Razuardi Ibrahim menyambut kunjungan Kajari Aceh Tamiang yang baru Amir, SH |
Ada Apa Dengan Jabatan
Sejak
aku menjabat Sekretaris Daerah di Kabupaten Bireuen, September 2011, banyak hal
yang kucermati tentang cara pegawai negeri sipil (PNS) mendapatkan jabatan
struktural, yakni Kepala Dinas, Kepala Bidang dan Sub-Bidang. Percematan yang kulakukan merupakan pengalaman
pribadi selama menjadi aparatur tertinggi di kabupaten dan tatkala sebagai
pegawai negeri tanpa jabatan pada rentang waktu Mei 2012 hingga Mei 2013. Pengalamanku
bertambah lagi, tatkala aku dilantik sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh
Tamiang, pada 13 Mei 2013. Ada dua kondisi keterkaitan jabatan berbeda dari statusku,
yakni tatkala mejabat sekda dan mantan sekda. Secara umum, tatkala menjabat
sekda, aku kerap didatangi pegawai untuk meminta jabatan dengan embel-embel tertentu. Sebaliknya, ketika
berstatus mantan sekda, aku ditawari jabatan dengan berbagai syarat pula. Namun
dari kedua kondisi ini aku dapat merangkum tata cara pegawai negeri sipil
memperoleh jabatan struktural tertentu meskipun aku tidak sepakat dengan pola
pikir serupa ini. Kesimpulanku, pendapat umum di era otonomi daerah, peluang
jabatan struktural dapat diraih di luar kompetensi tugas pokok dan fungsi.
Sudah semestinya penetapan pejabat dengan standar pelayanan publik baku dan
teruji. Beberapa tata cara mendapatkan jabatan struktural yang diupayakan oleh
pegawai negeri sipil, yakni :
1. 1. Loby
pribadi dengan janji dan pelayanan tertentu. Hal ini aku alami ketika PNS
tertentu kerap melakukan pendekatan terhadapku di luar kebiasaannya. Beberapa
waktu kemudian sosok ini mengutarakan maksudnya untuk diberikan jabatan atau
bertahan di jabatan tertentu. Berbagai alasan biasanya diutarakan untuk
kepentingan loby, di antaranya masih tersangkut kredit, anak-anak masih
membutuhkan biaya dan lain sebagainya. Aku menyikapi orang seperti ini dengan
menanyakan jabatan apa yang diminatinya. Setelah ianya menjawab lantas aku menanyakan
beberapa hal tentang peranannya di jabatan itu. Kebanyakan orang-orang ambisius
yang datang meloby gugup dalam menjawab. Tentu aku mengabaikannya dan memaknai
peristiwa seperti ini sebagai pelecehan publik karena ia tidak mampu mengungkap
peranannya selaku pejabat publik.
2. 2. Pencitraan diri, yakni
berusaha memperlihatkan sosoknya sebagai PNS yang memiliki keterampilan baik.
Tidak jarang pada cara seperti ini, PNS tertentu menggunakan tokoh atau sosok
lain untuk membantu peningkatan pencitraannya. Aku pernah menanyai kepada tokoh
perantara tentang jasa yang diterimanya dari PNS pengutus. Kusimpulkan pejabat
ambisius serupa ini merupakan sosok yang tidak pede.
3. 3. Premordialisme dan sanak
famili. Cara ini biasanya dilakukan dengan mengandalkan asal daerah atau
kampung yang sama denganku. Tidak jarang pula yang mengaku masih memiliki
hubungan famili denganku. Aku pernah didatangi orang seperti ini, namun mudah
kutepis. Aku menganggap saudara seperti ini lahir di masa yang salah.
4. 4. Paksaan atau tekanan. Cara
ini biasnya dilakukan tatkala PNS yang ambisius tersebut telah menanamkan jasa
kepada pengambil kebijakan. Paksaan atau tekanan tertentu yang dilakukannya
tidak mampu diabaikan oleh pengambil kebijakan. Meskipun aku tidak suka cara
seperti ini, namun aku tidak kuasa menahan hak prerogratif atasan. Keadaan ini
kumaknai sebagai pembelajaran kepemimpinan yang gagal.
5. 5. Pembelian. Dalam cara ini
biasanya PNS ambisius berani melakukan gambling
dengan ragam cara. Tidak jarang para PNS serupa ini berhutang atau menjual
hartanya. Aku sendiri pernah ditelepon orang tak dikenal untuk mengurus jabatan
di posisi tertentu dengan besaran biaya yang ditentukan. Tak lama kemudian,
sepupuku, Wen, di Bireuen pernah dihubungi seseorang untuk menawarkan jabatan
setelah memenuhi besaran biaya tertentu. Tawaran serupa itu kumaknai sebagai
hiburan hidup dan bahan cerita bagi kawan-kawan.
6. 6. Dan
lain sebagainya yang tidak aku alami.
semakin lama kehidupan semakin banyak pengalaman yang di rasakan...makanya cocok ide nya,,penamaaan Dinas diganti dengan Tukang,,heheheheh
BalasHapustukang boh labu teucroeh
BalasHapus