Harapan
Timses
Pilkada 2007 |
Pada
tahun 2007, takala aku ikut Pilkada berpasangan dengan Haji Subarni, beberapa
kawan yang tergabung dalam tim sukses (timses) pasangan kami menyampaikan
harapannya. Mereka datang menyampaikan hal itu masing-masing tanpa ingin
diketahui orang lain. Aku tidak menyampaikan hal ini kepada Bang Subar, karena
aku yakin beliau pasti marah mendengar hal serupa ini. Dalam diam aku
menginventarisir harapan yang disampaikan untuk langkah ansipatif jika Bang
Subar terpilih menjadi Bupati Bireuen. Kenyataannya, kami tidak terpilih dalam
Pilkada 2006 itu dan aku masih dilibatkan dalam kabinet bentukan Bupati Nurdin.
Keadaan ini menyempatkanku mengevaluasi catatan harapan para timses yang kuduga
bakal terjadi pada Bupati Nurdin.
Pilkada 2012 |
Di
tahun 2012, aku juga ikut Pilkada mendampingi H Husaini Prengko. Beberapa orang
yang juga sering medampingi kami membisikan harapan seperti yang kudengar lima
tahun silam. Mereka juga menyampaikan dalam waktu terpisah, takut diketahui
Prengko. Aku melihat catatan lima tahun silam tersebut untuk kukoreksi, mungkin
saja ada penambahan. Ternyata tidak, permintaan masih seperti lima tahun silam.
Artinya, pola pikir sebagian kawan dari timses masih sama seperti yang dulu.
Massa H Subarni, 2007 |
Meskipun
tidak pernah aku persalahkan, harapan timses kepadaku selaku calon bupati dan
wakil, sesuai yang aku dengar di tahun 2006 dan 2012, masih
berkutat pada isue kepentingan kelompok atau pribadi, yakni :
- § Proyek atau pekerjaan yang dibisikkan oleh kawan-kawan yang berbasis kontraktor
- § Jabatan, dibisikkan oleh kawan-kawan pendukung yang berasal dari kelompok aparatur
- § Uang, dimintakan oleh kawan-kawan yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan mengharapkan dengan berperan sebagai timses mereka telah mendapat pekerjaan
- § Mendapatkan pekerjaan permanen, dibisikkan oleh kawan-kawan yang memiliki ijazah tetapi belum bekerja
- § Hubungan berkelanjutan, dibisikkan oleh rekan yang memiliki status sosial di lingkungan publik
- § Rekomendasi, dibisikkan oleh kawan-kawan yang berkebutuhan terhadap dukungan untuk mendapatkan relasi ke berbagai pihak.
Aku
senang mendengar apa yang mereka sampaikan meskipun tidak mungkin dan sulit untuk
aku realisasikan jika terpilih, karena aku milik semua orang. Namun aku catat
harapan kawan-kawan itu sebagai tantangan yang harus kuselesaikan dengan
berbagai strategi penyelesaian. Oleh karena itu, aku tidak pernah meminta
kepada para kerabat agar memilihku dalam Pilkada. Beberapa rekan merasa kecewa
terhadap sikapku, namun penelitian perubahan mindset lebih utama dan penting untuk pembelajaran kepada semua. “Menolong lebih baik dari pada meminta
tolong,” bisik hatiku yang bertahan dalam dua kali Pilkada Bireuen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar