Kontribusi
Perempuan Dalam APBK
Kontribusi
para istri dalam rumah tangga tradisional Aceh cukup signifikan. Tentu yang aku
pahami dalam komunitas Aceh pesisir seputar keluargaku. Tidakpun aku berniat
melakukan penelitian khusus tentang ini karena sebelumnya aku menganggap hal
ini merupakan keharusan. Aku menyaksikan keadaan ini mulai bergeser sejak pertengahan tahun 1980-an dampak kemudahan
zaman yang ditandai maraknya listrik ke desa-desa.
Beberapa
akivitas istri dalam kebiasaan yang aku saksikan itu, antara lain memasak
di dapur, menjaga anak, mencari kayu bakar, angkat air untuk masak, menyuci
pakaian, menanam padi di sawah, menjaga ternak kecil, dan melakukan kegiatan
sambilan seperti menanam sayur di pekarangan dan lain sebagainya. Di
tahun 2007, saat aku tergabung dalam struktur organisasi perlindungan perempuan
sebagai konsekwensi jabatan, aku membangun diskusi tentang hal ini. Tujuanku
membahas bersama institusi pemberdayaan perempuan kala itu tidak lain untuk
membuat formulasi matematis tentang besaran kontribusi istri dalam suatu
anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Aku meyakini adanya perbedaan dari
indeks atau persentase antara keluarga di Aceh dengan daerah lain, akibat
perbedaan tradisi. Namun keinginanku untuk membuat formula sederhana tentang Kontribusi
Istri Dalam Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaan Keluarga Aceh Pesisir ini,
terhambat dengan jawaban, “janganlah
nanti ada pihak yang tersinggung,” kata seorang pegawai perempuan di
institusi terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar