Rapat Intens TAPD
Stabiltas
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Bireuen tahun 2012 dalam
artian penetapan sistem anggaran berimbang kerap diperbincangkan di berbagai
kalangan. APBK yang saban tahun diinformasikan defisit, sesuai data dinas yang
menangani keuangan daerah (DPKKD Bireuen), perlu disikapi segera oleh Tim
Anggaran Pemerintah Derah (TAPD). Dalam rapat-rapat intens, TAPD perlu
menetapkan langkah-langkah aplikatif dalam membangun keberpihakan terhadap
stabilitas anggaran. Kali ini TAPD harus mencari langkah-langkah pasti agar
anggaran tahun 2012 harus stabil, melalui sistem anggaran berimbang sebagai
langkah awal. Hal ini senada dengan harapan Azhar, SE Ak, auditor BPK-RI
Perwakilan Aceh, yang memberi peringatan agar kondisi keuangan Bireuen dapat
segera distabilkan dalam tahun 2012.
Razuardi Ibrahim dalam Rapat Seratus Hari Kerja, 2011 |
Suatu langkah strategis yang diambil yakni keharusan
tutup buku anggaran 2011 per 31 Desember 2011. Hal ini terkait dengan
pembenahan penyelesaian tagihan pembayaran dalam tahun berjalan 2011 yang berkonsekwensi
terhadap matinya anggaran akibat ketidaksiapan SKPK menyikapi kondisi. “Hal ini
harus dilakukan mengingat kita tidak boleh membiarkan OC bekelanjutan,” kataku selaku
ketua TAPD dalam setiap rapat intens dengan para pejabat eselon II di
lingkungan sekretariat kabupaten. Pada pertengahan bulan Nopember 2011, aku
membuat rapat khusus dengan Kepala DPKKD Bireuen yang baru dilantik, Tarmidi,
SE, M Si, untuk mengkaji besaran OC (outstanding
cheque) yang akan mempengaruhi belanja tahun depan yakni 2012. Dalam rapat
lanjutan, Tarmidi melaporkan ke pejabat eselon II, “Betapa tidak, OC itu kan
berarti pengeluaran cek di luar kemampuan anggaran,” katanya meyakinkan.
Akhirnya, kami bersepakat melakukan penutupan buku kas per 31 Desember agar
peluang OC tertutup, apapun resikonya. Tarmidi juga melaporkan, sepanjang
sejarah berdirinya Kabupaten Bireuen belum pernah dilakukan penutupan buku
tepat pada akhir Desember. “Selalu bergeser ke tahun berikutnya,” katanya
bersemangat. “Oleh karena itu, jika tidak diterapkan disiplin anggaran,
berapapun besaran APBK, akan terkuras akibat sulitnya pengontrolan,” ungkap
Tarmidi lagi.
Selanjutnya, perbaikan kualitas pembelanjaan yang
dicirikan adanya program tepat sasaran sehingga dalam tahun 2012, anggaran
untuk perangkat pemerintah hingga ke tingkat desa dapat ditingkatkan. “Jika
kita tidak stressing ke program yang
jelas dan terukur sulit rasanya kita dapat tingkatkan insentif ke perangkat pemerintahan
bawahan,” kata Yanfitri, Kepala Bappeda Bireuen yang baru. Tidak pula
ketinggalan, perencanaan pembayaran hutang yang akan membebani anggaran 2012.
“Sesuai keputusan rapat TAPD, bahwa semua hutang-hutang Pemkab Bireuen sebelum
tahun 2012, kita verifikasi agar didapatkan legalitas dalam pembayarannya,” lapor
Yanfitri. Dia mengakui bahwa usulan hutang daerah sebelum verifikasi berjumlah
Rp 30 milyar lebih. “Setelah kita verifikasi jumlahnya cuma bekisar Rp 10
milyar,” kata ketua Bappeda yang baru beroperasi sejak Nopember 2011 ini.
Tatkala TAPD melirik besaran Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang masih minim, tentu diperlukan langkah untuk percepatan
peningkatanya, mengingat tahun 2011 akan segera berakhir. Sesuai laporan DPKKD,
PAD per 14 Nopember hanya 57,33 %, cukup riskan. Artinya jika pemasukan hanya
sekitar 57,33 persen, beban belanja yang didasari target PAD sebesar 41,67
persen menjadi hutang daerah dalam tahun 2012. “Karena sudah dibelanjakan baik
dalam bentuk kontrak kepada pihak ketiga, maupun hutang barang di bagian-bagian
sekretariat,” lapor Tarmidi. Dalam hitungan minggu, sesuai keputusan rapat,
Tarmidi bersama dinasnya harus mampu menggenjot PAD agar mencapai 100 persen
jelang tutup buku akhir Desember 2011. Target
itu tercapai sehingga TAPD tidak perlu khawatir terhadap beban hutang kegiatan
tahun 2011 menjadi kewajiban pemabayaran di tahun 2012.
Di sisi lain, penekanan pendapatan daerah dilakukan
melalui pengumpulan sewa menyewa aset komersial, toko, pasar, parkir, dan
lainnya. “Sekarang sudah banyak masyarakat atau pengusaha yang membuat kontrak
sewa toko,” lapor Mulyadi, Kepala Bidang Pendapatan di Dinas DPKKD. Dia
mengakui bahwa tim kerja pengumpul aset komersial sudah maksimal bekerja jelang
akhir 2011. Di rapat akhir minggu ke-dua, tim sepakat mengumumkan ke publik,
bahwa “Sekarang kita sudah dapat memprediksi kekayaan daerah dari aset
komersial, meskipun baru sebatas pembuatan dokumen aset di seluruh kecamatan”.
Pertemuan selanjutnya awal Desember 2011, aku
bersama rekan-rekan TAPD membahas prilaku keuangan Bireuen sejak 2007 sesuai
data yang kuminta dari Tarmidi, Kepala DPKKD. Rekan-rekan kerja memahami
program kerja seratus hari yang aku canangkan, meskipun sebagian dari mereka
sedikit mendongkol karena lelah akibat penekanan yang aku terapkan. Tapi aku
yakin dari rona wajah, mereka juga pro Bireuen
Tanpa Disclaimer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar