Isu
Narkoba Terhadapku
kondisi mataku, 5 Nopember 2013 |
Pada
malam Senin, 3 Nopember 2013, aku dipanggil Bupati Hamdan Sati untuk minum kopi
di Starbuck, Jakarta. Bersama aku turut
Rachmatsyah Nusfi, karena bersama pulang dari pertemuan Anyer Kaft sore itu. Ketika
baru beberapa menit duduk di tempat itu, Bupati Hamdan berseloroh kepada
Rachmat, “sudah kau bilang mat ?,” tanyanya
kepada Rachmat. “Belum,” kata
Rachmat. Setelah beberapa lama mereka berkelakar dengan bahasa yang kurang
kupahami, akhirnya Bupati Hamdan bersikap untuk menanyakan sesuatu hal
kepadaku, “gini sek, aku juga kaget ada
yang memberitakan kepada aku bahwa kau pemakai sabu ya,” katanya sambil
menjelaskan beberapa ciri padaku yang mengindikasikan pengguna narkoba. Aku
tidak kaget dengan berita serupa itu, karena ketika hendak pelantikannku,
selebaran bahkan koran yang mengbarkan aku korupsi puluhan milyar beredar di
kabupaten itu. Tentu aku jawab juga pertanyaan Bupati Hamdan, “ya biasalah, macam-macam aksi orang untuk
mengungkap ketidaksetujuan terhadap kita, tinggal kita saja yang cerna gejala
apa seperti ini” kataku. Alasan
Bupati Hamdan yakni gigi depanku yang patah dan berlobang di tengah merupakan
ciri pengguna sabu.
Seingatku,
ketika jelang akhir bekerja di Bireuen pernah juga diberitakan tentang aku
memakai sabu. Hal itu disampaikan oleh Samsul Juli, kerabatku yang juga ketua
asosiasi salah satu kontraktor di Bireuen. “Kata
orang itu dia berani sumpah melihat Pak Raju memakai sabu, seusai shalat
Jumat,” cerita Samsul. Aku penasaran ingin mengtahui sosok orang penebar
berita serupa itu, namun Samsul tetap merahasiakannya hingga narasi ini
kutulis. “Menurut orang itu, mana mungkin
Pak Raju kuat sekali kerja, tentu pakai sabu,” jelas Samsul lagi. Di tahun
2011 itu aku sudah mulai berfikir untuk tidak terusik dengan isu semacam itu
hingga aku temukan satu nama penebar cerita itu di Bireuen, yakni WEA,
kontraktor muda yang baru mengenal alam.
Aku
menyimpulkan sementara, berbagai isu berpeluang untuk menerpa seseorang dalam
rangka memupus ragam kompetensi yang dimiliki sesuai profesinya. Namun sebagai
objek terpaan isu yang tidak berdaya melawan dengan kemampuan debat
berkepanjangan, sebaiknya diam seraya membangun pembuktian yang beresensi pembantahan.
Konon lagi isu pengguna sabu yang dapat dibuktikan seketika lewat pemeriksaan
laboratorium. Terpenting dari pengalaman ini, tentang diperlukannya strategi membangun
mindset publik dalam hal berkompetisi.
Nahkoda yang handal mampu berlayar dilautan badai, pak.
BalasHapusGood Luck...
ha ha ha, alex, ya kita hanya bisa curhat dengan Tuhan dan alam.
BalasHapusTuhan dan alam pun mungkin hanya bisa tersenyum mendengar curhat kita saat ne pak, seolah-olah dah paham betul bhw mang dah beginilah templates nya dari sana nya.
BalasHapusHa..ha..ha..
Peace ah...
Tapi yakinlah, tidak semua orang dianugerahi cara menikmati keadaan oleh NYA
BalasHapusitulah namanya dunia pak,saling bersaing untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara.
BalasHapus#akil azizi(anak alm,pak yan consultan bireuen)