SMS
Pungli
Di
suatu pagi, Senin (30/12/13), aku mendapatkan SMS yang berisikan kalimat
hujatan untuk DPKKA dan aku sendiri. Menurut SMS yang berasal dari hape
bernomor +6281361105919, aku menerima uang dari Kepala DPKKA sebanyak lima
puluh juta rupiah dari kutipan yang dilakukan dinas itu. Awal kalimat SMS itu
lumayan menarik yakni, “KASIHAN PAK
SEKDA”.......dan seterusnya hingga di penutup SMS itu tertulis tambahan
kalimat yang aku yakini dari pemilik hape di atas, “Sms masuk ke hp sya..,” tulisnya. Aku membalas dengan kalimat
singkat, “Oya, saya gak tau. Tapi kok ada
karangan begitu ya, he he he,” tulisku. Namun dapat ditebak, tanpa balasan.
Berselang beberapa jam, aku menerima lagi SMS serupa dari hape berbeda bernomor
+6285370107506 yang pemiliknya aku kenal. Sekira pukul 09.00 WIB hari itu juga,
Bang Ucok Brimob datang menemuiku di ruang kerja. Kami membahas tentang surat
permohonan bantuan yang dikirimnya untuk
Pemkab Aceh Tamiang. Bang Ucok juga
menulis dalam awal suratnya salah sebuah ayat dari Surat Yasin sembari
dibacakan dan diartikannya kepadaku. Aku memujinya karena sosok ini sering
diceritakan beberapa kalangan sebagai sosok bernilai negatif, namun selama
berdiskusi dengannya tidakpun aku pernah mendengar dia memojokkan sosok
tertentu. Dia merendah, “ah, nggak lah itu kan hanya satu ayat saja
yang agak saya tahu,” katanya. Tidak lama dari diskusi kecil itu, Bang Ucok
membahas tentang SMS itu yang juga dikirim kepadanya, “begitu saya telpon hapenya mati, saya SMS tidak dibalas,” terangnya.
Beberapa kepala dinas yang menemuiku juga bercerita hal serupa seputar isu SMS
itu sambil berkomentar, “di sini biasa
hal begitu pak,” kata salah seorang dari kepala dinas waktu itu. Padahal
aku pernah mengalami hal serupa, tatkala jelang bertugas di kabupaten ini
bahkan mengancam demo. Waktu itu berita tentang demo dibicarakan banyak orang
dan disampaikan pula oleh orang-orang tertentu kepadaku.
Ucok Brimop, 2013 |
Beberapa
hari sebelumnya, ada juga SMS dikirimkan kepadaku dari seorang jurnalis, “pak tolong selesaikan konflik pungutan liar
di DPPKA Tamiang,” katanya. Aku tidak paham yang dimaksudkan jurnalis ini
namun kubalas juga sekedarnya, “ya kalau pungli
seperti katamu, lapor ke pihak terkait lah,” seingatku begitu SMS ku. Setelah
kuterima SMS seperti cerita di atas, tentu pikiranku menerawang ke SMS jurnalis
ini. Tanpa harus mencari tau tentang muasal berita seperti ini, kucoba memaknai
kondisi sistem sebagai bahan pembelajaran bagi yang memerlukan. Kesimpulanku, karena aku tidak peduli bahkan tidak tertarik
untuk merespon hal serupa ini maka aku dilibatkan. Sesungguhnya hal ini
merupakan suatu gejala sosial akibat tradisi sistem yang responsif terhadap berbagai isu tanpa pencermatan.
Bang... sms siapa ini baang...
BalasHapusBang... pesan nya pakek sayang...sayang...
(Ria Amelia - DANGDUT VERSION)
Xixixixi.....
Nggak tau abang, tapi karangan ini nikmat dicermati, he he he. Lumayan juga untuk nambah pahala, he he he
BalasHapus