Proses
Pemilihan Ketua KAFT 2013-2018
Kandidat Damai di Lustrum Ke-lima KAFT, 07.09.13 |
Sabtu,
7 September 2013, tatkala aku dan beberapa yang lain ditunjuk oleh peserta
sebagai kandidat Ketua Kaft priode 2013-2018, banyak hal yang menarik untuk
dicermati. Sejak berkumpul di Harouk Cafe tadi malam, kawan-kawan dari Parbu terlihat
cemas berharap terhadap kemungkinan adanya perubahan mindset organisasi KAFT, wadah alumni Fakultas Teknik Unsyiah. Mereka
terdiri dari kerabat alumni jurusan mesin di bawah angkatan-ku dan kelompok
jurusan sipil yang juga jauh di bawahku.
Sejak
siang, tatkala aku masih di Jakarta, beberapa kawan senior yang dulunya aktivis
kampus seperti Anton Kamal, Munizar, Erick Kethank, Maimun Bewok, Rachmatsyah
Nusfi, Wesli dan beberapa yang lain menelepon untuk menanyakan kehadiranku pada
MUBES KAFT KE-V, di esok hari. Lewat SMS aku mengabarkan bahwa aku akan merapat
ke Harouk Cafe seraya memohon agar Anton Kamal dapat menjemputku di Airport
Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Sore itu juga aku sudah ditunggu Nono, supir
Antor. Setiba aku di Harouk Cafe, jelang Maghrib hari itu, terlihat Dek Is,
duduk berdua sesama alumni teknik mesin sedang menanti. Selepas Maghrib hingga
tengah malam, kawan-kawan dari berbagai jurusan dan penjuru datang bergabung
untuk berseloroh mengenang masa lalu. Menurut Juned, alumni teknik sipil
angkatan 2006, jumlah mereka yang datang bergantian tidak kurang dari seratus
orang. Anton Kamal, alumni teknik sipil 1982, terlihat kasak kusuk bersama
Maimun Bewok untuk mencalonkanku besok. Aku memberi alasan untuk menolak, bahwa
sebagaimana komitmen Parbu (Parte Buruh) untuk mencari sosok junior, alumni
1990-an hingga 2000-an. Di sela-sela
itu, terlihat dua alumni muda yang kerap melobi agar dilakukannya voting dalam
pemilihan esok hari, namun kurang terpedulikan oleh aktivis Parbu. Di sela-sela
canda dan tawa malam itu, beberapa alumni teknik mesin berbisik canda, bahwa
mereka pulang dari jauh ke Banda Aceh hanya sekedar menjawab facebook meeting.
Keesokan
harinya, tatkala Mubes berhasil menjaring beberapa sosok bakal calon, termasuk
aku salah satunya, kawan-kawan dari Parbu memenuhi ruangan sidang Balee Keurukon Fakultas Teknik.
Sebelumnya aku memimpin sidang, namun setelah namaku muncul sidang kuserahkan
kepada Suraiya Kamaruzzaman, alumni teknik kimia angkatan 2006. Setelah Suraiya
meneliti kandidat melalui berbagai komentar para peserta, tinggallah lima orang
kandidat untuk divoting dalam pemilihan itu, yakni Husen Ismayanda (teknik
kimia 1977), Jufrizal (teknik mesin 1978), Razuardi Ibrahim (aku dari teknik
sipil 1980), Mohammad Tanwier (teknik sipil 1987) dan Teuku Indra (teknik
arsitektur 1998). Husen Ismayanda waktu itu membuat penggalangan agar tiada
voting dalam pemilihan ketua umum KAFT. Setelah sidang dimulai usai rehat
Ishoma, Suraiya kembali memimpin sidang. Di saat itu pula Husen menunjuk tangan
agar diberi kesempatan kepada kami berlima yang ditunjuk sebagai kandidat, mengadakan
pertemuan kecil. Terlihat adanya komentar kecil dari beberapa peserta junior
dan senior atas usulan itu.
Dalam
rapat kecil itu, Husen selaku alumni yang senior membuka bicara bahwa tidak ada
voting dalam pemilihan kali ini. Lantas aku menyatakan setuju seraya menunjuk
salah satu dari kami untuk menjadi ketua. Pertama aku arahkan pertanyaan itu
kepada Husen kemudian Jufrizal, mengingat mereka merupakan para seniorku.
Keduanya menolak, dan menunjuk aku sebagai ketua sesuai alasan Jufrizal bahwa
komunitas sipil lebih banyak dari aspek kuantitas. Aku menerima penunjukan itu,
karena sejak awal aktivis Parbu telah mengabarkan untuk tidak melakukan voting
agar tidak terjadi lagi perpecahan di tubuh KAFT. Suasana damai dan saling mengakui cukup kuat untuk mendukung kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar