Minggu, 28 Desember 2014

MENYIASATI PPS

Menyiasati PPS
           
Dalam suatu diskusi para pelaku seni, terungkap bahwa, “tatkala usia semakin menanjak, friksi batin kian kentara”. Hal ini alamiah dan berpeluang terjadi pada setiap individu andil gejala post power syndrome (PPS) yang selalu menghampiri. Kinerja PPS ini perlahan, diawali dengan munculnya kekhawatiran terhadap pupusnya pengakuan eksistensi dari sistem masyarakat. Bagi para penguasa, tekanan PPS dapat menggiring kehidupan ke arah negative, yakni gangguan kesehatan secara fisik. Kemungkinan ini berpeluang juga dialami oleh para pekerja seni meskipun tidak se-dominan para politisi. Untuk mengatasi gejala ini tidaklah terlalu sulit sejauh individu tertentu mampu mengendalikan ke-ego-annya. Langkah yang harus dilakukan, antara lain,  

1.      Tingkatkan hasil kerja di jelang masa memasuki PPS. Hal ini perlu diingatkan karena di saat masa puncak produktivitas seorang pekerja seni, ianya relative alpa mempersiapkan masa depan hidupnya. Termasuk juga ke-alpaannya dalam memperhatikan selera hidupnya dari aspek fase menikmati karya puncaknya yang sarat dikenang.

2.      Persiapkan tempat se-kecil apapun untuk mendokumentasikan hasil karya masa lalu itu. Jika pekerja seni ini merupakan sosok mampu dari aspek finansial, layak baginya mempersiapkan galeri, studio, museum, atau tempat khusus lainnya.

3.      Dan lain sebagainya, yang diyakini dapat menghibur hari-hari dalam kesendirian.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar