Berita
Koran, Pecah Kongsi
Memang
informasi media cetak kerap dirasakan menyudutkan pihak tertentu. Meskipun aku
tidak suka dengan kondisi serupa ini, namun sedikit perhatian kuarahkan kepada
pencermatan situasi berita yang berpeluang mempengaruhi pola pikir publik. Koran
lokal Serambi Indonesia, edisi Rabu, 19 Maret 2014, memberitakan liputan
ekslusif. Headline menggugah di
halaman pertama cukup menarik perhatian banyak kalangan di Banda Aceh, “Pejabat Aceh ‘Pecah Kongsi’ “. Suatu
kesimpulan hebat dari Teuku Kamal Fasya,
pengamat politik, sosok muda dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.
Katanya, biasanya faktor yang memicu perpecahan adalah penentuan posisi pejabat
dan pembagian proyek. Adalagi ulasan
lain yang menyitir tentang persaingan para pembisik, peran Mr X di Aceh Barat, Wakil
Gubernur memperluas ruang kerja, konsolidasi wakil Gubernur, dan beberapa
alasan lain.
Serambi Indonesia 19 Maret 2014 |
Aku
tertarik kesimpulan Fasya tentang penempatan pejabat yang disitirnya sebagai salah
satu musabab perpecahan itu. Informasi publik memaklumi, bahwa saat ini terbuka
peluang bagi aparatur yang tak memiliki kompetensi merasa mampu
menyelenggarakan tugas-tugas kepemerintahan. Andalan jasa dalam berbagai hal
cukup meleluasakan niat mereka untuk memperoleh jabatan publik yang
diingininya. Artinya, pejabat publik yang pada hakekatnya merupakan solusi bagi
persoalan publik semakin jauh dari harapan publik itu sendiri. Dari aspek
aparatur juga terjadi penekanan pola pikir, yakni apatisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar