Jumat, 14 November 2014

PUISI NASI GORENG MAGHRIB

nasi goreng maghrib

lelaki itu sedikit kurus
hampiri penjual nasi goreng
untuk barsantap maghrib itu
bertiga dalam satu meja
bersama sosok baru pulih

bungkusan itu cepat kubuka
agar berbagi dengannya
ada tampik kecil
meski berbelah

tubuhnya berisi padat
lahap bersuap
menyenangkan diselingi gurauan dua belia
dalam ingatan jelang lahir

14.11.14 

PUISI JAKET

jaket ingatnya

sekelumit ceria hari ini
datang dari pemberian
jaket hitam karyanya
berlambang organisasi ungu
tertulis nama tanpa keliru
serupa kawan lain
besar hati itu

bireuen,14.11.14

`

RAPAT KERJA KAFT


Dalam rapat kerja Keluarga Alumni Fakultas Teknik (KAFT), 3 Mei 2014, dibahas tentang persiapan lulusan untuk menghadapi komunitas ekonomi Asean pada 2015 mendatang. Beberapa pengurus yang hadir berkeras agar para lulusan dibekali keterampilan tambahan, antara lain keterampilan mengaudit persiapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), bahasa Inggris, serta beberapa yang lainnya. Untuk pelatihan K3 sudah dilaksanakan dan mendapat respon luar biasa baik dari kalangan alumni maupun dari pihak fakultas. Pada Nopember ini pelatihan keterampilan Bahasa Inggris menyusul dengan respon yang cukup tinggi pula. Meskipun tanpa anggaran memadai, namun para pengelola dari KAFT cukup percaya diri terhadap mengalirnya bantuan dri para donatur.

TANAM BAKAU

Letkol Inf Mahesa (Dandim Aceh Timur), Kol Hibdizah (Danrem Lilawangsa), dan Razuardi Ibrahim, 12.11.14

SERAMBI INDONESIA, 14.11.14


Minggu, 09 November 2014

PUISI AIR


Aktivitas KAFT, 07.11.14

yang sejuk
yang memadamkan

padam api karena air
makhluk penurut menghidupi
mendekap tugas penyejuk
tiada bantah tempati kehendak wadah
sesekali kuat menghancurkan
porandakan nafsu perebut loba
tatkala terbendung hasrat


05.11.14 

TEKNIK BONCENGAN

07.11.14


Di perjalanan pulang dari Banda Aceh, tersaksikan model berboncengan gaya baru. Pengendara (pengemudi) sepeda motor tidak mengizinkan pinggangnya didekap kerabatnya yang dibonceng, tanpa alasan yang jelas. Tatkala kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha, kedua siku sosok boncengan itu mengganggu kebebasan samping kendaraan lainnya. Dengan segala keterpaksaan, dijulurkanlah kedua lengan itu sebebasnya ke bawah. Persoalan menjadi lain tatkala ayunan lengan menyentuh knalpot panas dan putaran jari-jari roda. Mungkin aku terjebak sence of engineering (kepekaan enjinering) dalam pemandangan itu, terkait materi kuliah teknik lalulintas yang pernah diajarkan Ir Bukhari RA, M Eng, di tahun 1993. Beliau mengungkap ketika itu, bahwa lebar efektif bagi pengendara kenderaan roda dua juga perlu diperhitungkan, di samping diperkenalkannya juga standar umum berlaku untuk perencanaan lalulintas. Meskipun demikian, aku memaklumi tentang berbagai kemungkinan pengecualian standar untuk itu, termasuk kemungkinan data menyimpang. Tidak lupa pula aku berpikir, semoga sosok boncengan itu tidak memprotes standar berlaku, seraya berdoa agar dia selamat sampai ke tujuan tanpa cedera di kedua tangannya.    



KAFT ENGLISH BASE CAMP

Pengurus KAFT bersama alumni mengikuti trainning, 07.11.14 

Banyak harapan masa depan yang diceritakan para alumni baru lulusan Fakultas Teknik Unsyiah, dari berbagai jurusan, di English Base Camp Kuta Malaka, Aceh Besar. Pada pertemuan 7 Nopember 2014 itu tersirat kekhawatiran mereka tentang lapangan kerja yang akan dihadapi. Tentu aku dan beberapa kawan tidak mematahkan semangat mereka selain memberi pandangan terhadap berbagai persiapan para komunitas rancang bangun masa depan, zaman yang sarat kompetisi itu. Secara tidak langsung, terjadi pengutan moral dari mereka atas kisah tabir lapangan kerja yang diceritakan para senior. Artinya, pencerahan semakin penting bagi para lulusan baru, berikut sepenggal pesan untuk sesama, yakni hindari persaingan batin yang sarat kedengkian itu.  

Sabtu, 08 November 2014

ORASI ILMIAH

MENGUNGKAP TANTANGAN ENJINERING ABAD KE-21


Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Yang kami hormati,

§  Rektor Universitas Almuslim beserta para pembantu rector dan unsur-unsur rektorat lainnya;
§  Dekan Fakultas Teknik Universitas AlMuslim beserta para pembantu dekan dan unsur-unsur manajemen Fakultas Teknik Universitas AlMuslim
§  Para pimpinan pengelola organisasi mahasiswa atau lebih dikenal dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
§  Para mahasiswa (i), yang saya banggakan, serta para hadirin sekalian.

Segala puji bagi Allah, tuhan seru sekalian alam, yang telah membimbing hambanya dengan berbagai kekuatan jasmani dan rohani. Di samping itu, tak lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada Rasulullah SAW, yang tegar menghadapi zaman untuk mengungkap kebenaran hingga tersajikan kepada kita hingga hari ini.
Bahwa kita telah menjalani satu setengah decade abad ke-21, atau masyarakat dunia lebih mengenalnya dengan sebutan era millennium ke-3. Tatkala kita menoleh ke abad kemarin masih banyak kegagalan zaman yang mendera kita tanpa harus menelisik penyebab dan musabab berbagai kegagalan itu. Jika tidak berlebihan, tahun 2014 ini dapat kita nyatakan sebagai tahun terakhir ekspor gas alam cair dari kawasan kita melalui pelabuhan PT Arun, Blang Lancang, menyusul beberapa proyek vital lainnya yang telah lebih dahulu menghentikan aktivitasnya. Tanpa kita sadari kondisi ini memaknai keadaan, bahwa telah sirnanya pusaran ekonomi yang selama ini banyak membantu pertumbuhan berbagai sector di tempat kita di samping banyak pula para teknisi  masa itu yang berkiprah di sana.  
Mencermati kondisi yang terjadi, mahfum lah kita bahwa beragam warisan tantangan yang terwarisi oleh suatu zaman kepada kita, khususnya terkait kebutuhan rancang bangun yang berkelanjutan mengiringi karakteristik zaman itu sendiri. Kebutuhan rancang bangun seperti yang dipahamkan berbagai kalangan, merupakan dunia teknokrat dengan beraneka ragam bentuk dan wujudnya.  Betapapun masih banyak keterbelakangan, kita tidak memiliki pilihan lain terhadap datangnya zaman kebersamaan komunitas dunia sebagaimana telah banyak diperdengarkan berbagai kalangan dunia, bahwa tahun 2015 merupakan tahun komunitas ASEAN.
Tanpa mendalami dan mendahului tentang kondisi tahun depan yang mungkin saja menghantui dunia enjinering, tidaklah arif manakala persiapan untuk menghadapi era itu tidak disikapi dengan persiapan diri bagi para ahli rancang bangun, bagi kita semua untuk memaknai masa itu sebagai zaman kompetisi total yang harus dihadapi dengan kompetensi yang total pula.

Bapak, Ibu, serta para hadirin sekalian.

Di balik itu semua, banyak hal yang harus dipersiapkan para ahli rancang bangun ke depan, di samping ragam kompetensi yang telah termiliki. Secara umum, kita para insan rancang bangun harus mampu membangun dan memelihara sence of engineering (kepekaan rancang bangun) yang memang semakin sirna andil kemajuan fasilitas software yang semakin menggejala di abad 21 ini. Selanjutnya, penguasaan konsep rancang bangun itu sendiri yang juga berpeluang terancam akibat besarnya pengaruh teknologi informatika (IT) yang serba instan. Oleh sebab itu, fakta hari ini memperlihatkan banyak kegagalan konstruksi diberitakan media massa di berbagai belahan dunia. Hal ini selayaknya menjadikan kita melakukan instrospeksi diri tanpa harus saling mempersalahkan. Tidak pun salah tatkala kita kembali ke konsep dasar rancang bangun seperti yang dilansir para pendahulu kita, Phytagoras ( hidup di masa SM), Leonardo Da Vinci (hidup di abad 15), Sir Isaac Newton (hidup di abad 17), dan lain sebagainya. Tidak lah berlebihan jika kita sama mengungkap bahwa mereka tidak menikamati atas landasan rancang bangun yang mereka temukan.
Gambaran di atas dapat dijadikan sebagai landasan konsep berfikir bagi kita semua, bahwa keahlian yang kita aplikasikan ke dalam dunia rancang bangun belum tentu ternikmati oleh diri kita sendiri. Namun, berbagai kisah yang menceritakan perjalanan para pendahulu itu dapat dijadikan pendorong bagi kita yang hidup di abad 21 yang sarat dengan kompetensi ini.
Bagi para alumni yang pada saat ini sedang berkiprah selaku teknisi rancang bangun di lapangan kerja, merasakan betapa berbagai kekurangan semakin saja menerpa, mengiringi tuntutan perkembangan berbagai fasilitas kerja. Hal ini tidaklah mesti dianggap sebagai suatu kegagalan pendidikan di kampus yang memang pada hakekatnya mengajarkan segelintir konsep rancang bangun. Jika pun terjadi hambatan, tidaklah serta merta kampus dianggap kurang merespon keaadaan, namun perlu dimaknai bahwa proses pembelajaran di kampus memiliki berbagai keterbatasan. Meskipun demikian, peluang diskusi, sharing, atau apapun istilahnya, kampus tetap membuka pintu selebar-lebarnya. Artinya, makna kembali ke kampus tetap saja mesti dipertahankan.    
Berbagai peristiwa miris akibat kegagalan para pelaku rancang bangun dapat dicermati sebagai pengayaan pengalaman, seperti ambruknya jembatan terpanjang di Kutai Kertanegara yang menghubungkan Samarinda dengan Tenggarong pada hari Sabtu (26/11/2011). Selanjutnya, sekurang-kurangnya 13 orang pekerja diperkirakan masih tertimbun di reruntuhan rumah toko (ruko) tiga lantai yang roboh di Samarinda, pada 3 Juni 2014. Robohnya ruko ini memicu robohnya 15 ruko lainnya di lokasi tersebut. Terakhir, konstruksi jembatan penghubung antara gedung arsip dengan perpustakaan daerah di Taman Ismail Marzuki (TIM) ambruk pada Jumat pagi, 31 Oktober 2014, dan menimpa sejumlah pekerja. Masih banyak lagi peristiwa kegagalan konstruksi yang menelan korban jiwa akibat berbagai kegagalan yang pada gilirannya bermuara kepada klaim humand error. Berbagai peristiwa ini memberi pelajaran bagi kita semua, bahwa kegagalan para teknisi berakibat kepada gagalnya rancang bangun dan tidak tertutup kemungkinan terhadap kerugian jiwa. Artinya, kegagalan para ahli rancang bangun berpeluang merenggut jiwa orang lain.
Untuk mengantisipasi kegagalan konstruksi, pemerintah menerbitkan berbagai aturan tentang itu. Dengan dikeluarkannya UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000, maka timbul berbagai komentar dari berbagai Asosiasi Profesi terutama perihal definisi dari kegagalan kangunan (building failure) serta penerapan dari Undang-Undang tersebut. Dampak ini melanda pengguna Jasa Konstruksi dan pihak Asuransi, karena definisi yang ditentukan dalam Undang-Undang tersebut spektrumnya sangat luas sehingga sulit untuk diterapkan. Sejak tahun 2000 telah dilakukan pembahasan mengenai “Kegagalan Bangunan” khususnya perihal definisinya dengan berbagai Asosiasi Profesi dan pihak Sekber Jasa Asuransi, dan HAKI (Himpunan Akhli Konstruksi Indonesia) berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tetapi setelah berlangsung sekian lama, pembahasan tidak dapat menghasilkan sesuatu yang konkrit karena pembahasan masih berputar di sekitar definisi kegagalan bangunan yang ternyata sangat kompleks dan tidak sesederhana seperti yang diungkapkan dalam Undang-Undang. Untuk memungkinkan terlaksananya Undang-Undang tersebut maka perlu dibuat rambu-rambu mengenai kriteria dan Tolok Ukur Kegagalan Bangunan yang lebih realistis dan spesifik.
UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1 ayat 6 adalah: Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baiksecara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa. Menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V pasal 34 adalah, kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.

Bapak, Ibu, serta para hadirin sekalian.

Dari informasi di atas, diperoleh beberapa esensi persoalan yang akan kita hadapi bersama dalam konteks rancang bangun di Aceh secara umum, khususnya di Kabupaten Bireuen. Terdapat suatu kondisi yang kurang menguntungkan bagi kita semua yakni berhentinya aktivitas proyek vital di kawasan pantai utara Aceh berdampak kepada menyusutnya kinerja finansial di tempat kita. Kondisi diperberat lagi oleh suasana pasar bebas yang menuntut kompetensi dan persaingan ketat di berbagai bidang, khususnya rancang bangun. Tidak cukup sampai di situ, maraknya kegagalan konstruksi di berbagai tempat turut menurunkan citra perancang daerah bahkan nasional. Banyak lagi hal-hal lain yang secara tidak langsung dapat meminimalisir kualitas perancang daerah dari aspek opini. Namun demikian, kita bukanlah sosok kerdil yang surut dalam menantang keadaan. Dalam kondisi seperti inilah keberadaan kita diuji oleh zaman. Kemampuan aplikasi para alumni cukup berpengaruh kepada semangat para mahasiswa bersama segenap civitas academica  yang sedang mengenyam proses pembelajaran di kampus. 

Bapak, Ibu, serta para hadirin sekalian.

Pada kesempatan ini pula, izinkan kami untuk memberikan apresiasi kepada rector Unimus yang telah memberi perhatian besar kepada pertumbuhan yang luar biasa bagi Fakultas Teknik. Tak lupa pula kami sampaikan apresiasi serupa kepada dekan, pembantu dekan, staf pengajar, serta jajaran lain yang telah membesarkan Fakultas Teknik Unimus sehingga dapat memgembangkan jumlah lulusan dari tahun ke tahun.
Kepada para alumni dan mahasiswa diharapkan adanya hubungan berkelanjutan dalam rangka membangun jalinan kebersamaan saling memberi dan menerima dalam menyongsong suatu iklim profesionalisme.
Akhirnya, kepada Allah jua kita berserah dengan memohon ridhanya, dengan harapan Fakultas Teknik Universitas Almuslim semakin jaya. Wabillahi taufiq wal hidayah asslamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh.


Matang Geulumpang Dua, 08 Nopember 2014

Razuardi Ibrahim  

Sabtu, 01 November 2014

PAUD DALAM TUJUAN



Semoga niat pemerintah secara nasional untuk membangun pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat segera terwujud. Dukungan moril dari semua elemen bangsa cukup penting, mengingat masa belajar sambil bermain bagi anak di bawah umur merupakan hak bagi semua. Tidak saja anak yang mampu sebagai mana tersaksikan dalam beberapa dekade sebelumnya. Meraih kecerdasan sejak dini tak boleh terhambat oleh berbagai kamuflase atau ragam slogan yang diusung untuk kepentingan tertentu. 



BUDAYA HANA MEU-OH

Budaya Hana Meu-oh


Budaya hana meu-oh merupakan tradisi yang cukup dominan di Aceh pada masa sebelum tsunami. Dalam bahasa Indonesia-nya, hana meu-oh berarti tidak enak, sungkan, atau risih. Biasanya budaya ini dapat menyelesaikan banyak friksi social di tengah masyarakat Aceh masa silam. Hana meu-oh hadir tatkala sosok kharismatik eksis di lingkungan masyarakat atau kelompok tertentu. Tatkala suatu keputusan social ditetapkan oleh pemimpin kharismatik di suatu komunitas maka terjadilah suasana hati hana meu-oh atau tidak enak manakala diabaikan.  

ALASAN PERSAINGAN

Alasan Persaingan

Tatkala mencermati berbagai tayangan kekerasan televisi tersirat pertanyaan tentang alasan para pihak tersebut memilih pertentangan. Buku-buku sejarah juga banyak menulis tentang kisah peperangan antar kaum, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Umumnya, alasan yang diusung untuk memilih perang atau menyimpan dendam turun temurun adalah perampasan hak-hak ekonomi suatu tempat. Jika alasan ini diyakini, tentu pencermatan boleh dialihkan kepada perseteruan atau baku hantam antar Negara kaya yang menanggalkan alasan ekonomi. Ada alasan lain, yakni ideology seperti pada era persaingan blok timur dan blok barat di masa Uni Sovyet belum terpecah. Jarang para pihak membahas tentang eksistensi prestise atau gengsi suatu bangsa sebagai muasal perseteruan itu. Tatkala persaingan prestise yang diusung boleh jadi peperangan yang dipilih tidak lagi menggunakan kekerasan. Tidak pula tertutup kemungkinan persaingan yang akan terjadi beralih ke intervensi budaya, mode, ide, dan lain sebagainya.


BUDAYA JAK KEUMUNJONG

Bersama adik-adik ayahku di Medan


Budaya Jak Keumunjong


Budaya jak keumunjong merupakan tradisi masyarakat Aceh dalam kapasitas melebihi dua orang. Biasanya, jak keumunjong dilakukan dengan mengatas-namakan desa,  kemukiman, bahkan kecamatan. Tujuannya adalah mempererat tali silaturahmi yang terbangun karena hubungan perkawinan, satu leluhur, satu perguruan, mengunjungi keluarga yang sakit, dan lain sebagainya. Tidak jarang disaksikan orang-orang dari desa tertentu beramai-ramai menumpang kendaraan bak terbuka menuju desa lain sebagai aplikasi budaya jak keumunjong ini. Tidak jarang dalam aplikasi jak keumunjong ini para tamu dipersilahkan menginap di rumah tujuan. Budaya ini pernah aku rasakan bersama nenekku, sekira tahun 1968.  

BUDAYA PEUCHOP

Razuardi Ibrahim, Kualasimpang, 28 Oktober 2014


Budaya Peuchop

Peuchop atau ada juga yang mengistilahkan peuculok, dalam bahasa Indonesianya hasut, merupakan kebiasaan buruk yang lazim dilakukan satu atau beberapa orang kepada pimpinan atau yang dituakan. Di sekitar awal 1960-an, hukuman bagi pelaku peuchop atau  peuculok ini cukup terasa, yakni dikeluarkan dari desa tempat ianya berdomisili. Tradisi memberi hukuman social serupa ini cukup ampuh dan bertahan hingga jelang akhir 1990-an. Ketika alat komunikasi hape marak dan mampu dimiliki masyarakat menengah ke bawah, perilaku hasut ini menggejala dalam wilayah yang lebih luas, baik dari wilayah kerjanya maupun tingkatan pelakunya. Artinya kebisaan ini tergolong perilaku yang membudaya dalam suatu pemikiran. Mencermati perilaku kebiasaan yang pernah tenggelam lantas muncul lagi, sudah saatnya mempersiapkan generasi handal yang mapu bertahan terhadap eksistensi budaya yang seakan dianggap suatu kebenaran ini.