Pesan
Poster
Jelang
akhir 2013, poster, baliho, spanduk, dan lain sebagainya marak dipasang di tepi
jalan, desa, dan tempat strategis tertentu. Pencitraan yang dibangun sosok
tertentu tidak jarang disertai dengan jargon, motto, atau slogan tertentu pula.
Banyak kalangan mengomentari tentang keberadaan aneka poster tersebut, bahkan, “salah-salah berdampak pembodohan,
kebohongan, provokatif dan macam-macam,” kata seorang pengunjung warung
kopi di Langsa. Aku mendengar dan mencermati ocehan beberapa anak muda facebooker tersebut hanya sebatas ingin menyimpulkan pola pikir
generasi saat ini. Aku menyimpulkan mereka apatis terhadap keadaan karena, “ya, terserah saja. Bagi yang memilih
dibodohkan silahkan, yang mau dibohongi silahkan, yang mau diprovokasi juga
silahkan,” kata salah seorang dan diiyakan yang lain. Aku memahami dari
penggalan dialog, tergambar komentar mereka terhadap sosok-sosok peserta pemilu
yang terpampang di poster dan baliho sepanjang jalan.
Asyik
juga aku menikmati prilaku beberapa anak muda itu, seakan terulang masa aku di
kampus dulu di tahun 1980-an. Bedanya, dulu tidak ada poster atau foto peserta
pemilu selain tanda gambar saja. Aku semakin mendalami tatkala bahasan mereka
rada menghujat sosok tertentu yang sepertinya mereka kenal, “mana bisa apa-apa dia, tapi berani janji pula ,” kata pemuda
berkulit hitam dengan nada keras seraya disambut gelak yang lain. Waktu ini, aku mulai menyimpulkan bahwa mereka
tidak ingin terjebak dengan janji atau slogan yang ditampilkan pada berbagai
poster karena mereka memahami tentang latar belakang sosok tertentu yang tidak
memiliki finansial dan kompetensi. Oleh karenanya aku mulai memahami alasan
banyak kegiatan yang menampilkan slogan, ajargon, motto atau apapun namanya,
yang tidak berkaitan dengan keberadaan sosok bersangkutan.
Sudah
saatnya pencitraan sosok yang akan tampil sebagai public figure jika memerlukan slogan, seyogiyanya disertai kompetensi
berbasis masalah publik. Tidak sulit melakukan itu, namun membutuhkan komitmen
dan kesiapan tampil terbuka jika dipertanyakan. Contoh mudahnya, jika pada
suatu daerah pemilihan terancam amukan kerbau liar maka kompetensi sosok
diarahkan kepada keahlian mengatasi amukan. Dalam khayalku, aku coba menyusun
slogan dalam poster untuk sosok yang
akan tampil di daerah ancaman kerbau liar, “Saya Drs. Ir. Rubod, S Pend, Pakar Penjinak
Kerbau Liar Menjamin Jika Terpilih Akan Menganggarkan Biaya Senam Sesar Bagi
Makhluk Itu”. Aku meyakini Rubod
akan didatangi banyak orang untuk menanyakan solusi mengatasi ancaman amukan
kerbau liar di daerah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar