Dalam sastra
roman Melayu, ungkapan bahasa lazim dipengaruhi dialek yang kadang kala sukar
dipahami para pembaca umumnya. Tatabahasa yang dituliskan boleh ditafsirkan
akibat pengaruh perkembangan satra Indonesia terhadap gaya bahasa Melayu. Hal
ini bukanlah hal keliru karena tuntutan dari karya ini nikmat dibaca oleh pihak
tertentu.
Menembus Kaseh
Se-masa dengan kisah kejayaan Bendahara Johor 1613 M, Tun Sri Lanang, terkisah
pula jalinan dua insan Datok Merindu Aruma Rungga bersama Putri Tunggal Sari
Ratna Mutu Manikam dalam pesta budak-budak menari. Pujangga tak bernama ini berharap hikayat ruman
sejarah ini berulang pada masa empat abad kemudian. Alkisah, Datok sangat
senang pada delapan hari bulan Juni bertepatan 29 Rakjab kerana ada kesempatan
pertemuan keduanya. Ia melarikan kereta cepat sekali dari arah timur tempat itu
untuk menikmati rona indah pipi kekasehnya, Putri Tunggal Sari Ratna Mutu
Manikam binti Datok Saif bin Saliman. Semula Putri sedikit marah dalam
perjumpaan itu. Tapi tatapan matanya tajam menembus dada Datok tatkala seliseh
jalan di bilik pesta. Sesekali Datok melirik kekasehnya yang duduk berselang
oleh beberapa kursi puan-puan. Datok menerawang kepada hal-hal keelokan tubuh
Putri dalam mata melolong. Utaknya berfikir keras sekejab itu seraya senyum
dalam arti yang tidak tercakap. Jemarinya meremas geram, laksana memecahkan
bola. Putri yang hari itu memakai baju kurung renda oranye sungguh elok dan
membuat hati Datok meronta ingin tuai hasrat bersama. Tak lama Datok
bercakap-cakap usai pidato, Putri datang
duduk di kursi sebelahnya yang kosong. Jari Putri terhimpit telapak tangan
Datok entah sengaja atau tidak. Putri menarik dengan sungging bibir antara
marah-marah tidak. Dalam penantian pulang Putri berdiri di sisi membelakang
Datok yang lagi duduk bersama seorang kerani pesta asal Buket Tekung, Aswin
Panjang bin Guru Toyor. Datok yang sedang bergelora dada mengusap bahagian
belakang Putri sekadar melepas rindunya berbulan. Putri mengerti ihwal perasaan
Datok tanpa meronta.
Dalam terik mereka bersepakat mencari santapan siang bersama beberapa Cek
Gu perempuan. Datok memilih duduk di hadapan Putri pada meja makan panjang. Putri
cekatan memesan santapan semuanya sambil mengatur duduk penyantap. Dipilihnya
duduk sebahu dengan kesasehnya, Datok Merindu Aruma Rungga. Mereka banyak
saling canda yang dinikmati rekan lainnya. Ketika pulang Putri mengajak Datok
singgah ke rumahnya, tapi keadaan Datok letihlah amat. Putri maklum dan tidak
marah serupa masa lalu-lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar