Kamis, 06 September 2012

SEJARAH MELAYU


Aku bersama tim kementerian pariwisata Johor menuju makam Tun Sri Lanang di Samalanga, Bireuen

Reka Rupa Tun Sri Lanang

Tun Sri Lanang, seorang raja pertama Samalanga yang dinobatkan pada 1615 M, merupakan pemimpin Islam yang adil disertai keunggulan mengungkap sastera Melayu di zamannya, abad-17. Ketokohan sosok pemimpin yang kaya dan rendah hati ini patut menjadi tauladan bagi generasi Melayu kemudian.

Upaya yang layak dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten Bireuen adalah menggalang berbagai potensi untuk membangun kembali pencitraan budaya Islam Melayu yang terakomodir dalam lintasan sejarah perjalanan Datok Bendahara Tun Sri Lanang patut mendapat respon semua kalangan.

Hingga saat ini banyak khalayak mempertanyakan rupa wajah Sang Pemimpin yang melegenda itu. Di samping kendala teknologi di zaman itu, dokumen berupa naskah tentang gambaran wajah Tun Sri Lanang juga sulit ditemukan.

Oleh karenanya, Aliansi Penulis Bireuen merasa tertarik untuk melakukan reka rupa terhadap sasterawan ini, melalui pendekatan penelaahan foto keturunan, keluarga, kisah karakter pribadi, dan seminar kecil di lingkup seniman lukis Bireuen.

Setidak-tidaknya, penelusuran ini menghasilkan sketsa wajah dan dapat berperan dalam diskusi lanjutan bagi peminat atau pihak-pihak yang berkeinginan untuk mengetahui tentang rupa dari Tun Sri Lanang.

Informasi Pendukung

Dalam menelaah sosok tokoh yang hendak direka wajahnya, diperlukan informasi tentang asal muasalnya. Tun Sri Lanang bangsawan Melayu yang bangga berasal dari komunitas Melayu, terindikasi dari upayanya melahirkan kisah raja-raja Melayu dalam karya tulisnya berjudul Sulalat al Salatin, sudah semestinya didukung dengan informasi dari berbagai refrensi yang dirilis para pakar terdahulu. Berberapa informasi penting berkenaan karakter orang Melayu dipaparkan secara ringkas di bawah ini.

Informasi Asal Bangsa Melayu

          R.H. Geldern, seorang ahli prasejarah dan menjadi guru besar di Iranian Institute and School for Asiatic Studies telah membuat kajian tentang  asal usul bangsa Melayu. Sarjana yang berasal dari Wien, Austria ini telah membuat kajian terhadap kapak tua (beliung batu). Beliau menemui kapak yang diperbuat daripada batu itu di sekitar hulu Sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salween, Yangtze, dan Hwang. Bentuk dan jenis kapak yang sama, beliau temui juga di beberapa tempat di kawasan Nusantara. Geldern berkesimpulan, tentulah kapak tua tersebut dibawa oleh orang Asia Tengah ke Kepulauan Melayu tersebut.
          J.H.C. Kern ialah seorang ahli filologi Belanda yang pakar dalam bahasa Sanskrit dan pelbagai bahasa Austronesia yang lain telah membuat kajian berdasarkan beberapa perkataan yang digunakan sehari-hari terutama nama tumbuh-tumbuhan, hewan, dan nama perahu. Beliau mendapati bahwa perkataan yang terdapat di Kepulauan Nusantara ini terdapat juga di Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan beberapa buah pulau di Lautan Pasifik. Perkataan tersebut antara lain ialah, padi, buluh, rotan, nyiur, pisang, pandan, dan ubi. Berdasarkan senarai perkataan yang dikajinya itu, Kern berkesimpulan bahwa bahasa Melayu ini berasal daripada satu induk yang ada di Asia.
          Pakar lainnya, W. Marsden, dalam kajiannya mendapati bahwa bahasa Melayu dan bahasa Polinesia (bahasa yang digunakan di beberapa buah pulau yang terdapat di Lautan Pasifik) merupakan bahasa serumpun. Di samping itu, E. Aymonier dan A. Cabaton mendapati bahwa bahasa Campa serumpun dengan bahasa Polinesia, manakala Hamy berpendapat bahwa bahasa Melayu dan bahasa Campa merupakan warisan daripada bahasa Melayu Kontinental. Di samping keserumpunan bahasa, W. Humboldt dalam kajiannya mendapati bahwa bahasa Melayu (terutama bahasa Jawa) telah banyak menyerap bahasa sanskrit yang berasal dari India.
Berikut ini akan diperlihatkan cara perpindahan orang Melayu dari Asia Tengah tersebut.

(a) Orang Negrito

      Menurut pendapat Asmah Haji Omar sebelum perpindahan penduduk dari Asia berlaku, Kepulauan Melayu (Nusantara) ini telah ada penghuninya yang kemudian dinamai sebagai penduduk asli. Ada ahli sejarah yang mengatakan bahawa mereka yang tinggal di Semenanjung Tanah Melayu ini dikenali sebagai orang Negrito. Orang Negrito ini diperkirakan telah ada sejak tahun 8000 SM (Sebelum Masehi). Mereka tinggal di dalam gua dan mata pencarian mereka memburu binatang. Alat perburuan mereka diperbuat daripada batu dan zaman ini disebut sebagai Zaman Batu Pertengahan. Di Kedah sebagai contoh, pada tahun 5000 SM, yaitu pada Zaman Paleolit dan Mesolit, telah didiami oleh orang Austronesia yang menurunkan orang Negrito, Sakai, Semai, dan sebagainya.

(b) Melayu-Proto

         Berdasarkan pendapat yang mengatakan bahwa orang Melayu ini berasal dari Asia Tengah, perpindahan tersebut (yang pertama) diperkirakan pada tahun 2500 SM. Mereka ini kemudian dinamai sebagai Melayu-Proto. Peradaban orang Melayu-Proto ini lebih maju sedikit daripada orang Negrito. Orang Melayu-Proto telah pandai membuat alat bercocok tanam, membuat barang pecah belah, dan alat perhiasan. Kehidupan mereka berpindah-randah. Zaman mereka ini dinamai Zaman Neolitik atau Zaman Batu Baru.

(c) Melayu-Deutro

         Perpindahan penduduk yang kedua dari Asia yang dikatakan dari daerah Yunan diperkirakan berlaku pada tahun 1500 SM. Mereka dinamai Melayu-Deutro dan telah mempunyai peradaban yang lebih maju daripada Melayu-Proto. Melayu-Deutro telah mengenal kebudayaan logam. Mereka telah menggunakan alat perburuan dan pertanian daripada besi. Zaman mereka ini dinamai Zaman Logam. Mereka hidup di tepi pantai dan menyebar hampir di seluruh Kepulauan Melayu ini.
          Kedatangan orang Melayu-Deutro ini dengan sendirinya telah mengakibatkan perpindahan orang Melayu-Proto ke pedalaman sesuai dengan cara hidup mereka yang berpindah-randah. Berlainan dengan Melayu-Proto, Melayu-Deutro ini hidup secara berkelompok dan tinggal menetap di sesuatu tempat. Mereka yang tinggal di tepi pantai hidup sebagai nelayan dan sebahagian lagi mendirikan kampung di tepian  sungai dan lembah yang subur. Hidup mereka sebagai petani dan berburu binatang. Orang Melayu-Deutro ini telah pandai bermasyarakat. Mereka biasanya memilih seorang ketua yang tugasnya sebagai ketua pemerintahan dan sekaligus ketua agama. Agama yang mereka anut ketika itu ialah animisme.

Informasi Genetika Manusia 

          Perilaku manusia, kepribadian, karakteristik fisik tubuh, dan karakteristik wajah, merupakan konsekuensi dari gen yang diwarisi  orang tua masing-masing individu. Sebagai contoh, bentuk hidung,  mulut dan telinga, warna mata dan rambut, letak telinga, semua ditentukan oleh gen yang diperoleh pada tahap embrio. Hal ini juga berlaku untuk beberapa karakteristik lain seperti lesung pipi di pipi dan dagu, bahkan pembentukan kerutan aneh yang mungkin juga muncul dalam diri seseorang  atau saudara-saudaranya yang lain.
          Warisan gen ketika dilahirkan juga memutuskan individu tertentu  rentan sementara yang lain tidak, terhadap penyakit tertentu. Rekayasa genetika kini telah maju ke tahap di mana ia dapat secara selektif meningkatkan sifat-sifat yang diinginkan dan menekan atau memberantas yang merusak. Hal ini signifikan pada tahap pembentukan janin. Para ilmuwan sekarang dapat mengidentifikasi apakah embrio  tertentu membawa beberapa sifat yang mengancam hidup atau penyakit yang melemahkan, sehingga dapat mengambil tindakan korektif di tahap awal. Seseorang mungkin saja membawa gen yang tidak diinginkan dan tidak terpengaruh kepadanya, tetapi dapat diturunkan dan berwujud pada beberapa generasi jauh sesudahnya. Informasi genetika turut menyimpulkan bahwa pada diri seseorang terdapat sifat gen yang dominan dan resesif (sifat yang tidak terlihat). Sifat resesif ini kadang kala bisa muncul pada keturunan selanjutnya.
          Peranan genetika dalam mencirikan rupa dan postur manusia relatif mudah terindikasi sehingga pendekatan penggolongan ras lebih mampu diungkap secara visual. Pembuktian tentang penentuan keturunan sangat ditentukan oleh sifat gen bawaan semakin tak terbantahkan. Oleh karenanya, berkat kehandalan zaman modern, teknologi genetika manusia diyakini mampu menghapus ancaman sifat yang tidak diinginkan terhadap generasi yang akan dilahirkan. 
          Tetapi ada kekerasan menentang rekayasa genetika pada dasar agama dan sekuler. Banyak yang percaya bahwa bermain-main dengan DNA dan genetika adalah pelanggaran etika dan menginjak ranah reserved ketat untuk Pencipta. Lebih jauh lagi mereka melihat ini sebagai melampaui batas martabat manusia.
          Orang yang mengungkap semua ini adalah Gregor Mendel, yang dikenal sebagai bapak genetika. Setelah cukup meneliti, ia mengembangkan suatu model warisan manusia. Dia menyimpulkan bahwa unit diskrit dikenal sebagai gen bertanggung jawab untuk warisan berbagai sifat turunan.
Berbagai penjelasan di atas dapat dikaitkan dengan asumsi terhadap ragam ras yang membentuk ras Asia Tenggara yang memiliki ciri tersendiri.

Informasi Konsep Ras dan Etnis

          Ilmu pengetahuan lazim mengaitkan konsep ras warisan fisikal dan etnik dengan warisan kebudayaan. Praktik mengaitkan konsep ras, warisan fisik dan etnis dengan warisan budaya individu itu sudah diterima  secara meluas. Namun demikian perlu diingat, batas dalam sesuatu kumpulan etnik dan ras tidaklah begitu jelas dan tetap seperti yang diandaikan oleh banyak orang. Kedua konsep ini sering tumpang tindih dan dalam banyak perkara maknanya kabur.
          Individu daripada kumpulan ras dan etnik yang berlainan dapat berassimilasi dan Individu dari kelompok ras dan etnis yang berbeda juga bisa menikah yang menghasilkan percampuran ras. Percampuran ras ini menyebabkan ciri-ciri warisan fisikal sesuatu kaum, seperti warna kulit, anatomi, dan sebagainya, berubah. Di Malaysia, orang Melayu didefinisikan berdasarkan konsep etnis, bukan ras.
          Dampak percampuran beberapa ras telah menyebabkan ciri-ciri fisikal orang Melayu menjadi kabur. Malahan pernikahan campur antara China dengan India di Malaysia pun melahirkan anak yang menyerupai 'orang Melayu' dan hal ini juga memberikan kesan kekaburan kepada yang menyerupai 'orang Melayu' dan hal ini juga memberikan kesan ambiguitas ke batas ras orang Melayu.
          Dari segi budaya juga, orang Melayu, India, Cina, Kadazan-Dusun, Iban, Bidayuh, dan sebagainya banyak meminjam unsur budaya, seperti bahasa, pakaian, makanan, agama, dan sebagainya antara satu sama lain.
          Pembahasan di atas, tentang aplikasi konsep etnis dan ras di Malaysia, menjelaskan bahwa manusia mempunyai ciri keberagaman yang tidak terbatas. Ciri-ciri sesuatu kumpulan manusia memiliki fitur variasi yang tidak terbatas pada fitur sesuatu kelompok tertentu dan sering tumpang tindih dengan kumpulan-kumpulan yang lain. Hal ini menunjukkan, walaupun masyarakat awam mengaitkan konsep ras dan etnik dengan persamaan ciri-ciri warisan fisikal dan budaya, namun batas-batas grup ini sebenarnya ditentukan oleh satu aturan persetujuan sosial dalam masyarakat itu sendiri, tanpa mengira ketulenan batas fisikal dan etnik yang dapat diperhatikan. Logika analisis ini telah menyebabkan teori hubungan ras dan etnik berpegang kepada pendapat yang menyatakan bahwa konsep ras dan etnik lebih bersifat sosiopolitik, bukan saintifik ala biologi itu.
          Meskipun konsep ras dan etnis lebih bersifat sosiopolitik dalam masyarakat Melayu, namun pendekatan informasi yang diberikan memperkuat alasan bahwa tradisi mempertahankan kultur tiada lain disebabkan oleh karakteristik yang sama dalam masyarakat Melayu itu sendiri. Kesamaan karakteristk ini biasanya lebih terbangun akibat kesamaan postur di kalangan masyarakat.

Informasi Teori Ras

          Orang dengan mudah menentukan asal seseorang dari raut wajah. Minimal dari kelompok besar seperti, orang Eropa, Afrika, dan Cina. Meskipun dalam kesaksian itu sulit menentukan asal yang tepat seperti Eropa Timur, Barat, dan lainnya. Begitupula tatakala bangsa Eropa menyaksikan sosok Asia Tenggara. Tidak terlalu sulit menebak komunitas itu, kecuali negeri asal seperti Malaysia, Indonesia, Pilipina, dan sebagainya. Di sinilah teori ras itu berperan menginformasikan ciri asal sosok yang tengah dibicarakan.
          Dari beberapa ras, Mongoloid merupakan ras yang sering dijumpai dalam bahasan tentang asal muasal bangsa di Asia. Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap atau sering juga disebut sawo matang.
          Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak Mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid
Biasanya oleh para pakar, ras Mongoloid dibagi lebih lanjut menjadi:

  •  Ras Asia Utara
  •  Ras Asia Tenggara
  •  Ras Indian Amerika

Ras Asia Tenggara dianggap anggota ras Asia Utara yang telah menetap di daerah tropis dan beradaptasi terhadap iklim setempat. Menurut Luigi Luca Cavalli-Sforza, daerah perbatasan tempat permukiman antara ras Asia Tenggara dan ras Asia Utara ialah sungai Yangtze di sebelah selatan Tiongkok. Namun berkat invasi dan juga migrasi dari China Utara, maka anggota ras Asia Utara juga sudah banyak tersebar di Asia Tenggara.
          Sedangkan anggota ras Asia Tenggara telah menyebar di Asia Tenggara, Oseania dan bahkan di pulau Madagaskar lepas pantai Afrika bersamaan dengan penyebaran bahasa Austro-Asia dan bahasa Austronesia. Di Asia Tenggara bahkan mereka telah sebagian besar menghapus keberadaan ras Australoid. Keberadaan mereka hanya tinggal di beberapa tempat saja, misalkan orang asli di semenanjung Malaka dan orang Negrito di Filipina. Perkembangan bahasa juga sering memperkuat alasan tentang penyebaran ras di daratan Asia. Rumpun bahasa Melayu-Polinesia adalah sebuah cabang utama dari bahasa Austronesia yang mencakup semua bahasa Austronesia yang dipertuturkan di luar Taiwan dan memiliki jumlah penutur sekitar 351 juta jiwa. Secara luas Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia (MP) terbagi dalam 2 subkelompok utama, Melayu-Polinesia Barat dan Melayu-Polinesia Tengah bagian Timur.
          Zaman dahulu sebelum bahasa penduduk non-Han Tionghoa Taiwan dipelajari secara baik, bahasa Austronesia disebut sebagai bahasa Melayu-Polinesia secara keseluruhan.
          Bahasa-bahasa Melayu-Polinesia cenderung menggunakan reduplikasi (pengulangan keseluruhan atau bagian kata) sebagai kata plural, dan seperti bahasa-bahasa Austronesia lainnya memiliki entropi rendah; yang, teks itu sungguh terulang-ulang dalam ucapan pada frekuensi suara. Kebanyakan juga tak punya konsonan rangkap. Kebanyakan juga hanya memiliki sekelompok kecil huruf hidup, kelima huruf hidup seperti a, i, u , e, dan o ialah yang biasa dipakai.

Rumpun bahasa adalah sekumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai perintis yang sama yaitu bahasa purba dari rumpun tersebut. Seperti halnya rumpun biologis, bukti akan keterhubungan antara bahasa-bahasa serumpun dapat diamati dari karakteristik bahasa-bahasa tersebut. Sebuah rumpun bahasa yang dapat diidentifikasi dengan tepat adalah sebuah kesatuan filogenetis yang berarti bahwa semua dari anggota rumpun bahasa tersebut diturunkan dari sebuah perintis dan semua bahasa turunannya dimasukkan ke dalam rumpun tersebut. Sebagian besar bahasa-bahasa di bumi adalah anggota dari sebuah rumpun bahasa, namun demikian ada juga bahasa-bahasa (seperti bahasa isolatyang keterhubungannya dengan bahasa lain tidak diketahui atau dipertentangkan.
          Konsep akan rumpun bahasa didasarkan dari anggapan bahwa seiring dengan berjalannya waktu sebuah bahasa akan perlahan-lahan pecah menjadi bermacam-macam logat yang masing-masing pada akhirnya menjadi sebuah bahasa baru. Namun, persilsilahan bahasa lebih kabur daripada persilsilahan biologis karena bahasa dapat lebih mudah bercampur (baik karena kontak bahasa, penaklukan, atau perdagangan) sedangkan spesies biologis umumnya tidak dapat bersilang seperti itu. Pada kasus bahasa kreol  dan bahasa campuran lainnya, merupakan perintis dari bahasa tersebut berjumlah lebih dari satu. Namun kasus seperti ini bukanlah mayoritas dan kebanyakan bahasa yang ada di muka bumi ini dapat di golongankan secara jelas.
          Bahasan di atas turut memperkuat alasan bahwa komunitas Asia Tengggara berasal dari Asia Utara yang berkolaborasi dengan masyarakat yang lebih dulu menempati. Dengan demikian, gambaran postur, warna kulit, dan bentuk wajah ras Melayu masa lalu tidak jauh berbeda dengan yang disaksikan saat ini.

Metode Kerja

  1. Pengumpulan informasi sosok Tun Sri Lanang dari para penulis terdahulu baik dari dalam maupun dari luar daerah Aceh. Kegiatan in bertujuan untuk mendapat gambaran tentang sosok Tun Sri Lanang dari aspek kepribadian. Minimal kegiatan ini menghasilkan suatu imej tentang ekspresi wajah dari suatu kepribadian. Misalnya, tidaklah mungkin seorang raja dermawan, bahkan sasterawan memiliki air muka yang kurang bersahabat.
  2. Membuat Syair dan Lagu. Hal ini bertujuan menggambarkan tentang sosok yang sedang dibayangkan dan dengan nyanyian yang dapat dirasakan ke dalam sketsa.
  3. Pengumpulan Foto Keluarga Tun Sri Lanang. Kegiatan ini lebih kepada untuk melakukan pendekatan bentuk wajah secara umum dari anggota keluarga.
  4. Seleksi Wajah. Aktivitas ini bertujuan untuk menyeleksi bentuk-bentuk wajah dominan dari seluruh anggota keluarga sehingga memudahkan penentuan reka rupa.
  5. Teliti Wajah. Kegiatan ini bermaksud mencermati secara detail unsur-unsur panca indera yang akan dikaitkan dengan beberapa informasi ilmiah seperti ras dan genetika.
  6. Membuat Sketsa Wajah. Pembuatan sketsa wajah ini didasari atas kesimpulan dari bentuk wajah, unsur panca indera yang dominan pula. Jumlah sketsa yang dibuat, diupayakan sebanyak mungkin sehingga muncul lebih banyak kemungkinan untuk dipilih.
  7. Menilai Sketsa. Sejumlah sketsa wajah Tun Sri Lanang yang telah tergambar didiskusikan sesama tim kerja untuk dicocokkan dengan foto-foto anggota keluarga yang tersedia.
  8. Memilih alternatif sketsa wajah. Dari beberapa sketsa yang dianggap mirip dengan wajah keluarga secara umum dipisah kan untuk diteliti lagi dan dicocokkan dengan keberadaannya sebagai sosok pemimpin dengan pendekatan kepribadian.
  9. Seminar dan  Penilaian. Kegiatan ini telah melibatkan beberapa pelukis senior yang berdomisili di pesisir utara Aceh, Bireuen dan Lhokseumawe.
  10. Penetapan Sketsa Wajah. Kegiatan ini merupakan produk dari seminar reka rupa untuk dipilih satu wajah yang representatif dari reka rupa Tun Sri Lanang
  11. Membuat Lukisan Foto. Kegiatan merupakan kegiatan puncak dari program reka rupa Tun Sri Lanang, yaitu pelukisan wajah dengan teknik lukisan foto.

Hasil Pencermatan      

          Dari hasil pengamatan terhadap foto keluarga (keturunan) Tun Sri Lanang dapat disimpulkan sementara  sebagai berikut :

  1. Bentuk wajah dari keluarga Tun Sri Lanang umumnya oval
  2. Bentuk mata lancip (tidak bundar), dan datar tidak dalam.
  3. Alis mata lengkung dan tidak rapat dengan mata
  4. Warna biji mata hitam, tidak biru atau coklat.
  5. Sorot mata teduh bersahabat, tidak tajam
  6. Tulang pipi tidak menonjol
  7. Bibir bahagian atas tipis, dan bagian bawah lebih tebal
  8. Ciri wajah layaknya raut wajah ras melayu umumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar