Islami
Aku
teringat ketika Pasangan Jokowi-Ahok lagi kampanye Calon Gubernur Jakarta,
banyak pembusukan yang diusung para lawan. Satu kali, para lawan mengusik SARA,
“Jangan Pilih Pemimpin Dari Kalangan Non
Muslim,” komentar sebagian orang-orang yang mendukung pembusukan serupa
itu. Aku tidak suka menyaksikan persaingan seperti ini, karena dengan
memanfaatkan isu SARA untuk pemenangan, berpeluang terjadinya keterusikan nilai
terhadap komunitas muslim itu sendiri. Beberapa hari kemudian, aku melihat
siaran di salah satu televisi yang memberitakan tentang spanduk bertuliskan, “Yang diperlukan pemimpin Islam atau Islami
?”. Pertanyaan atau komentar seperti ini setidak-tidaknya menjawab
kekhawatiranku beberapa hari lalu. Islam adalah ajaran untuk penyelamatan
manusia di dunia dan akhirat. Kewajiaban menjalankan syariat dari tuntunan
Islam inipun jelas sebagaimana yang diisyarakatkan dalam rukun Islam. Oleh
karenanya, jika seorang muslim menjalankan rukun Islam yang lima dengan
konsekwen, dapatlah dikatakan individu tersebut sudah konsisten menjalankan
Islam, dan dialah orang Islam (muslim). Namun banyak kalangan merpertanyakan
tentang muslim tertentu yang tidak menjalankan syariat sesuai rukun Islam,
tetapi melakukan pembelaan Islam secara luar biasa bahkan berlebihan. Tatkala Islam
diperolok-olokan, tanpa membuang waktu untuk berfikir, reaksi yang dilakukan cukup
tangkas, cepat, dan melampaui batas-batas yang diperkenankan. Kelompok muslim
tertentu menamai sikap serupa ini dengan istilah fasiq, yakni orang yang
menyaksikan tapi tidak meyakini dan melaksanakan. Kecenderungan seperti ini
berpeluang memunculkan berhala baru
terhadap ajaran Islam itu sendiri. Oleh karenanya, harus dihindari pemberhalaan
terhadap Islam dalam artian hanya menjadikan Islam sebagai simbol pemersatu
untuk berbagai tujuan, antara lain politik, ekonomi, budaya dan lain
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar