Poster bebas jerawat dan jerawat nyasar |
Pagi
Sabtu (23/11/13) lalu, aku sarapan bersama Faridsyah (kami biasa memanggil
Farid atau Payed) di Cafe Buk Nunung, Keudah, Banda Aceh. Buk Nunung bercerita
bahwa ianya akan ikut dalam pemilu legislatif pada 2014 mendatang seraya
memperlihatkan foto yang dipersiapkan untuk itu. Foto itu bagus dan Buk Nunung terkesan
lebih muda dari usianya saat ini. Kami menduga dan berkomentar foto itu
dikoreksi dengan teknologi computerized
yang baik sehingga kandidat perempuan salah satu partai nasional ini membantah.
Lantas aku dan Faridsyah bercerita tentang poster beberapa teman yang juga ikut
kompetisi politik tahun depan. “Foto si
Itu kok tidak berjerawat lagi,” kata Faridsyah sambil menjelaskan beberapa
poster kawan-kawan sudah dilekatkan di pohon besar tepi jalan. “Ah, belum apa-apa mereka sudah tidak jujur
dengan memperlihatkan wajah bukan seperti aslinya,” ungkap Farid lagi. “Iya ya, jerawat kawan kita itu kan selalu
panen di wajahnya,” kataku memperkuat pernyataan Farid sambil mempertanyakan
bagaimana mungkin jerawat ranum nanah di wajahnya berubah menjadi mulus
seketika. “Tapi, jerawat itu kan dikikis
dengan komputer dan pasti bergentanyangan di alam maya juga,” kataku lagi.
Buk Nunung mendengarkan cerita itu dengan berdiam diri seraya mengusap-usap
fotonya di dalam plastik transparan. “Jadi
?,” tanya Farid penasaran. “Apa yang
jadilah. Jerawat-jerawat terkikis itu mencari wajah mulus di alam maya juga
lah,” kataku sepintas. “Jadi ?,” tanya
Farid lagi disambut gerak Buk Nunung yang ingin tahu juga. “Ya menempel di foto-foto kandidat lainlah, khususnya poster kandidat perempuan, karena asal
jerawat ranum itu dari kandidat pria,” kataku disambut kecemasan Buk
Nunung. “Tenang,” kata Farid, “kita minta tolong Si Amat, biar dia lukis
aja”. “Tepat yed, karena lukisan bukan produk komputer sehingga jerawat
gentayangan tidak bisa nyasar kan?,” jelasku seraya menenteramkan beberapa
pengunjung lain di meja sebelah yang mulai mangut-mangut. “Kalau gitu cepatlah bawa Bang Amat kemari Sek, “ teriak Buk Nunung
mengiringi gerakku bersama Farid menuju mobil. “Iyaa.....,” sahutku semakin menjauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar