Kolaborasi
Berujung Mimpi
Dalam
hitungan bulan Abdul Kolaboy tidak menemui kekasihnya Siti Kolabayanti.
Sepasang anak manusia berlainan jenis ini terakui oleh lingkungan di kotanya
sebagai pasangan serasi. Beberapa bulan lalu pria paruh baya ini bertugas ke
daerah lain sesuai permintaan tempatnya bekerja. Saling merindu sudah
selayaknya menjadi pendamping mereka masing-masing. Kali ini Siti Kolabayanti tidak
ingin melayani kabar dari Kolaboy, “pedih,”
kata Siti dua minggu silam. Kolaboy memahami hal ini dan tidak pun
dibantahnya penyataan kekasih yang sangat dicintainya itu. Selain kesibukan
Kolaboy yang luar biasa dalam melayani tamu dari kantor pusat, ia juga harus
menyelesaikan tugas-tugas kantor yang menumpuk. Hanya ingatan kepada kekasih di
lain kota itulah yang membesarkan hati Kolaboy sehingga dia mampu menikmati
kesibukannya. Di tengah kesibukan berbagai hal, Kolaboy mendapat berita tentang
upayanya memenuhi permintaan Kolabayanti tidak berhasil. Dihubunginya berbagai
kerabat yang pernah dimintai pertolongan terkait upaya itu, namun pengakuan
tidak memuaskan dirinya. Hatinya berkecamuk berat di tengah kelelahan dan
kerinduan. Dalam beberapa hari itu, Kolaboy bergumul dengan tiga suasana,
kesibukan, kerinduan, dan kejengkelan karena malu serta kecewa karena tidak
mampu memenuhi permintaan Kolabayanti yang dikasihinya itu. Dalam kolaborasi
ketiga suasana itu, Kolaboy terlelap lebih cepat dari malam biasanya. Jelang
pagi, Kolaboy bermimpi dikunjungi Kolabayanti ke meja kerja di rumahnya. Kekasihnya
itu datang dengan gaun biru mirip daster, berbintik hitam di dasar motif batik
coklat sekitar bagian dada saja. Dia tersenyum menghampiri ke meja itu seraya
memperhatikan Kolaboy mengetik. Semula Kolabayanti bertubuh langsing namun
tatkala mendekat posturnya sedikit gemuk. Sementara wajahnyapun tanpa kosmetik,
terkesan alami dan klasik. Setelah adegan jelas dalam mimpi itu terlintas
layaknya tayangan telenovela, ia-pun terjaga. Tentu pria itu membayangkan
tentang kondisi wanita pujaannya disertai bermacam dugaan. Setelah matahari
mulai meninggi pagi itu, dengan sedikit sungkan dia pun menghubungi Kolabayanti
dan menceritakan mimpinya. “Hantu,” ungkap
Kolabayanti singkat. Kolaboy memaknai peristiwa ini sebagai anugerah Tuhan
untuk menyelesaikan persoalan hambanya, manakala tak mampu diselesaikan. 24.02.14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar