Pagi
Jumat, 25 Oktober 2013, aku berbalasan SMS dengan adik kelasku dari jurusan
Teknik Kimia angkatan 1984 tentang kehadiranku pada pelantikan pengurus KAFT
Jababab. Lama kami saling diskusi tentang banyak hal tentu lewat hape. Oleh karena aku harus kembali
segera ke kabupaten, adik kelasku ini sharing
tentang layaknya pejabat saat ini. “Pejabat
sekarang mestinya satu minggu di daerah, tiga minggu di luar daerah bang,” katanya
bergurau. Aku membalas datar saja, namun, “pemimpin
yang cerdas harus mampu membaca tanda-tanda zaman,” sambung SMS berikut
darinya. Aku terkesiap untuk membalas,”tapi
kan bukan berarti harus larut dengan zaman,” balasku sedikit serius. Sungguh
ungkapan yang diucapkan adik kelasku ini pernah beredar di Aceh produk Gubernur
Ibrahim Hasan. Seingat aku, membaca tanda-tanda zaman yang dimaksudkan kala itu
bukan untuk menyiasati keadaan sehingga terkesan mengakali serta penghindaran
tanggungjawab. Tanda-tanda zaman yang dimaksudkan gubernur lebih mengarah
kepada mempersiapkan diri dalam kancah globalisasi. Tetapi ungkapan adik
kelasku pagi tadi, setidak-tidaknya membangkitkan adrenalinku untuk
mengevaluasi pebiasan makna ungkapan emas gubernur masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar