Minggu, 07 April 2013

TELAAH SASTRA TERAWANG


terjemahan novel The Realistict Experience
karya Romel and Darcy

Terawang

Sesaat kami bergegas duduk di kursi semula bersebelahan. Ditatapnya  aku lama dan dalam sekali. Dia rada menangis berkata-kata untuk mengakhiri cumbuan seperti ini pada temu lanjutan. ”Sudahlah ini yang terakhir sayang ya”, suaranya parau tertahan. Dilanjutkannya lagi  gumam kecil dengan suara terisak. Ditempelkan pula dahinya ke meja kerja sembari tangannya menekan kepala pulpen. Aku menatapnya  tanpa jawaban. Iba menguasai seluruh perasaanku tanpa kompromi. Kerongkonganku sesak, sulit sekali mengeluarkan sepotong katapun. Kuusap kepalanya, perasaanku semakin tak menentu. Lantas kupilih duduk berhadapan dengannya, mataku mulai berkaca-kaca. Kutatap dia yang masih tertunduk sembari berkata lirih sesunggukan. Aku tak tak tahan melihat Sefney seperti itu. Batinku menjerit, kucari jalan untuk keluar ruangan menuju halaman yang gelap. Agar Sefney tak melihatku kalau-kalau airmataku tertumpah di hadapannya.  Kusadari tak pernah aku sesedih malam itu.

Hatiku berkecamuk, bertanya, mengungkap, bahkan menghujat diri. Aku bersalah menyiksanya dengan cinta agung itu. Namun rasa melindungiku semakin besar saja. Aku tak rela Sefney disakiti oleh siapapun. Apalagi oleh diriku, karena ianya mengakui kasih sayangku untuknya teramat besar. ”dia tak boleh tersiksa oleh cinta ini”, benakku berbisik.

Malam itu kami lanjutkan ke sebuah pesta yang kurang aku sukai. Tapi Sefney merasa penting dengan pesta itu. Meski kupaksakan, aku tak dapat menikmati pesta itu, kerongkonganku masih tersengal. Meski terlihat aku tertawa bersama kerabat lain. Sesekali kulirik posisi Sefney yang tengah berbaur sesama rekan. Perasaanku lega tatkala terlihat ia terhibur oleh tampilan beberapa sosok di pesta itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar