Cakap Tak Serupa Biken
Sekarang
ini sering orang memperebutkan opini tentang pencitraan diri. Tentu dalam
berbagai hal yang mungkin dijadikan sarana dalam pencitraan. Termudah dalam hal
ini yakni uang yang cukup untuk membeli ragam alat pencitraan itu. Sebagian
orang di tingkat warung kopi mengakui bahwa perdagangan citra sosok berkembang
pesat sejak reformasi menggelinding. Namun belum ada pembuktian akademis
tentang hal itu. Sebelumnya, pencitraan sosok sangat ditentukan oleh kompetensi
zaman, seperti keaktifan dalam mengelola masyarakat, membangun kepercayaan
publik dalam sistem daerah atau nasional, menggalang kekuatan politis dari
pengambil kebijakan dan lain sebagainya. Perolehan citra serupa ini masih dapat
terkalahkan oleh pengakuan ketokohan yang terbangun secara otomatis dalam
tradisi masyarakat tertentu dan sulit terbantahkan karena sarat solusi
persoalan masyarakat tanpa pamrih. Dalam pencermatan sederhana perbedaan kedua kondisi ini cukup mendasar,
yakni komitmen. Pendapat sebagian orang, pencitraan yang diperoleh
melalui eksploitasi kompetensi zaman masih diragukan dalam hal komitmen ini
karena sarat kepentingan dan pragmatis. Tidak jarang sebagian masyarakat
berkomentar, bahwa sosok tertentu berubah tatkala tujuannya tercapai yang biasa
diartikan dalam bahasa lain, melanggar komitmen. Terakhir aku dengar dari
kawan-kawan di Tamiang, sosok seperti itu sebagai manusia cakap tak serupa biken.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar