Mindset
Fenomenal
Jika dicermati kita terjebak dalam kondisi
yang fonomenal. Ketika para orang tua memperkenalkan kehidupan bersahaja maka ter-mindsetlah dalam diri kita bahwa kehidupan
layak itu adalah kebersahajaan, yang berbatasan langsung dengan kemiskinan.
Oleh karena itu sebagian orang memaklumi, secara tidak langsung kemiskinan
merupakan keharusan dalam kehidupan. Di sisi lain, berbagai cita-cita bangsa,
agama dan lain sebagainya mendoktrin sistem dengan konsep peraihan
kesejahteraan seperti penekanan melalui pendidikan. Akhirnya, konsep kesejahteraan
itu diterima pula sebagai keharusan sistem yang serta merta melupakan
pengenalan pertama, kebersahajaan. Tidak mengherankan jika konsep umum yang
ter-mindset dalam masyarakat relatif tidak jelas, pilih kaya atau miskin. Sebagian kalangan meyakini akibat pilihan bertolak belakang ini menjadi pemakluman publik maka penyerahan diri kepada nasib merupakan kewajaran dan diterima pula sebagai suatu keniscayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar