Tatkala
Tupai Mengguncang Pohon Kelapa
Suatu
ketika seekor tupai terkesan sesumbar, bahwa dia sukses menguncang pohon kelapa.
Keadaan cuaca saat itu sangat tidak menguntungkan bagi sebagian pepohonan. Angin
kencang menumbangkan banyak pohon kelapa atau mematahkan ranting pohon-pohon
tertentu. Dedaun pohon pisang tercabik
dan berkibar, jika tidak ditumbangkan angin. Namun, dengan bangganya hewan
pengerat yang juga pemakan kelapa itu mengumumkan bahwa dia telah mengguncang
pohon kelapa. Sebagian makhluk yang memahami ketidak-mungkinan kemampuan tupai
memilih diam. Di sisi lain, kisah sesumbar tupai dimanfaatkan makhluk pendukung
untuk meperluas berita. Tidak terlalu lama, sebagian makhluk di ekosistem itu
mengakui tupai sebagai makhluk kecil yang kuat sebagai penggoncang pohon
kelapa. Sepakat makhluk serta intervensi pengkultusan di dalam ekosistem itu,
menetapkan tupai sebagai pemimpin.
Suatu
ketika kemarau datang, kawasan mengalami kekurangan air. Ragam makhluk dalam
ekosistem memohon kepada pemimpin, tupai, agar memberi air kepada mereka yang
hanya tinggal satu solusi saja, yakni menjatuhkan buah kelapa untuk diperoleh
airnya. Tupai yang ditetapkan sebagai pemimpin gagal membuktikan kemampuannya menggoncang
pohon kelapa. Sementara buah kelapa tetap saja melekat di tangkainnya. Ketidak-hebatannya
mulai terbukti dan tuntutan pendukung mulai terabaikan dalam lompatan
kegirangan dari pelepah ke pelepah. Sesekali tetesan air kelapa yang diminumnya
di atas pohon tercicipi juga oleh yang lain di bawah sana. Begitulah kinerja
pengkultusan tanpa bahtah yang lebih berpeluang kepada penciptaan iklim
kepapa-an tanpa arah tuntutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar