Mendisain Hidup
050203
Pengumpul Pinang di Kecamatan Juli, 2010 |
Pada saat rapat selesai,
tiga pimpinan instansi sedang berdiri berbincang-bincang di luar ruang
rapat. Tak lama kemudian mereka dihampiri oleh seseorang setengah
baya, dan langsung menyatakan perasaannya yang kelihatan telah begitu perlu
untuk diutarakan. “ Apa yang harus saya
kerjakan untuk hidup saya, saya tidak dapat proyek dari pemda, saya minta ke
bupati katanya di dinas, saya ke dinas katanya sudah ditentukan bupati,………….., tolong katakan apa yang mesti
saya perbuat”, katanya dengan sedikit marah. “….kalau harus dengan cara kererasan seperti orang lain saya juga bisa”,
tambahnya lagi.
Kejadian seperti itu hampir setiap hari dialami oleh sebagian aparatur pemerintah
daerah yang khusus menangani kegiatan fisik di lapangan. Keluhan yang semula
sebagai curahan isi hati, pada waktu tertentu berubah menjadi ancaman. Inilah
persoalan-persoalan yang semestinya harus menjadi prioritas dalam
penyelesaiannya.
Mencari jalan keluar seperti ini tidaklah mudah oleh karena
keadaan ini sengaja diciptakan, padahal
aturan pelaksanaan untuk pengadaan
proyek telah baku . Membagi kegiatan proyek dengan alasan
pemerataan atau membantu masyarakat daerah yang
berekonomi lemah tentu sangatlah positif, namun pola atau sistem yang
diterapkan haruslah berpihak pada keadilan. Jika alasan di atas benar-benar
didasari keikhlasan dan secara realistis dapat membantu menghidupkan
perekonomian masyarakat serta dilakukan evaluasi terhadap perlakuan ini secara
tidak langsung para birokrat telah melakukan upaya “mendisain hidup”.
Lantas mengapa cerita di atas begitu kerap muncul di kalangan
para birokrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar