Kisah Rakyat
Simbol rakyat, Raja Ikrar Angkasa dan Dewi Safiadona |
Pernah
dikisahkan dalam hikayat lama namun baru diceritakan bahkan terulang dalam
pasangan pengagum cinta. Di suatu tempat, di negeri Birma, terjadi pautan batin
antara pria Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona. Negeri itu juga telah
mengenal peradaban Melayu sejak lama. Ciri lain dari masyarakat di sana, yakni
mengenakan pakaian resmi. Alkisah Raja Ikrar Angkasa dengan Dewi Safiadona
kerap dikisahkan oleh masyarakat di sana pada zaman itu. Mereka mengekang cinta
hakiki yang datang tatkala rentang usia mereka sudah relatif jauh, boleh dikata
dua kali lipat. Masing-masing dari mereka sudah memiliki pasangan dan beberapa anak.
Bertahun mereka nikmati asmara dengan cara mereka sendiri bahkan menjadi simbol
keserasian lingkungan. Suatu ketika Raja dan Dewi harus terpisah, sebagai
konskwensi pekerjaan masing-masing. Tentu tak dapat disangkal, keduanya
bersedih, bahkan mengekspose kecemburuannya masing-masing. Raja berpesan bahwa,”tidaklah
bijak hambatan temu untuk berdua mengusik gelora cinta hakiki milik bersama,” katanya. Ada makna tersirat dari
ungkapan Raja yang perlu dipahami oleh banyak pasangan di millenium ke tiga
ini. Tidak tertutup dapat diartikan
dalam ungkapan masyarakat kelas bawah dan lazim ditulis di dinding truk
pengangkut pasir, becak, bemo, dan lain sebagainya, dengan kalimat antara
tugas dan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar