lukisan rumah Aceh, 2013 |
Rumah
Aceh di Taman Mini Menurut Rachmat
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan kawasan
wisata yang berisikan berbagai bangunan tradisional dan adat yang terdapat di
seluruh nusantara. Tidak ketinggalan, pada kawasan seluas 150 hektar itu
terdapat rumah tradisional Aceh beserta bangunan pelengkap lainnya. TMII yang
dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 tersebut saat ini menjadi ajang
pembelajaran arsitektur, terlebih lagi bagi para mahasiswa peminat di bidang
itu.
Menurut
Rachmatsyah Nusfi, arsitek tradional Aceh, rumah Aceh di Taman Mini Indonesia
Indah sejak awal pembangunannya sudah salah dari aspek proporsional, “di samping terlalu besar dari ukuran rumah
masyarakat Aceh secara umum,” katanya.
“Rumah itu terbatas untuk pajangan
belaka,” katanya.
“Kehadiran rumah Aceh
tersebut tidak dapat dijadikan representasi rumah tradisional Aceh,” ungkap Rachmat. Menurut
pengakuannya, maksud kehadiran rumah Aceh sebagai pengenalan rumah tradisional
di tingkat nasional, akan tergiring keliru berkelanjutan jika diperuntukkan
sebagai bahan kajian akademis. “Karena
pembuatan rumah Aceh yang ada di Taman Mini itu tidak didasari atas rumus atau
satuan ukuran tertentu,” kata Rachmat. Menurut Rachmat, sebenarnya rumah
Aceh itu bukan rumah adat, hanya rumah tradisional yang merupakan bangunan golden section, yakni rumah yang memiliki satuan ukuran
standar matematis.
“Keberadaan arsitektur rumah
Aceh lazim direspon secara tendensius oleh kalangan tertentu,” kata Rachmat dalam setiap
seminar arsitektur di Banda Aceh. “Padahal
jika dikaji, pembuatan rumah Aceh sarat logica dan dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis,” katanya.
Namun
demikian, ianya memaklumi perjalanan suatu proses pengungkapan arsitektur lazim
dipengaruhi pemikiran sesaat yang berbeda. “Menurut
tingkat pemahaman komunitas tertentu,” jelasnya. Dalam menyikapi keadaan, Rachmat berharap
kepada pemerintah yang berwenang untuk merenovasi bangunan rumah tradisional
itu, agar dapat melakukannya sesuai dengan kaedah-kaedah yang telah mentradisi
di kalangan para tukang pembuat rumah (utoh). “Agar dapat melanjutkan perjalanan arsitektur sebagai aset bangsa,”
pungkasnya.
Terima kasih atas ilmu nya pak razuardi
BalasHapus