Sejarah Cacat Organisasi
Alumni
Wisuda FT, 1988 |
Sejak 2008, aku menemukan kesimpulan baru tentang
batas keutuhan seuatu organisasi, meskipun organisasi dimaksud merupakan
organisasi sosial yang sarat keterkaitan emosi kebersamaan masa lalu.
Organisasi semacam ini biasanya handal dan mampu bertahan hingga emosi hubungan
sesama pupus oleh sebab berbagai hal. Dengan kata lain kekuatan emosionalisme
anggota mengalami kerapuhan di saat intervensi kepentingan parsial dominan menguasai,
terlebih lagi pembiaran kondisi terus saja berlangsung. Kesimpulan ini
merupakan kehendak alam yang harus lahir melengkapi teori sosial yang telah bahkan
mungkin sudah pernah ada.
Ada baiknya, kondisi perjalanan alumni Fakultas
Teknik Unsyiah dicermati dengan pendekatan ilmiah meskipun tidak memenuhi
standar baku dari prosedur penelitian. Namun, kesimpulan yang diperoleh dapat
memberi pengayaan bagi para pihak yang membutuhkannya. Bukankah berkali kalimat
Alquran mengingatkan,”.....afala takfuruuun.....”
atau “...afala takqiluuun...,” yang
maksudnya dalam bahasa Indonesia,”.....apakah
kamu tak berfikir,” “....apakah kamu tak berakal.....”. Setidak-tidaknya, kalimat ilahiah tersebut
dapat menggiring pemikiran semua untuk dapat menyimpulkan keadaan yang sedang
dan bakal terjadi berdasarkan kondisi masa lalu. Penggalangan emosi almamater Fakultas
Teknik Unsyiah dilakukan pada 1988 dan terzalimi pada 2008, oleh kehendak
tendensius beberapa rekan senior. Artinya, dalam rentang waktu 20 tahun
organisasi almamater mengalami pencacatan oleh kehendak emosi anggota alumni
itu sendiri. Betapa ruh kebersamaan yang dilatarbelakangi pengakuan sesama
terhadap sosok tertentu harus tercabik oleh sebuah hasrat menggebu dari
kepentingan yang tidak jelas tujuannya, selain penyelamatan prestise yang tidak
pada tempatnya. Mungkin banyak pihak tidak sependapat dengan kesimpulan ini
meskipun dalam diam, tetapi tidak sedikit pula yang mengakui bahwa pendustaan
yang dibangun telah mengikis ke-adiluhungan organisasi berbasis premordial
serupa.
Banyak faktor yang menggiring kerusakan hubungan
sesama alumni, yang paling dominan adalah i’tikat para anggota. Dalam dekade 25
tahun pertama, emosi alumni dikawal oleh nuansa ke-bapak-an para alumni senior
yang saling menghargai sehingga di masa rentang waktu 1963 hingga 1988, banyak
lulusan di berbagai instansi dan tempat menyempatkan hadir dalam pertemuan
akbar kala itu. Tidak berlebihan jika disimpulkan, keterikatan emosi sangat
besar dan mampu membangun opini khalayak, bahwa keberadaan alumni Fakultas
Teknik Unsyiah siap mendukung berbagai tujuan rancang bangun infrastruktur di
Aceh. Setelah para alumni senior terdahulu memasuki masa purna bakti, bahkan
ada yang tutup usia termasuk korban bencana tsunami, kelompok tua bertukar
dengan sosok baru. Aku kira alamiah juga adanya, usia tua manusia tidak
menjamin pengendalian birahi untuk menguasai yang terkemas dalam penghalalan
ketabuan. Ke-tidak ikhlasan senior untuk alih generasi turut memperberat
jalannya organisasi, yang pada hakekatnya menghambat estafet organisasi. Tidak
ada yang bertanggungjawab terhadap keterusikan emosi yang terjadi, selain
pemakluman ketimuran.
Sebagian kawan berkesimpulan, bahwa Mubes Alumni
pada 2008, merupakan kecelakaan sejarah melalui pencacatan organisasi para
insinyur yang juga produk kehendak alam. Peranan para senior perekayasa untuk
membangun pendustaan terlalu kuat berpihak kepada kepentingan yang tidak jelas
tujuannya. Secara pribadi aku mencermati para politikus mubes yang berkeras
menghadirkan sosok pimpinan bukan alumni Fakultas Teknik Unsyiah punya konsep
tertentu yang belum layak tayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar