Razuardi Ibrahim, Jakarta 2014 |
Keliru Tokoh
Umumnya, kita sering keliru melihat tampilan orang-orang
di ibukota. Sering pula mengira bahwa yang dihadapi adalah tokoh daerah yang
sukses di Jakarta. Padahal mereka itu tidak lebih dari agen-agen jabatan yang
kerap mengelabui pegawai-pegawai daerah. Kemarin (Selasa, 15/04/14) aku bertemu
dengan salah seorang yang tidak kukenal namun dia pernah menginformasikan
tentangku bernilai negatif kepada orang dekatku, meskipun kami tidak saling kenal. Abangnya merupakan pejabat di Jakarta, yang
menurutnya memiliki hubungan kekerabatan yang kuat dengan para petinggi pusat.
Dia katakan, “kalau jadi pejabat di
Jakarta, Sabtu dan Minggu tidak tahu mau pergi kemana”. Aku
memperhatikannya tanpa respon namun berusaha memaknai berbagai maksud
pembicaraannya. Dalam lanjutan pembicaraan, dia menganjurkan agar kami membuat
proposal untuk kegiatan tertentu seraya, “biar
saya antarkan ke abang,” katanya. Kali ini aku sedikit terusik dan memberi
respon tentang kebutuhan daerah yang tidak asal minta. “Kayaknya yang kita butuhkan hanya kewenangan investasi bang, dalam
wujud regulasi” kataku singkat. Dia mencoba mensiasati jawaban dengan
berpura-pura mengakui. Tapi aku menyimpulkan dia sedang menokohkan diri, namun gagal
untuk menokoh, istilah anak Medan untuk bualan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar