Eksploitasi Lahan Tak Harus
Merubah
“Catchment Area”
Razuardi Ibrahim di jalan Cot Panglima, 2012 |
Suatu
gambaran di atas memperlihatkan bahwa ada kekeliruan penanganan dari para pengguna
lahan dalam memanfaatkan lahan se maksimal mungkin. Perubahan kondisi
lingkungan yang dirasakan dapat diasumsikan sebagai suatu pengabaian fungsi
dari unsur-unsur sistem yang bekerja dalam menjaga keseimbangan kondisi lingkungan. Pengabaian ini bisa saja
sengaja mengenyampingkan faktor-faktor tadi atau kurangnya pemahaman terhadap
akibat yang terjadi oleh karena keterbatasan pengetahuan. Dalam kasus air dan
lahan faktor yang sangat mempengaruhi sistem adalah catchment area yaitu daerah
luas tangkapan air hujan.
Pengeksploitasian
lahan yang telah berlangsung semenjak dahulu kala dan kerap mengakibatkan
terusiknya ekosistem bukanlah terjadi tanpa alasan yang kuat. Tingkat kebutuhan manusia yang selalu
bertambah dan selalu berubah mengikuti keinginan zaman menimbulkan konsekuensi
lain terhadap perlakuan yang akan diberikan kepada lahan.
Secara
umum jumlah penduduk yang tinggal di kota
semakin banyak. Seiring dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat,
persentase penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari tahun ke
tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi
masalah yang kian menonjol. Dengan demikian, tuntutan fasilitas perkotaan
khususnya lokasi pemukiman penduduk akan bertambah pula. Kondisi ini tentu akan
memberikan konsekuensi terhadap pemanfa’atan ruang serta kemampuan lahan.
Pembahasan mengenai lahan kota sangatlah luas
jangkauannya, karena penggunaan lahan kota
sebagai suatu proses dan sekaligus produk menyangkut semua sisi kehidupan
manusia. Oleh karena hal inilah banyak sekali disiplin yang terlibat dalam
pembahasan mengenai penggunaan lahan kota .
Sejalan
dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerja
pun cukup tinggi. Persoalan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan
pertumbuhan angkatan kerja tersebut di satu pihak menuntut kesempatan kerja
yang lebih besar. Penciptaan lapangan
kerja tentu tidak akan terlepas dari upaya pemanfaatan lahan seperti
pembangunan pabrik, perkebunan, perternakan, pertambakan dan lain-lain
sebagainya.
Secara
umum dua kebutuhan dasar manusia yang tak mungkin dihindari di atas, pertama
kebutuhan akan tempat tinggal dan yang kedua kebutuhan tempat matapencaharian
tentu akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan lahan dan pada akhirnya akan
berpengaruh pula pada sistem lingkungan. Untuk meninjau penggunaan lahan, baik
sebagai “produk” maupun “proses” dari kajian geografi pada umumnya,
seseorang haruslah bertindak hati-hati,
khususnya mengenai aplikasi konsep-konsep yang menyertainya.
Menentukan
pilihan terhadap kesesuaian lahan sangatlah bergantung kepada keadaan lahan itu
sendiri seperti, iklim, air tanah, kontur tanah, tekstur tanah, dan lain
sebagainya sesuai yang dituntut oleh spesifikasi rencana pemanfaatannya. Dengan
kata lain fungsi lahan yang sesuai dengan pemanfaatannya sangat bergantung
kepada sekurang-kurangnya beberapa variabel tadi. Adalah suatu tindakan
bijaksana jika dalam penetapan lahan terpilih dengan kondisi yang sangat ideal
semua variabel penentu kondisi lahan diidentifikasi guna memenuhi data awal
dalam melakukan tindakan teknis terhadap lahan. Variabel yang menjadi dasar
pemikiran dalam dunia teknik sipil seperti kontur tanah, tekstur tanah untuk
melakukan aplikasi rancang bangun dalam mendukung upaya pemanfaatan lahan ini
tidaklah dapat terlepas begitu saja dari sistem keseimbangan alam atau
lingkungan.
Kenangan Hijau Cot Panglima, 2011 |
Salah
satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi keseimbangan alam
adalah pemahaman sirkulasi air di bumi
atau dalam kalangan teknik sipil disebut siklus hidrologi (hydrological cycle). Pemahaman ini memberi gambaran tentang jumlah
air di bumi dengan segala bentuknya (cair, es, dan uap). Persoalan yang terkait
erat dengan pemanfaatan lahan adalah kondisi air dalam bentuk cair yang
jumlahnya berkisar 97,5 % untuk air laut dan 0,73 % untuk air di daratan (air
sungai, air danau, dan air tanah) dari volume keseluruhan kira-kira 1,4 milyar
km3. Pada posisi seimbang pengaturan air di bumi berjalan sesuai dengan aturan
alamiah terbukti adanya jadwal banjir seperti perkiraan banjir bandang yang terjadi
sekian tahun sekali pada satu kawasan, lamanya musim kemarau, serta
ramalan-ramalan hidrologi lainnya. Mendengar keluhan beberapa masyarakat di
atas tentu sangat memprihatinkan dan berlawanan dengan kondisi pengaturan air
alamiah tadi, air pasang tiba-tiba, sungai meluap tiba-tiba, air sumur yang
tadinya tawar berubah sedikit keasinan, dan lain sebagainya. Hal ini dapat diduga
sebagaimana yang dilaporkan media massa
bahwa ada perlakuan keliru oleh manusia dalam mengeksplotir lahan. Untuk
pencermatan awal bagi para ahli teknik sipil tentu lokasi dan kondisi lahan
yang dapat memposisikan kontur tanah dan
tekstur tanah menjadi amat penting dalam
setiap kali melakukan aplikasi terhadap kebutuhan eksploitasi lahan.
Catchment
area adalah suatu daerah tangkapan
air hujan dalam suatu luasan tertentu yang ditentukan berdasarkan garis kontur
permukaan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar