Kisah Spontan
Peusijuk Wisudawan
Jelang wisuda lulusan 1985, Fakultas Teknik rada
diam tanpa aktivitas. Ketika itu friksi antar mahasiswa pro Senat Mahasiswa
dengan Parte Buruh sangat kentara. Waktu itu, aku dan beberapa kawan sedang
bekerja menyelesaikan bangunan pameran “Stand
Perbankan”, kalau tidak salah berlokasi di lapangan Lingke, Banda Aceh.
Kegiatan itu saban tahun kami lakukan untuk mencari biaya kuliah dan keperluan
lain.
Di Suatu pagi jelang siang, datang Bang Munar
(Munar Gade), Amri AK dan dua orang yang aku lupa, menemui Rachmat, ketua
gerombolan Parte Buruh dan pimpinan pembangunan stand itu. Bang Munar dan Amri
AK datang meminta Rachmat untuk mengadakan acara peusijuk wisudawan di Pantai Ujong Batee, Aceh Besar. Rachmat
berjanji akan mengadakan acara yang diinginkan oleh kedua wisudawan yang juga
aktivis kampus tersebut. Saat makan siang, Rachmat mengumpulkan kami untuk
mengatur menu acara rencana perhelatan baru di Ujong Batee itu. Namun ada
konsekwensi terhadap penghasilan kami, yakni sebagian keungtungan pekerjaan
harus disisihkan untuk acara tersebut. Kami tidak akan pernah membantah apa-apa
yang dikatakan Rachmat, karena kami meyakini tindakannya cukup arif untuk
kekompakan fakultas. Ketika itu hadir Bang Edt (Nazaruddin), yang juga datang
untuk mengusul acara serupa. Lantas Rachmat meminta tolong Bang Edt untuk
menemui Pak Ali Akoeb, yang menjabat salah satu posisi di Pembantu Dekan-IV
Bidang Kemahasiswaan, untuk meminta ijin dari fakultas.
Jelang sore, Bang Edt kembali ke tempat kami
bekerja untuk menyampaikan kabar, bahwa acara itu harus di bawah kendali Senat
Mahasiswa. Kami para mahasiswa pekerja berlebel Parte Buruh yang terdiri dari,
Maimun Bewok, Anto Kribo, Dian Nadir, Anwar Bay, Munizar, Azhar Mar, Alminar
Sindo, Husaini, aku sendiri dan Ralizar, spontan protes, tidak setuju. Lantas Bang
Edt dan Rachmat berunding sesaat untuk mencari solusi pelaksanaan “peusijuk wisudawan,” tanpa kaitan
dengan Senat Mahasiswa. Bang Edt menyatakan kesiapannya untuk menuntaskan
berbagai urusan, termasuk perizinan dari jajaran kepolisian dan pemerintah
daerah. Mengingat kegiatan ini memerlukan sosok manajer, kami semua sepakat
agar melibatkan kawan-kawan dari jurusan teknik kimia yang memang jarang
berkolaborasi dengan Parte Buruh, untuk memimpin kegiatan ini. Secara aklamasi
dan sesuai tradisi Parte Buruh, ditunjuklah Faisal Daud, mahasiswa teknik kimia
angkatan 1980, sebagai ketua pelaksana. Semula Faisal senang dan menyanggupi
tugas itu, namun keesokan harinya ia menyatakan mundur, “karena tidak direstui fakultas,” alasannya. Dalam waktu singkat,
Bang Edt dan Rachmat, menunjuk Ruslan Abdul Gani untuk menjadi ketua pelaksana
acara yang diimpikan itu. Dalam waktu yang tinggal beberapa hari lagi, kalau
tidak salah hanya tiga hari, kami mengarahkan perhatian ke Pantai Ujong Batee
untuk berbagai persiapan. Atas perintah Rachmat dan Bang Edt banyak mahasiswa
junior dari jurusan teknik sipil dan mesin atau angkatan yang lebih muda dari
kami bergabung mempersiapkan diri bekerja di lokasi peusijuk wisudawan. Tidak terbantahkan, dua hari menjelang acara
Pantai Ujong Batee ramai didatangi mahasiswa pekerja dengan sutu tekad yang
terbangun peusijuk wisudawan harus sukses.
Pada hari H, hanya beberapa dosen yang datang
meskipun kami mengundang seluruh civitas akademika. Ketidak-hadiran dosen yang
diundang kala itu beragam, di antaranya tidak
ada jemputan, tidak dapat undangan, kegiatan itu liar dan lain sebagainya. Event Peusijuk Wisudawan perdana pada
tahun 1985 mampu menarik perhatian komunitas kampus dan menjadi ikon Fakultas
Teknik Unsyiah. Sejak tahun itu, ikon pengikat emosional antar sosok ini
dijadwalkan para aktivis Fakultas Teknik di setiap tahunnya dan berakhir ketika
kondisi daerah mulai tidak kondusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar