terjemahan novel The Realistict Experience
karya Romel and Darcy
Terawang
Sesaat kami bergegas duduk
di kursi semula bersebelahan. Ditatapnya aku lama dan dalam sekali. Dia rada menangis
berkata-kata untuk mengakhiri cumbuan seperti ini pada temu lanjutan. ”Sudahlah ini yang terakhir sayang ya”, suaranya parau tertahan.
Dilanjutkannya lagi gumam kecil dengan
suara terisak. Ditempelkan pula dahinya ke meja kerja sembari tangannya menekan
kepala pulpen. Aku menatapnya tanpa
jawaban. Iba menguasai seluruh perasaanku tanpa kompromi. Kerongkonganku sesak,
sulit sekali mengeluarkan sepotong katapun. Kuusap kepalanya, perasaanku
semakin tak menentu. Lantas kupilih duduk berhadapan dengannya, mataku mulai
berkaca-kaca. Kutatap dia yang masih tertunduk sembari berkata lirih
sesunggukan. Aku tak tak tahan melihat Sefney seperti itu. Batinku menjerit,
kucari jalan untuk keluar ruangan menuju halaman yang gelap. Agar Sefney tak
melihatku kalau-kalau airmataku tertumpah di hadapannya. Kusadari tak pernah aku sesedih malam itu.
Hatiku berkecamuk,
bertanya, mengungkap, bahkan menghujat diri. Aku
bersalah menyiksanya dengan cinta agung itu. Namun rasa melindungiku semakin
besar saja. Aku tak rela Sefney disakiti oleh siapapun. Apalagi oleh diriku, karena
ianya mengakui kasih sayangku untuknya teramat besar. ”dia tak boleh tersiksa
oleh cinta ini”, benakku berbisik.
Malam itu kami lanjutkan ke
sebuah pesta yang kurang aku sukai. Tapi Sefney merasa penting dengan pesta
itu. Meski kupaksakan, aku tak dapat menikmati pesta itu, kerongkonganku masih
tersengal. Meski terlihat aku tertawa bersama kerabat lain. Sesekali kulirik
posisi Sefney yang tengah berbaur sesama rekan. Perasaanku lega tatkala
terlihat ia terhibur oleh tampilan beberapa sosok di pesta itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar