Razuardi Ibrahim, Kuala Simpang, 25 Juni 2013 |
Marjinalisasi Akibat
Pembenaran
Satu lagi karakter masyarakat yang masih berkembang
dalam masa millenium ke-tiga ini, yakni perkuatan pembenaran bagi yang kuat. Aku pernah diberitakan tentang “orang-orang tertentu yang jahat dan tak
boleh didekati”. Beberapa sosok yang diceritakan banyak orang sebagai orang
yang tidak perlu didekati tersebut, memang merupakan orang-orang kritis dalam
merespon kondisi kekinian. Hampir semua orang menabalkan konotasi negatif
terhadap sosok-sosok ini bahkan menganggap mereka tidak pantas hidup di
komunitas tempat mereka bermasyarakat. Dalam beberapa kesempatan, aku bertemu
dan berbincang dengan mereka. Ada kalimat-kalimat bermutu yang diungkapkan
sebagai ungkapan perbaikan terhadap kekecewaan dari suatu keadaan. Upaya pemarjinalan
terhadap mereka, kutelusuri dari aspek kausalitas (sebab-akibat). Secara umum kusimpulkan,
mereka menjadi oposisi akibat ungkapan kebenaran tidak mendapat respon oleh
sistem masyarakatnya. Lebel termarjinal-pun diperbesar oleh pengakuan
pembenaran para pihak tertentu yang mendapat keuntungan dari orang-orang
sasaran kritik. Biasanya, sasaran kritik ini adalah orang kuat atau penguasa
dalam sistem masyarakat. Akhirnya, kelompok termarjinal ini akan terus
termarjinal akibat kesinambungan informasi terhadap konotasi buruk yang
terlebel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar