatan “Setengah Abad Fakultas Teknik Unsyiah” di
pantai utara dan timur Aceh yang memang usungan beberapa alumni yang berbakti
di beberapa perguruan tinggi kawasan itu.
Maimun dan Taufiq Saidi, 2005, tradisi keakraban antar angkatan |
Jelang
Maghrib hingga malam, Maimun meneleponku menceritakan tentang dialognya bersama
Taufiq beberapa saat tadi. Aku lebih banyak mendengar cerita Maimun seputar
kisah masa lalu kami dan kawan-kawan di kampus. Suatu hal yang diingatkan Maimun kepadaku tentang
pesan Ayah Panyang alias Ir Yusmaini (alm) pada tahun 2008. Menurut Maimun dia
juga bersedia membantu Taufiq asal ada permintaan Dekan FT, ”agar tidak dianggap kita peu roeh-roeh dro,”
katanya. Aku paham maksud Maimun,
bahwa ianya tidak sepakat jika terkesan melibatkan diri dalam urusan fakultas
tanpa diminta. “Ini urusan fakultas, beda
dengan urusan alumni,” katanya lagi. “Iya
juga Mun, tidak usah menggaruk kalau tidak gatal,” kataku sedikit
berkelakar. “Aku bilang juga pada Taufiq,
bahwa kehancuran alumni karena kita silau dengan jabatan orang-orang tertentu,”
lanjut Maimun. “Dan sejak mahasiswa dulu
kita tidak pernah mendapat keuntungan dari kegiatan yang kita buat,” kata
Maimun kesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar