dalam mengungkap bahasa roman, sastrawan Eropa juga tidak jauh berbeda dengan sastrawan negeri-negeri Melayu. Perkembangan ini semakin gencar di era millenium ke-3. Pada masa sebelumnya, para sastrawan lebih memilih ungkapan dalam bahasa perumpamaan, seperti roman Siti Nurbaya dan beberapa yang lain.
It’s
Not Dream
Itu Bukan
Mimpi
Suatu malam lepas kumengantar
Sefney pulang, dadaku senang bukan kepalang, pikiranku menerawang ke cerita
lalu yang pernah kami lalui berdua. Millan, sebuah kota moderen yang banyak membuat kami leluasa
lampiaskan cinta. Perkembangan mode di kota itu menjadikan orang-orang di
sana acuh kepada banyak pasangan kobarkan cinta. Kelompok mafioso cukup
disegani banyak bekerja mendukung kehidupan hiburan kota. Orang-orang Lisbon,
tempat tinggalku, tumpah ruah menghabiskan waktu liburannya di kota Italia itu.
Tentu mereka umumnya mencicipi kesenangan dunia yang banyak disajikan perempuan
pekerja hiburan malam, diskotik. Tidak ketinggalan, aku dan Sefney menyenangi
kota itu untuk berlibur bersama.
Hari itu Sefney mendapat
tugas kantor di Millan. Ia mengajakku menemaninya untuk beberapa
malam. ”Boleh Sef, tapi engkau pergi lebih dulu,” kataku
menyetujui. Kami sepakat untuk tidur bersama di apartemen kelas menengah yang
lumayan bagus. Malam itu juga Sefney lanjutkan perjalanan menuju kota
itu. Hatiku harap-harap cemas mengingat perjalanannya, sendirian. Jelang pagi Sefney tiba di sana, dan langsung ke apartemen itu. Aku lega
tatkala dikabarinya sekira pukul delapan pagi, keesokan harinya. "Aku tiba Zel," katanya kepadaku lewat telepon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar