Selasa, 02 April 2013

DIALOG ALUMNI MAIMUN-TAUFIQ


Pagi kemarin, Senin (1/4/2013), Taufiq Saidi meneleponku tatkala aku sibuk sekali di Bireuen. Doktor ahli beton yang juga dosen pada Fakultas Teknik (FT) Unsyiah itu menceritakan pertemuannya dengan Rachmatsyah Nusfi di Banda Aceh. Lantas, Taufiq menceritakan tentang ianya dipanggil Dekan FT untuk menyelesaikan tugas pembuatan “Buku 50 Tahun FT” yang memang sudah berusia setengah abad di tahun ini. Dia juga menambahkan, bahwa perlu bantuan dan kawan-kawan dan jika tidak didukung kawan-kawan, dia akan menolak tugas itu. Aku kurang meyakini ungkapan Taufiq, karena masih banyak kawan-kawan lain sesama alumni yang lebih memiliki kompetensi, lantas, “aku tidak berhak memberi jawaban Fiq, karena aku dan kawan-kawan di bawah kendali Maimun Bewok,” kataku. Dalam dialog via telepon selular itu, Taufiq minta dikirimkan nomor Maimun dan aku mengirimnya. Aku harus berkata terus terang kepada Taufiq, karena Maimun pernah bercerita kepadaku beberapa bulan silam tentang rencana perhelatan “Setengah Abad Fakultas Teknik Unsyiah” di pantai utara dan timur Aceh yang memang usungan beberapa alumni yang berbakti di beberapa perguruan tinggi kawasan itu.  

Maimun dan Taufiq Saidi, 2005,
tradisi keakraban antar angkatan
Jelang Maghrib hingga malam, Maimun meneleponku menceritakan tentang dialognya bersama Taufiq beberapa saat tadi. Aku lebih banyak mendengar cerita Maimun seputar kisah masa lalu kami dan kawan-kawan di kampus.  Suatu hal yang diingatkan Maimun kepadaku tentang pesan Ayah Panyang alias Ir Yusmaini (alm) pada tahun 2008. Menurut Maimun dia juga bersedia membantu Taufiq asal ada permintaan Dekan FT, ”agar tidak dianggap kita peu roeh-roeh dro,” katanya.  Aku paham maksud Maimun, bahwa ianya tidak sepakat jika terkesan melibatkan diri dalam urusan fakultas tanpa diminta. “Ini urusan fakultas, beda dengan urusan alumni,” katanya lagi.  “Iya juga Mun, tidak usah menggaruk kalau tidak gatal,” kataku sedikit berkelakar. “Aku bilang juga pada Taufiq, bahwa kehancuran alumni karena kita silau dengan jabatan orang-orang tertentu,” lanjut Maimun. “Dan sejak mahasiswa dulu kita tidak pernah mendapat keuntungan dari kegiatan yang kita buat,” kata Maimun kesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar