Pekerja
Seni Edi
Edi dan kolam pemijahan di samping rumah, 2013 |
Edi,
pria kelahiran Jawa Timur 1962, merupakan pekerja seni yang sudah malang
melintang di Aceh. Semula ia bekerja sebagai misionaris hingga memeluk Islam
pada 1984 di terminal Tumbul Harjo, Jawa Tengah. Pada tahun 1987, Edi sempat
beberapa bulan menetap di Jakarta dan mempertahankan hidupnya dengan bekerja
sebagai pemulung. Dalam menapaki kerasnya ibukota, ia sempat berfikir untuk
hijrah ke Aceh dan hasratnya itu dilaksanakannya pada bulan Nopember 1987. Di
ibukota Serambi Mekah, Banda Aceh, pria bertubuh pendek sintal dan rada legam
ini bergabung dengan pelukis ternama di kota itu, seperti Mahdi Abdullah, Round
Kelana dan beberapa yang lain. Setelah menempa diri bersama para pelukis tersebut,
Edi memutuskan pergi ke Langsa untuk bekerja sebagai seniman di kabupaten
belahan timur Aceh. Setelah beberapa tahun hidup sebagai tuna wisma di Langsa,
ianya mencoba mengadu nasib ke PT Arun sebagai pembuat poster setiap event kegiatan perusahaan gas itu. Ia
bekerja sebagai tenaga kontrak di tempat itu sejak 1992 hingga 2009, seraya
melatih anak-anak yang ingin belajar melukis.
Selepas
kontrak di PT Arun, Edi kembali ke Langsa untuk memulai usaha baru yakni
menjual ikan hias dan udang lobster hasil pemijahannya sendiri. Jenis ikan hias
yang dipelihara Edi beraneka ragam, antara lain ikan gobi Jerman, laga, moli
balon, black moli, sepat Arab, louhan dan beberapa yang lain. Banyak para agen
yang datang ke rumah Edi untuk membeli ikan hias dan lobster padanya, umumnya dari
Lhokseumawe dan sekitarnya. Menariknya, pemijahan lobster air tawar itu
dilakukannya dengan coba-coba setelah ia peroleh dari Pak Zul Fire, yang hendak
membuang tiga ekor anak udang itu dari akuarium. Pemasaran anak lobster produk
Edi menjangkau Jambi. Anak lobster seukuran rokok dijualnya seharga Rp 2.000,-
per ekor, sementara induknya Rp 100.000,- per ekor. Harga ikan hias hasil
pemijahan Edi juga tidak mahal, yakni Rp 1.000,- per ekor.
Untuk
tempat pemijahan hewan-hewan air itu, Edi membuat kolam pemijahan di sisa lahan
pekarangan rumahnya. Dari luas tanah 12 X 24 meter persegi sisa lahan yang
dapat dimanfaatkan tidaklah luas, sekitar sepersepuluhnya karena dominan
dimanfaatkan untuk rumah tinggal. Penjualan rata-rata per hari dalam keadaan
sepi Rp 45.000,- per hari. Namun jika hari-hari tertentu, seperti hari raya,
penjualan mencapai Rp 700.000,- per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar